Senin, 24 Juni 2019

SERIAL TENTANG BUJANGGA MANIK, SANG PENGEMBARA SUNDA ABAD 15 M (3)


Oleh
Adeng Lukmantara
Peminat Studi Peradaban Sunda dan Islam
Asal Hariang - Sumedang - Jawa Barat


TEMPAT TEMPAT YANG PERNAH BUJANGGA MANIK SINGGAHI

Bujangga Manik setidaknya telah memberikan informasi yang berharga  mengenai nama nama tempat, baik tempat tinggalnya atau tempat tempat  yang pernah  dilaluinya   dalam perjalanannya menuju tanah jawa dan bali.

Karena melakukan perjalanan ke Bali, maka setidaknya telah memberikan informasi nama tempat dan sosial masyarakatnya  tentang daerah daerah yang dilaluinya, baik di Jawa Barat, Jawa tengah, Jawa timur dan Bali, meskipun tidak terlalu lengkap. Tapi cukup memberikan info bahwa daerah daerah yang dilaluinya ternyata banyak yang digunakan hingga kini.

A. DAERAH JAWA BARAT 



1.  NAMA TEMPAT

Pakuan
Pakuan merupakan ibukota kerajaan Sunda, dimana Bujangga Manik berasal. . Dari kisah perjalanan Bujangga Manik yang paling berharga adalah kita bisa memperkirakan dengan jelas dimana lokasi Ibukota Pajajaran itu berada, dan juga jalan-jalan utama menuju ibukota, baik ke wilayah timur atau ke pelabuhan (pabeyan) kelapa (jakarta sekarang).
Dalam perjalanan pertama, setelah sang pangeran meninggalkan rumahnya di pakancilan, setelah melewati Umbul,  ia kemudian sampai di  Windu Cinta, aku tiba di halaman paling luar, melewati Pancawara, untuk terus pergi ke alun-alun besar,  pergi ke Pakeun Caringin, aku melewatinya dengan segera. Aku pergi melewati Nangka Anak, dan datang ke Tajur Mandiri. Setelah aku tiba di Suka Beureus (sekarang Sukabirus),,  aku pergi ke Tajur Nyanghalang  (sekarang Tajur),   turun menuju Engkih,  dan menyeberangi Sungai Cihaliwung (sekarang Sungai Ciliwung).
Dan perjalanan kembalinya yang pertama, setelah dari kalapa (jakarta sekarang), ia  berjalan melalui Mandi Rancan,  Ancol Tamiang, (sekarang Ancol), Samprok. menyeberangi Sungai Cipanas, melewati Suka Kandang, menyeberangi Sungai Cikencal, lewat Luwuk,  menyeberangi Sungai Ciluwer (Sungai Ciluar), sampai di Peteuy Kuru,  berjalan lewat Kandang Serang.,  Batur, menyeberangi Sungai Ciliwung. Sesampai di Pakuen Tubuy, melewati Pakuen Tayeum.) (Tayem sekarang) Setelah sampai di Batur, setiba di Pakancilan,.
Pada perjalanan kedua, Bujangga manik mengambil jalan yang berbeda dengan jalan yang pertama. Dari Pakancilan, dan Umbul Medang, ia pergi ke Gonggong, ke Umbul Songgol. Setelah melewati Leuwi Nutug, dan pergi dari Mulah Malik, itulah jalan ke Pasagi, jalan menuju Bala Indra, aku meninggalkan Paniis.  Setelah melewati Tubuy, aku menyeberangi Sungai Cihaliwung, naik menuju Sanghiang Darah, dan sampai di Caringin Bentik. 
Pada perjalanan kedua, ia tidak pulang ke rumahnya di Pakancilan, tetapi ia memilih menjadi pertapa di tempat suci Karagcarencang  Hulu Sungai Cisokan Gunung Patuha.
Jadi jelaslah kita bisa menentukan lokasi dimana ibukota pajajaran berada, yaitu sekitar pakancilan, sebelah barat sungai Ciliwung, sebelah barat Nangka anak dan Tajur. atau sebelah seatan Tayeum atau Batur.

