Menurut siabah kesalahan manusia yang sulit untuk dihilangkan adalah bahwa mereka merasa telah melakukan banyak hal sesuai dengan prestasinya. Padahal hal demikian telah banyak dilakukan oleh orang-orang sebelumnya, atau justru pencapaiannya mungkin lebh dari yang sekarang ini. Mudah-mudahan kebiasaan seperti ini tidak terjadi pada pasangan gubernur jawa barat sekarang ini, Aher dan Dedi Mizwar. Tetapi sebagai manusia yang selalu diliputi oleh kesalahan, tugasnya 'amar ma'ruf nahi munkar harus selalu didengungkan walaupun terasa pahit. Konon semakin banyak orang yang mengingatkan kepada kita maka sesungguhnya orang itu begitu perhatiaanya terhadapnya sama besarnya dengan pengharapannya agar menjalankan tugas berada dalam rel yang benar.
Kata Mang Dadang mah Siabah ini kapasitasnya sebagai apa? kok menulis memakai kata "Nasehat Siabah kepada Aher dan Dedi Mizwar",. Menurut Mang Dadang mereka itu seorang gubernur dan wakil gubernur, sedangkan Siabah itu siapa?. Suatu kritikan yang menurut siabah benar juga. Yang jelas menurut Mang dadang tidak ada hak siabah memberi nasehat kepada gubernur dan wakil gubernur, karena siabah ini rakyat biasa.
Siabah tidak mau berpolemik tentang kapasitas siabah yang orang biasa menasehati sang gubernur, menurut siabah itu merupakan tanggung jawab manusia dengan manusia yang lainnya, yang harus saling mengingatkan dalam kebenaran, dalam kebaikan (fastabiqul khairat),
Analisis Siabah terhadap Aher, menurut Siabah ketika Aher pertama kali menang menjadi gubernur dan wakilnya Dede Yusuf, mungkin mereka termasuk orang yang tidak percaya bahwa mereka akan menjadi gubernur, karena lawannya yang begitu hebat-hebat. Ditahun pertamanya merupakan tahun euforia karena ketidakpercayaan dan penyesuaian dengan sistem birokrasi yang baru. Di tahun kedua mereka baru bisa menerima realitas bahwa mereka benar-benar jadi gubernur. Tahun kedua merupakan tahun penyesuaian dan pembelajaran yang sebenarnya. Tahun ketiga mereka baru bisa menjadi gubernur yang sebenarnya, dan ditahun ini mereka mulai mengetahui orang-orang yang sejalan dengannya. Ditahun ke-4 sebenarnya proses pematangan kekuasaanya, dan mungkin ditahun-tahun ini ide-ide barunya baru muncul. Di tahun ke-4 ini ketika ide-idenya mulai matang, ditahun ke-5 justru harus melakukan terobosan-teobosan untuk memenangkan pilkada berikutmya.
Diakhir tahun kepemimpinannya, biasanya mereka menyanyangkan terhadap diri sendiri bahwa sebenarnya mereka seharusnya banyak melakukan hal-hal yang signifikan. Tetapi karena harus berhadapan dengan akhir kepemimpinnya, maka mereka harus melakukan terobosan terobosan untuk melakukan pemenangan pilkada berikutnya.
Ketika pilkada berikutnya dimenangkan, harusnya bapak Aher melakukan lompatan besar, dan terobosan baru dengan pencapaian-pencapan yang signifikan. Karena di tahun ke-6 ini proses pematangan dalam berpikir dan dalam melakukan kebijakan sesungguhnya di mulai. Hasil karya sekarang dan ke depan jangan diukur 5 tahun ke belakang, karena 5 tahun ke belakang adalah proses pembelajaran dalam birokrasi yang itu-itu saja(stagnan). Harusnya Aher pada tahun ini melakukan lompatan-lompatan yang besar, melakukan revolusi dalam kebijakan di jawa barat yang mempunyai potensi ekonomi sangat besar. Tetapi sepertinya mengikuti kebijakan pendahulunya, yaitu kebijakan yang mengekor dibelakang kebijakan Jakarta tetap dipertahankan.
