Membangun karakter baru yang bertanggung jawab mungkin suatu karakter yang harus dibangun oleh bangsa kita. Mungkin masyarakat sunda sekarang ini harus sesegera mungkin membangun karakter yang demikian. Kita tidak boleh ikut-ikutan terbawa oleh budaya bangsa kita yang cenderung korup, cenderung aji mumpung, cenderung menutupi, kurang terbuka, dan hipokrit.
Karena apabila kita mengkaji secara epistemologipun masyarakat sunda sebenarnya bisa terdepan dalam merealisasikan hal tersebut. Jika kita meneliti asal kata "sunda", kita akan mendapatkan suatu pengertian yang orsinil yaitu kemurnian. Sunda berarti murni, suci. Nama yang pertama kali digunakan oleh Prabu Purnawarman dalam menamai ibukota barunya "Sunda Pura" (kota suci / kota murni). jadi harusnya secara epistemologi ini masyarakat sunda harus berupaya untuk membangun kemurnian dalam hidup, suatu kehidupan yang bertanggung jawab.
Tidak hanya itu, jika ditinjau dari segi huruf pun sangat jelas dan terang. Huruf-huruf yang digunakan oleh masyarakat sunda selalu tetap pengucapannya meskipun ditempatkan di depan, di tengah, dan di belakang. Huruf K misalnya, di depan ditengah, dan dibelakang harus tegas diucapkan K. Makanya orang sunda sebenarnya harus menolak penggunaan kata "Bapak", karena K disana tidak dibaca. Harusnya orang sunda konsisten bahwa K disana harus dibaca tegas, atau harus dihilangkan sama sekali, karena K disan tidak perlu. Karena jika penggunaan huruf saja sudah berubah-ubah maka karakter kita akan berubah-ubah. Ketika di depan demikian, di tengah berubah dan di belakang tambah berubah lagi. Dan hal ini bisa berkembang menjadi pemahaman, jika menjadi masyarakat biasa kok baik-baik, tetapi jika menjadi penguasa kok berubah, bisa serakah atau aji mumpung. Jadi marilah kita mengorek lagi budaya kita yang memang kita pelajari agar kita menjadi kuda hitam dalam menentukan ke arah masyarakat yang lebih bertanggung jawab
Bagaimanakah membangun suatu karakter orsinil yang modern. Bagaimana agar kemodernan dapat diterima sebagai suatu keharusan, bukan suatu keterpaksaan. Sehingga kemodernan dapat menjadi fasilitas dalam mencapai kesejahteraan masyarakat. Bukan seperti sekarang, kemodernan bagi kita merupakan keterpaksaan, karena memang dunia telah modern, sehingga kita hanya menjadi penonton dan pemakai dari kemodernan ini bukan sebagai pembuat atau pelaku dari kemodernan itu sendiri.
Mungkin kita harus belajar kepada jepang, yang bisa membangun kemodernan jepang yang orsinil. Dia adalah pelaku, dia adalah pembuat dan dia adalah pendesain. Kalau kita hanya jadi pemakai dan penonton kemoderan itu sendiri. karena orang jepang menganggap kemodernan merupakan suatu keharusan. Bukan seperti kita pemahaman kemodernan lebih diakibatkan oleh keterpaksaan. Dan ada yang wajib ditiru dari jepang, kemodernan baginya bukan berarti meninggalkan kejepangannya, tapi modern jepang karena memang orsinil jepang yang modern, bukan hanya sebagai pengekor yang tidak kreatif........