Pakancilan
Umbul
Windu Cinta,
Pancawara,
Pakeun Caringin,
Nangka Anak
Tajur Mandiri.
Suka Beureus (sekarang Sukabirus),, 
Tajur Nyanghalang  (sekarang Tajur),  
 Engkih, 
Bangkis
Talaga hening
Peusing
Putih birit
Puncak
Bukit ageung
Eronan
Mandi Rancan, 
Ancol Tamiang, (sekarang Ancol),
Samprok.
Suka Kandang,
Luwuk
Peteuy Kuru, 
Kandang Serang., 
Batur,
Pakuen Tubuy
Pakuen Tayeum. (Tayem sekarang)
Umbul Medang
Gonggong,
Umbul Songgol.
Leuwi Nutug,
Mulah Malik,
Pasagi,
Bala Indra,
Paniis. 
Tubuy,
Sanghiang Darah
 Caringin Bentik. 
Karagcarencang ( tempat suci Hulu Sungai Cisokan Gunung Patuha)
Hujung Galuh
Geger Gadung
Saung Galah    
Panggarangan
Pada Beunghar
Pamipiran
Mandala Dipuntang
Timbang Jaya,
Danuh
Panenjoan,
Karang Papak,
balawong
Pager Wesi.
Majapura
Pasir Batang
Maruyung
Losari
Kuningan
 Talaga
Walang Suji,
Panggarangan
Pamipiran
Medang Kahiangan (Sumedang sekarang)
Gunung Wangi
Sri Manggala

Saung Agung, Saung Agung dalam naskah ini dikatakan wilayah atau kerajaan dengan Gunung Burangrang sebagai pilarnya (perbatasannya). Kerajaan  Saung Agung diperkirakan berada di daerah Wanayasa sekarang.

Hujung Barat,
Dalam naskah ini dikatakan  Gunung Burung Jawa,pilarnya Hujung Barat.

Gunung Anten,Dalam naskah ini dikatakan Gunung Bulistir pilarnya Gunung Anten.  Gunung anten ini merupakan suatu daerah, bukan nama gunung.

Batu Hiang, dalam naskah ini dikataka Gunung Nagarati,pilarnya Batu Hiang.

Kurung Batu, dalam naskah ini dikatakan Gunung Barang, pilarnya wilayah Kurung Batu.

Sajra, dalam naskah ini dikatakan Gunung Banasraya, pilarnya wilayah Sajra, ke barat gunng Kosala

Catih Hiang. dalam naskah ini dikatakan Gunung Catih, pilarnya Catih Hiang.

Demaraja, dalam naskah ini dikatakan Gunung Hulu Munding,pilarnya Demaraja,

Tegal Lubu, dalam naskah ini dikatakan Gunung Parasi, pilarnya Tegal Lubu,

Sedanura,

Sinday.

Maja, atau Alas Maja dalam naskah ini dinamakan alas diartikan wilayah Maja

Rumbia. Atau Alas Rumbia  dalam naskah ini dinamakan alas
Mener,
Bojong Wangi.

Kujang Jaya, Itu Gunung Hijur,pilarnya Kujang Jaya.

Karangiang, Itu Gunung Sunda, pilarnya Karangiang

Karang, Itu Gunung Karang,pilarnya wilayah Karang.

Rawa, Itu Gunung Cinta Manik, pilarnya wilayah Rawa.

Labuhan Batu, Itu Gunung Kembang,pilarnya Labuhan Batu.
Panyawung, pilar dari wilayah Wanten.
Wanten
Panenjoan,
Pamengker.
Mananggul,
Lingga Lemah.
Eronan
Hujung Kulan,
Mulah Mada,
Tapak Ratu,
Mandala Wangi,
Rancagoda
Sanghiang Talaga Warna,  Menurut Bujangga Manik Sanghiyang Talaga Warna  merupakan danau /  tempat suci yang paling disucikan oleh orang di Pakuan, di gunung gede (dulu gunung ageung). Di gunung Ageung, terdapat hulu sungai ciliwung, Disni diceritakan tentang tempat suci Pakuan,

Mandala Beutung,
Mulah Beunghar,
Tigal Luar,
Jampang Manggung.