Keberhasilan 5 tahun ke belakang mungkin terlalu banyak melihat pencapaian di dalam wilayahnya, tanpa melihat dari kejauhan. Menurut siabah kadang-kadang kita harus melihat daerah kekuasaan kita dari jauh, atau membandingkan dengan pencapaian-pencapaian di daerah lainnya. Karena akan begitu nampak kekurangan-kekuragannya. Tetapi karena terbiasa memandang dari dalam, sesuatu yang biasapun seolah begitu wah, padahal didaerah lain hal itu belum apa-apanya.
Seperti ketika siabah pulang kampung ke kampung halaman di jawa barat. sangat kontras ketika melalui jalan di wilyah jawa barat, padahal itu merupakan jalan provinsi, Kata istri siabah yang orang jawa timur, tidak ada pilihan ketika melewati jalan-jalan yang dialaluinya, maksudnya saking jeleknya, sehingga tidak ada pilihan lagi, mau tidak mau harus melewati jalan itu. Hal itu belum masuk ke jalan desa-desa. Jika menanggapi komentar-komentar istri siabah tentang jalan yang dilaluinya, ia memuji kesabaran orang sunda, dan menurutnya jika hal ini terjadi di Jawa Timur maka orang-orang akan protes atau demo. Jadi mengapa dikampungnya jalan lebih mendingan dari jalan di kampung suaminya.
Kesabaran yang dipendam oleh para sopir melalui jalan jelek tersebut, bukan karena ia tidak mau protes. karena menurutnya harus protes ke siapa, karena para penguasa tetap diam dan tetap tidak mau tahu. Mereka mengumpat tiap hari terhadap pemimpin-pemmpin mereka yang tidak pernah memperdulikan kaum lemah. Umpatan-umpatan yang didengar setiap hari oleh pengguna jalan, mungkin akan menjadi hambatan sang pemimpin dalam menuju surga. Padahal dulu akses jalan ke kampung tersebut tidak pernah sejelek itu,. Sesungguhnya siapa yang salah, kebijakan yang salah atau pemimpin yang tidak pernah memperhatikan rakyatnya atau pemimpin yang telah puas terhadap kebijakan-kebijakan yang telah dianggapnya sebagai kebijakan yang berhasil. Sebenarnya siabah bukan hanya kasihan terhadap masyarakatnya, tetapi juga kepada para pemimpinnya yang telah membuat hambatan menuju surga. Hal ini mungkin berbeda dari para pejabat, yang tiap hari menggunakan mobil Volvo atau Mrcedes Benz, dan di rumahnya dipenuhi oleh fasilitas negara yang taiada terbatas.
Siabah selalu mengingatkan bahwa sesungguhnya keberhasilan penguasa suatu daerah adalah banyak membuat akses warganya agar lebih mudah, Adalah kebohongan yang besar jika kita berbicara tentang kemakmuran, kesejahteraan dan kemajuan sedang jalan-jalan di wilayahnya, aksesnya begitu memprihatinkan, begitu jeleknya atau bahkan tidak ada akses sama sekali, Atau akses yang awalnya bagus, ketika kita berkuasa ternyata banyak yang rusak, jadi tolak ukur keberhasilannya dimana?
Konon orang yang banyak membuka akses masyarakat lebih baik, atau lebih banyak maka akan memudahkan kita dalam menuju surga. Surgaa jika dikonfersikan dalam arti di dunia, berarti kesejahteraan masyarakat, karena nikmat yang begitu besar di surga. jadi ketika seseorang banyak membangun akses jalan yang bagus, yang manusiawi sesungguhnya mereka telah membangun jalan menuju surga kesejahteraan.