2. NAMA SUNGAI

Sungai Cihaliwung
Sungai Citarum
Sungai cilingga
Sungai Cisaunggalah,
Sungai Cihea,

Sungai Cisokan, .
Pertapaan Terakhir Di Hulu Sungai Cisokan, di gunung Patuha

Sungai Cimarinjung
Sungai Cihadea,
Sungai Carengcang,

Sungai Cisanti.
Sungai Cisanti merupakan hulu sungai citarum, yang mengalir dari selatan Bandung. Di hulu sungai Cisanti ada danau Cisanti. Dan danau ini terletak di kaki gunung Wayang. 
Danau ini terletak di Desa Tarumajaya, Kecamatan Kertasari, Kabupaten Bandung, Letaknya yang tersembunyi di pegunungan, serta keindahan alam yang masih asri menjadi alternatif wisata bagi beberapa orang. Selain itu, danau ini juga menyimpan peninggalan sejarah berupa petilasan Adipati Ukur,  yang memimpin pemberontakan melawan Mataram.
Hulu sungai cisanti ini berada di gunung Wayang, yang berada di selatan bandung.  Kata wayang dalam Gunung Wayang  bukan berasal dari kata wayang (golek) seperti yang kita kenal saat ini. Wayang di sini berasal dari kata wa, yang berarti angin atau berangin lembut, dan yang atau hyang artinya dewata. Jadi, kata wayang yang menjadi nama gunung ini berarti angin yang berembus dari Dewata, atau angin surgawi atau angin dewata yang lembut, yang mencirikan gambaran keindah-permaian alam yang abadi.
Berdasar sejarah sasakala Gunung Wayang, puncak gunung tersebut menjadi tempat bersemedi Pangeran Jaga Lawang.


3. NAMA GUNUNG

a. Gunung Ageung (Gunung Gede)

Gunung Ageung  demikian Bujangga Manik menyebut untuk dua puncak gunung kembar, yaitu gunung Gede dan Gunung Pangrango.
Gunung  Ageung terletak di dan wilayah kabupaten Cianjur dan Sukabumi, dengan ketinggian 1000-2958 m dpl, dan berada di lintang 106*51’-107*02’ BT dan 64*1’-65*’1 LS.  Gunung ini merupakan sebuah gunung berapi type stratovolcano.  
Gunung Ageung (Gunung gede & Pangrango) sekarang berada dalam lingkup Taman Nasional Gede Pangrango, yang merupakan 1 dari 5 taman nasional yang diumumkan di Indonesia  pada tahun 1981. Gerbang utama menuju gunung ini adalah dari Cibodas dan Cipanas.


b. Gunung Tangkuban Parahu


 Gunung Tangkuban Perahu berada di kabupaten bandung dan juga Subang. Gunung Tangkuban Parahu mempunyai ketinggian setinggi 2.084 meter dan termasuk gunung api aktif.. 
Asal-usul Gunung Tangkuban Parahu dikaitkan dengan legenda Sangkuriang, yang dikisahkan jatuh cinta kepada ibunya, Dayang Sumbi. Untuk menggagalkan niat anaknya menikahinya, Dayang Sumbi mengajukan syarat supaya
Sangkuriang membuat perahu dalam semalam. Ketika usahanya gagal, Sangkuriang marah dan menendang perahu itu sehingga mendarat dalam keadaan terbalik. Perahu inilah yang kemudian membentuk Gunung Tangkuban Parahu
Menurut Bujangga Manik, Gunung Tangkuban Parahu merupakan pilar atau perbatasannya wilayah Gunung Wangi. Dan dalam tulisannya Bujangga Manik tidak mengaitkan Gunung Tangkuban Parahu ini dengan Sangkuriang. Dan yang dikaitkan dengan Sangkuriang adalah Gunung Patenggeng. (Tentang dimana letak gunung Patenggeng, masih belum diketahui?)

c. Gunung Burangrang,

Letak Gunung Burangrang mengelilingi kota Bandung di sebelah barat laut yang berbatasan langsung dengan Purwakarta dan Subang. Ada 3 lokasi jalur pendakian menuju Gunung Burangrang, yaitu melewati Legok haji, Pos Komando dan Pangheotan.

Gunung Burangrang merupakan sebuah gunung api mati, ditataran Sunda yang  mempunyai ketinggian setinggi 2.064 meter. Gunung ini merupakan salah-satu sisa dari hasil letusan besar Gunung Sunda di Zaman Prasejarah. Gunung Burangrang bersebelahan dengan Gunung Sunda.

Dikatakan oleh Bujangga Manik bahwa Gunung Burangrang, merupakan pilar /perbatasan/ tapal batas wilayah Saung Agung.  Di kaki Gunung Burangrang, terdapat suatu  daerah wanayasa sekarang,  diyakini dulunya merupakan sebuah kerajaan yang dinamakan Saung Agung. Disana juga terdapat suatu situ (danau) yang bernama Situ Wanayasa.
Wanayasa adalah sebuah daerah di kaki Gunung Burangrang, dan sekian juta tahun yang lalu berada di kaki Gunung Sunda. Ketika Gunung Sunda meletus, abu volkaniknya melahirkan tanah yang subur di daerah sekitarnya, termasuk Wanayasa. Selain itu juga, melahirkan cekungan-cekungan dalam radius 100 km, yang kemudian di bagian selatan Gunung Sunda dikenal dengan sebutan cekungan Danau Bandung Purba. Di bagian utara, diduga cekungan tersebut masih menyisakan jejaknya yang kini dikenal dengan nama Situ Wanayasa dan Situ Cibeber, yang disebut masyarakat setempat sebagai pangparatan Situ Wanayasa.

d. Gunung Sembung, 
Gunung Sembung yang diungkapkan oleh Bujangga Manik merupakan nama gunung sembung tempat salah satu mata air sungai Citarum berasal. Karena banyak sekali nama gunung sembung, seperti di Cirebon misalnya.
Setelah mengagumi semua hal dari perjalanannya, Bujangga Manik kemudian pergi untuk bertapa di Gunung sembung, di hulu sungai citarum, selama 1 tahun.  Disana ia beribadah dan  mendirikan Lingga dan memahat patung serta membuat tugu, yang ia katakan akan menjadi bukti bagi generasi mendatang, bahwa ia pernah pergi ke sana, seperti yang ia ungkapkan:

Gunung Pategeng
peninggalan Sang Kuriang, ketika akan membendung Citarum,tetapi gagal karena matahari keburu terbit. gunung Pategeng, yang oleh Bujangga Manik, dikatakan sebagai peninggalan Sang Kuriang, ketika akan membendung Citarum, tetapi gagal karena matahari keburu terbit. 
Seperti yang diungkapkan dalam naskahnya:


............Berjalan melewati Gunung Pala.
Setiba ke tempat suci,
menyeberangi Sungai Cisaunggalah,
aku berjalan ke barat,
tiba di Gunung Pategeng,
peninggalan Sang Kuriang,
ketika akan membendung Citarum,
tetapi gagal karena matahari keburu terbit..............


Gunung Patuha,.


Gunung Patuha merupakan sebuah gunung yang terdapatdi wilayah Bandung Selatan, Tingginya 2.386 meter diatas permukaan laut. Gunung patuha memiliki kawah yang sangat eksotik, yaitu kawah putih. 
Di gunung Patuha ini di era Bujangga Manik ada tempat suci yang namanya Ranca Goda, Tempat suci di Gunung Patuha (daerah ciwidey sekarang),