Jadi menurut siabah jika seseorang berkuasa jangan muluk-muluk kita berbicara tentang kemakmuran masyarakat, kesejahteraan masyarakat, sedangkan jalan dimana-mana jelek. Padahal akses jalan sesungguhnya merupakan dasar menuju kemakmuran. karena dengan akses/ jalan bagus maka perekonomian akan jalan sendiri.
Dan yang perlu dibangun di daerah jawa barat adalah fasilitas transfortasi yang layak, dan secara ekonomi dapat membangkitkan kinerja ekspor. Karena siabah melihat bahwa disamping transfortasi darat banyak yang rusak. Transfortasi udara dan lautpun jauh dari kata yang layak. Padahal potensi ekonomi yang sangat besar, penduduk terbanyak, tempat para tenaga ahli atau juga pekerja yang melanglang ke mana-mana (banyak yang ke luar pulau). Suatu potensi transfortasi udara yang sangat menjanjikan, disamping itu daerah jawa barat merupakan surganya wisata kuliner, wisata alam dan mode.
Siabah karena sering berada di luar daerahnya, sehingga mereka dengan jelas memandang daerahnya sendiri sebagai surgawi yang penuh potensi. tetapi karena kurang keberanian dalam melakukan kebijakan (atau mungkin kurang punya ide). Konon kekurangan orang jawa barat itu kurang suka pamer, sehingga mereka kadang kurang bisa keras menepuk dadanya sendiri. Ide-ide yang brilyan kadang dipendam di dalam hati, sehingga ide-ide besar pun seolah tidak banyak bermamfaat.
Menurut siabah kita harus 'loba kahayang', harus banyak kemauan, sehingga ide-ide itu akan muncu dengan sendirinya. Dan jangan lekas puas terhadap prestasi yang kita kerjakan. Karena sifat lekas puas sebenarnya justru menutup diri dari keberhasilan-keberhasilan yang sesungguhnya. Karena jika kita lekas puas terhadap pencapaian-pencapaian yang kita kerjakan, berarti kita baru puas terhadap asumsi-asumsi yang dibuat kita sendiri, bukan oleh pendapat banyak pihak.
Jika melihat potensi yang dimiliki oleh wilayah jawa barat sesungguhnya, harusnya kita banyak melakukan lompatan-lompatan besar, atau membuat alternatif-alternatif ataupun membuat terobosan-terobosan yang besar. Jawa barat itu adalah potensi yang tiada terbatas, disini terdapat ppusat-pusat intelektual yang bergengsi, alamnya bagaikan surga yang memberikan banyak keindahan yang sangat layak untuk dikunjungi, pusat mode di indonesia, dan surganya kuliner dinegeri ini. Disamping itu pusat-pusat industri juga terdapat di daerah ini.
Melihat potensi tersebut harusnya hal ini memberikan ide-ide untuk membuat akses-akses transfortasi untuk mempermudah orang untuk mengunjunginya. Tetapi rupanya hal inilah yang justru tidak digarap sama sekali oleh para penguasa jawa barat. Suatu potensi yang disia-siakan. Menurut siabah di jawa barat itu tidak akan rugi jika dibangun bandara atau lapangan pesawat terbang 3 buah juga yang bertaraf international, karena potensi ekonomi yang sangat menjanjikan, potensi penduduk yang sangat melimpah, dan potensi wisata yang sangat mejanjikan. Harusya di Jawa barat itu minimal ada 23 bandara yang dibangun berbarengan, bisa di Karawang, atau di majalengka, di bandung dan daerah selatan, di Tasikmalaya. Jika bapak gubernur sering jalan-jalan ke luar pulau, sangat banyak para pekerja yang bekerja di berbagai pulau, sbegai tenaga ahli atau sebagai tenaga kerja/ kontraktor, dimana mereka kadang tiap bulan atau tiap tiga bulan mereka harus pulang pergi dari kampung halamannya ke pulau tersebut.