Gunung Wayang,

Gunung Wayang mempunyai ketinggian  2.181 meter diatas permukaan laut. Kawasan Gunung Wayang Windu-Gunung Malabar-Gunung Patuha, kini terbentang hamparan perkebunan teh yang telah dibangun sejak zaman Belanda atas jasa Karel Albert Rudolf Boscha, astronom Belanda yang mendirikan perkebunan Teh Malabar, sekitar 300 tahun lebih setelah kunjungan Bujangga Manik.
Dinamakan Gunung wayang, berasal dari kata "wa" yang artinya desir angin dan "Hyang" yang berarti dewa, dan jika digabung berarti Hembusan angin dewa. Gunung Wayang merupakan tempat dimana hulu sungai Citarum berasal ( Sungai Cisanti).
Sungai Cisanti merupakan hulu sungai citarum, yang mengalir dari selatan Bandung. Di hulu sungai Cisanti ada danau Cisanti. Dan danau ini terletak di kaki gunung Wayang. Danau ini terletak di Desa Tarumajaya, Kecamatan Kertasari, Kabupaten Bandung, Letaknya yang tersembunyi di pegunungan, serta keindahan alam yang masih asri menjadi alternatif wisata bagi beberapa orang. Selain itu, danau ini juga menyimpan peninggalan sejarah berupa petilasan Adipati Ukur, yang memimpin pemberontakan melawan Mataram.

Gunung Malabar,
Gunung Malabar  terletak di bagian selatan Kabupaten Bandung dengan titik tertinggi 2.343 meter di atas permukaan laut. Malabar merupakan salah satu puncak yang dimiliki Pegunungan Malabar. Beberapa puncak yang lain adalah Puncak Mega, Puncak Puntang, dan Puncak Haruman.

Gunung Tampomas
 Sebuah Gunung berapi type stratovolcano  yang terletak di Kabpaten Sumedang Jawa barat. Letaknya di sebelah utara kota Sumedang, yang berada di 5 kecamatan: Buahdua, conggeang, paseh, cimalaka, tanjungkerta. Di kaki gunung tampomas terdapat banyak sumber mata air panas: mata air panas Cileungsing Buahdua, mata air panas Conggeang  dan lainnya.

Gunung Ciremai

Menurut Bujangga manik, Gunung Ciiremay merupakan pilar / perbatasan Pada Beunghar. Diselatannya merupakan wilayah Kuningan, dan di baratnya Walang Suji yang merupakan wilayah Talaga.

Gunung ciremai atau gunung cereme adalah gunung berapi kerucut yang secara administratif berada di 2 kabupaten: kabupaten Majalengka dan Kuningan Jawa Barat. Gunung ini mempunyai ketinggian 3.076 m diatas ketinggian laut, dan merupakan gunung tertinggi di jawa barat. Gunung ini mempunyai kawah ganda, Kawah barat yang beradius 400 m terpotong oleh kawah timur yang beradius 600 m. Pada ketinggian sekitar 2.900 m dpl di lereng selatan terdapat bekas titik letusan yang dinamakan Gowa Walet. Nama gunung ini berasal dari kata cereme (Phyllanthus acidus, sejenis tumbuhan perdu berbuah kecil dengan rada masam), 

Gunung ciremai termasuk  gunung api kuarter aktif type A, gunung api magmatik yang masih aktif sejak tahun 1600 M dan berbentuk strato.
 Jad menurut Bujangga manik di sekitar Gunung Cereme itu ada 3 negara, yaitu: Pada Beunghar, Kuningan dan Talaga. Bujangga Manik tidak pernah menyebut nama Cirebon, yang mungkin waktu itu belum begitu dikenal.


Gunung Papandayan
Gunung papandayan merupakan gunung berapi strato yang terletak di kabupaten garut Jawa barat, tetaptnya di kecamatan cisurupan , yang mempunyai ketinggian 2663 m diatas permukaan laut.
Gunung Papandayan mempunya beberapa kawah, diantaranya: Kawah Baru, Kawah Nangklak, kawah manuk.

Gunung Guntur,


Bujangga Manik juga menyebut Gunung Guntur, gunung ini terdapat di wilayah barat Garut, Jawa Barat, yang mempunyai ketinggian 2.249 meter. Gunung Guntur merupakan salah satu gunung berapi paling aktif pada dekade 1800-an. Tapi sejak itu aktivitasnya kembali menurun.

Gunung Cikuray

Gunung Kendan,
Gunung Bojage.
Gunung Karesi,
Gunung Langlayang,
Gunung Palasari.
Gunung Pala.
Gunung Marucung, pilarnya Sri Manggala.
Gunung Burung Jawa, pilarnya Hujung Barat.

Gunung Bulistir
pilarnya Gunung Anten. Gunung Bulistir. Itu hulu Sungai Cimarinjung, peninggalan  Patanjala, ketika ia gagal menjadi raja.

Gunung Nagarati, pilarnya Batu Hiang.
Gunung Barang, pilarnya wilayah Kurung Batu.
Gunung Banasraya, pilarnya wilayah Sajra,
Gunung Catih, pilarnya Catih Hiang.
Gunung Hulu Munding, pilarnya Demaraja,
Gunung Kembang, tempat segala macam pertapa, Gunung Kembang,pilarnya Labuhan Batu.
Gunung Hijur, pilarnya Kujang Jaya.
Gunung Sunda, pilarnya Karangiang
Gunung Karang,pilarnya wilayah Karang.
Gunung Cinta Manik,pilarnya wilayah Rawa.
(Gunung] Lembu Hambalang.

B DAERAH JAWA TENGAH

 Dalam kisah perjalanannya menuju Bali, Bujangga Manik telah melwati daerah Jawa Tengah, 3 kali, yang prtama ketika perjalanan pertamanya hanya sampai Pemalang tetapi kemudian ia kembali lwat Laut. Dan kemudian perjalanan yang kedua adalah keergianya ke Bali, dan yang ketiga adalah perjalannya setelah dari Bali.



C. DAERAH JAWA TIMUR

Dalam perjalanannya ke tempat suci yang berada di tataran sunda, dan jawa serta Bali, ia setidaknya telah singgah dibeberapa tempat penting untuk ziara penting di Jawa timur.
Bujangga Manik melewati daerah Jawa Timur 2 kali, yaitu perjalanannya ketika ia berangkat ke Bali, dan ketika ia pulang dari Bali.

1. Sekitar Gunung bromo, Gunung Semeru dan Gunung Kawi

Setelah pergi dari sana,
aku datang ke Sarampon.

Setelah aku tiba di Cakru,
beranjak dari tempat itu,
aku berjalan ke baratdaya,
pergi ke wilayah Kenep,
tiba di Lamajang Kidul,
melewati Gunung Hiang,
datang ke Padra.

Lereng Gunung Mahameru,
aku lewati dari sisi selatan.

Setelah datang ke Ranobawa,
berjalan melewati Kayu Taji.

Setelah berangkat dari sana,
tibalah aku di Kukub,
aku pergi ke Kasturi,
tiba di Sagara Dalem,
berjalan melalui Kagenengan,
mendaki Gunung Kawi,
yang kulewati dari sisi selatan.

Setiba ke Pamijahan,
aku berjalan ke arah barat,
melewati Gunung Anyar,
tibalah aku di Daliring.

Dalam perjalanan pulang ke tanah sunda dari Blambangan, Bujangga Manik melewati banyak tempat  di sekitar gunung  Bromo dan Semeru. Beberapa nama tempat masih dapat dikenali hingga sekarang seperti Kagenengan, Sagara Dalem, Gajah Mungkur, Mahameru, Brahma. Dan beberapa nama tempat lainnya sudah tidak dikenali lagi sekarang, seperti Kayu Taji, Kukub dan Kasturi. Beberapa nama tempat lainnya dapat ditelusuri dengan membuat perbandingan dengan naskah-naskah lain seperti Nagarakretagama, Tantu Panggelaran, Babad Tanah Jawi, Serat Kanda, Aji Saka, dan lain-lainnya.
Sebelumnya juga ia melewati Sarampon,  Cakru, wilayah  Kenep, Lamajang Kidul, Gunung Hiang, dan .Padra.

Gunung Raung

Talaga Wurung

Baru, dalam tulisan Bujangga Manik merupakan lurah kategan atau daerah para biara.