Disamping itu, potensi ekspor dari jawa barat harus melalui pelabuhan tanjung priuk di jakarta, sehingga kjawa barat harus puas dengan kebagian 40 persen dari jasa ekspor inpor, sedang 60 persennya harus berbagi dengan pemilik pelabuhan. Suatu kerugian yang sangat besar. Keuntungan yang harusnya bisa untuk membangun daerahnya justru harus rela dbagi dengan perbandingan yang lebih kecil. Suatu kesalahan yang sangat patal. harusnya di jawa barat dibangun pelabuhan bertaraf international seperti di karawang atau di subang.
Jika PT. angkasa Pura tidak berminat membangun bandara di Jawa barat, maka bisa bekerja sama dengan pengelola dunia. Dan jika Pelindo tidak berminat untuk membangun pelabuhan di jawa barat, hal ini juga harusnya membuka peluang kita untuk bekerjasama dengan pelabuhan dunia, atau bisa dikelola sendiri dengan membangun perusahaan daerah. Hal itu sagngat tergantung pada kemauan dari gubernurnya. kalau tidak ada kemauan atau teu boga kahayang, harusnya jangan jadi gubernur saja, karena hal ini berarti dia telah menghambat masyarakatnya untuk maju.
Menurut siabah harusnya gubernur jawa barat itu membuat terobosan-terobosan yang spektakuler, jangan membiarkan hanya menjadi pengikut yang merasa puas dengan pencapaian-pencapaian, padahal tidak melakukan apa-apa.
Jika melihat bandara ibukota propinsi di bandung misalnya, sangat jauh dari kota-kota di balikpapan misalnya. Apalagi dibandingkan dengan surabaya, medan, makasar, sungguh sangat memprihatinkan. Menurut siabah kita ini mempunyai penduduk terbesar, potensi wisata yang besar, potensi tenaga ahli yang besar, tapi karena dadanya kurang dibusungkan. Potensi yang besar dibiarkan hilang begitu saja.
Empat tahun lalu ketika kerja siabah di bontang kalimantan timur, bandara sepingan Balikpapan belum apa-apa. tetapi 2 tahun yang lalu sudah ada perubahan, dan sekarang mungkin balikpapan akan mempunyai bandara yang signifikan, Di Bandung dari dulu cuma itu itu saja. jadi sesungguhnya sangat sulit dimana sesungguhnya keberhasilan ketika berkuasa,
Mungkin dulu siabah sering menyampaikan hal demikian ke facebook bapak dede yusuf yang waktu itu menjadi waikil gubernur, dan sudah 5 tahun, ternyata ketika siabah ke bandung melalui bandara Husein, sungguh sangat memprihatinkan. Bandara kota besar mungkin fasilitasnya jauh dari layak untuk ukuran kota besar. Hal ini menunjukan bahwa sesungguhnya para penguasanya kurang mempunyai greget untuk membangun, kurang greget dalam menangkap peluang dan kurang bisa membusungkan dadanya. ,,,,,,,,,,,,,,
Jadi suatu kesempatan yang baik bagi bapak Aher untuk melakukan lompatan-lompatan besar, karena di tahun ke-6 ini merupakan tahun kematangan seorang gubernur, karena setelah 5 tahun ke-depan mereka harus lengser dengan sendirinya. Sungguh suatu kegagalan jika kita tidak melakukan apa-apa, tanpa melakukan terobosan-terobosan yang signifikan. Mungkin kita akan cuma dikenang dalam daftar yang hanya lewat dalam daftar gubernur yang tidak mempunyai prestasi yang lebih. Jadi apa yang membedakan diri kita semasa berkuasa dengan gubernur sebelumnya. Jika dibandingkan dan ditelusuri dengan seksama, mungkin prestasi kita belum sberapa. Jadi alangkah indahnya jika bapak Aher sekarang ini memulai melakukan terobosan-terobasan atau lompatan-lompatan besar untuk membangun daerahnya dengan prestasi yang mungkin akan dikenang oleh generasi berikutnya. ......(lanjut)
By. Adeng Lukmantara
(Foto. Abah Olin bersama cucu-nya, Lokasi di Hariang Buahdua Sumedang)