Padang Alun
Gunung watangan

Nusa Barong, pulau ini bisa dilihat ketika Bujangga Manik dalam perjalanan melwati gunung Watangan

Sarampan

Cakru
Bujangga Manik menyebut nama Cakru. Sekarang daerah itu menjadi nama desa di kecamata Kencong kabupaten jember. Dan sekarang desa tersebut sudah dimekarkan menjadi desa cakru dan desa Paseban. Bujangga Manik sempat mampir didesa ini, yang letaknya sebelah selatan Lumajang. Selain desa cakru, Bujangga manik juga menyebut nama Gunung Watangan dan melihat Nusabarong.

Kenep

Lamajang Kidul

Gunung Hiang

Pacira,adalah sebuah kategan (Tantu Panggelaran) atau katyagan (Nagarakertagama ), yang dalam pandangan Bujangga Manik rute itu mungkin terletak di sebelah timur Gunung Mahameru, mungkin sekarang tidak jauh dari Candipura dekat Pasirian.

Gunung Mahameru
Ranobawa

Kayu Taji adalah sebuah patapan (TP)

Kukub adalah sebuah mandala (TP,. Nag). Kayu Taji dan Kukub keduanya terletak di dekat Gunung Mahameru/ Gunung Semeru. Jika merunut rute yang dilalui Bujangga Manik mungkin di sisi selatan atau barat dari Gunung Semeru. Hal itu berarti bahwa pusat keagamaan Kukub yang memainkan peran dalam Kidung Panji Margasmara terletak di selatan agak timur dari Singosari dan tidak di wilayah Gunung Hyang.

Kasturi,  terdaftar sebagai sebuah mandala di Nagarakertagama, dan di bagian lain disebutkan bersama-sama dengan Kukub dan Sagara sebagai kelompok tiga mandala dekat Gunung Mahameru.

Sagara Dalem
Nama Sagara Dalem dalam uraian kisah perjalanan Bujangga Manik ini terletak di antara Gunung mahameru (sekarang semeru) dan Kagenengan yang berada di sebelah barat Gunung Semeru. nama Sagara Dalem mungkin sekarang nama sebuah kampung Segaran yang terletak di Desa Kendalpayak, Kecamatan Pakisaji, Kabupaten Malang. Di kampung ini pernah ditemukan benda arkeologi yang berupa batu bata kuno di Punden Mbah Cengkaruk.
Sagara dalam Nagarakertagama mungkin dapat disamakan dengan Sagara Dalem menurut Bujangga Manik, yang harus ditempatkan di antara Gunung Mahameru dan Kagënëngan. Sagara adalah sebuah dharma (Nag) yang letaknya tidak jauh di selatan Kota Malang. Sagara Dalem ini berbeda dengan mandala terkenal Sagara di Gunung Hyang, yang pernah dikunjungi oleh Hayam Wuruk (Nag) dan disebutkan juga di Prasasti Batur dan Tantu Panggelaran (TP).

Kagenengan
Setelah melewati Sagara Dalem, Bujangga Manik melanjutkan perjalanan menuju Kagenengan. Nama Kagenengan pada saat ini diduga merupakan nama Desa Genengan yang terletak di sebelah barat Desa Kendalpayak, Kecamatan Pakisaji, Kabupaten Malang. atau  Dukuh Kagenengan di Desa Parangargo, Kecamatan Wagir. Kagenengan pada masa lampau merupakan tempat suatu kelompok komunitas keagamaan. Dalam uraian Kitab Nagarakrtagama disebutkan bahwa Kagenengan merupakan sebuah pendharmaan dari Raja Rajasa (Ken Angrok).

Gunung Kawi

Pamijahan

Gunung Anyar. Di antara Gunung Kawi dan Gunung Kampud (sekarang: Kelud) Bujangga Manik melewati Gunung Anyar, yang mengingatkan kita pada catatan Pararaton bahwa pada tahun 1376 “hana gunung Anyar“, ada (munculnya) sebuah gunung baru (Par). Gunung Kelud merupakan vulkanik, sangat mungkin bahwa bukit baru yang telah terwujud itu adalah Gunung Anyar yang dimaksud dalam catatan Pararaton.

Dariling

2. Sekitar Gunung Kampud / Gunung Kelud

Sesampai di Gunung Kampud,
aku datang ke Rabut Pasajen.
Tempat ini dataran tinggi Rabut Palah,
tempat suci Majapahit,
yang dimuliakan oleh orang Jawa.

Aku membaca Darmaweya,
juga Pandawa Jaya.
Setelah itu keingintahuanku terpuaskan,
aku dapat bicara bahasa Jawa,
juga mampu menerjemahkannya.

Di sana aku tidak tinggal terlalu lama,
selama satu tahun lebih.

Aku tidak tahan suara yang terus bunyi,
yang datang untuk beribadah dan mempersembahkan emas,
yang beribadah tanpa henti,
berkelana di sekitar ibukota

Gunung Kampud (Gunung Kelud)
Dalam upayanya mengunjungi beberapa tempat suci Hindu-Buddha baik di wilayah Jawa bagian tengah ataupun Jawa bagian timur,  Bujangga Manik menceritakan  bahwa ia sempat singgal di Rabut Palah di gunung kampud (sekarang gunung kelud),  dan tinggal di kompleks bangunan suci itu sekitar satu tahun. Disana ia tidak hanya melakukan pemujaan, tetapi juga meningkatkan pengetahuannya dalam bidang kesusastraan dan memperdalam bahasa Jawa.

Rabut Pasajen, Bujangga Manik menerangkan bahwa Rabut Pasajen merupakan hulu atau dataran tinggi Rabut Palah , tempat suci atau kabuyutan Majapahit, yang disakralkan oleh orang Jawa..

Rabut Palah, Nama Palah merupakan nama sebuah tempat suci yang termuat dalam prasasti di Komplek Candi Penataran. Dalam prasasti yang berangka tahun 1119 Saka atau 1197 Masehi yang dikeluarkan oleh Raja Crengga dari kerajaan Kadiri, menyebutkan tentang peresmian sebuah perdikan untuk kepentingan Sira Paduka Batara Palah. Menurut para sarjana yang dimaksud Palah adalah Panataran. Candi Panataran ditemukan pada tahun 1815, oeh gubernur jendral inggris di indonesia Sir Thomas Stamford Raffles (1781-1826).
Rabut Palah bukan merupakan candi pendharmaan, karena merupakan kompleks yang relatif luas. Rabut Palah adalah candi kerajaan yang telah disucikan sejak zaman Kadiri hingga periode akhir Majapahit, jadi masa berfungsinya percandian itu membentang sejak temuan prasasti tahun 1197 Masehi (jaman Kadiri) hingga tahun 1454 Masehi dari zaman kemunduran Majapahit.
Sebelum mengunjungi Rabut Palah Bujangga Manik terlebih dahulu mendatangi Rabut Pasajen yang merupakan bangunan suci yang juga disakralkan oleh orang Jawa. Lokasi bangunan Rabut Pasajen itu letaknya di lereng yang lebih tinggi dari lokasi Rabut Palah pada lereng Gunung Kelud yang sekarang menjadi Candi Gambarwetan
Ia kemudian meninggalkan tempat itu karena tidak tahan terhadap kegaduhan pendatang yang melakukan ritual keagamaan dan persembahan
Waliring
Polaman
Balitar
Sungai Cironabaya
Pasepahan
Saput Talun
Sekitar Gunung Wilis, Gunung Lawu
Gunung Willis
Pasugihan
Dawuhan
Gunung Lawu
Urawan
Pamanikan
Sida Lepas
Oyong
Campagan
Pamaguhan
Pahul
Caturan
Roma
Sungai Ciwuluyu
Bobodo
Taji

D. DAERAH BALIi

E. DAERAH LAIN
Daerah Daerah Lainnya yang disebut, meskipun tidak disinggahi

 (Lanjut...............)
Note: Tulisan ini belum tuntas,...


Daftar Pustaka
Buku
Noordyun, J., A. Teeuw, Tiga Pesona Sunda Kuno (terj. Three Old Sundanese Poems oleh: Tien Wartini dan Undang Ahmad Darsa), Pustaka Jaya, Cet-1, Mei 2009

Gunung Pendakian Dari Aceh Sampai Papua

Artikel
Setiawan, Hawe, Bujangga Manik dan Studi Sunda

Internet : Wikipedia dll 
.