Sabtu, 20 April 2013

MENGENALKAN KEMBALI PEMIKIRAN SUNDA KLASIK, SUATU PERBINCANGAN DENGAN SIABAH

   
Menarik sekali berbincang-bincang dengan Siabah tentang sejarah pemikiran sunda yang kata Siabah memang sudah dilupakan oleh para intelektuanya atau memang sengaja dilupakan. Berbicara tentang kesjarahan dalam hubungannya dengan naskah-naskah sunda klasik, menurut siabah meskipun sudah mulai bermunculan yang mulai meng"eksis"kan pada kajian kesundaan, seperti kelompok "Salakanagara", tapi menurut siabah masih terlalu sedikit daripada penduduk tataran sunda yang lebih dari 45 juta jiwa.
   Menurut siabah:" Sekarang  ini banyak orang sunda yang tidak mengenal naskah naskah peninggalan kaum intelektual nenek moyangnya.  Yang lebih mengkhawatirkan lagi justru hal ini juga melanda kalangan intelektual masyarakat sunda itu sendiri. Mereka lebih peduli dengan sejarah sejarah  yang berasal dari daerah lain daripada daerahnya sendiri. Nasionalisme yang dikembangkan oleh bangsa ini telah menggerus sendi sendi budaya bangsanya sendiri. Mereka mendidik anak bangsa yang tidak pernah mengenal hasil budayanya sendiri. Mereka telah mendidik manusia-manusia mengambang yang tidak mempunyai pijakan yang sangat kokoh."
    Siabah membandingkan dengan bangsa jepang yang termasuk bangsa yang maju/ Siabah berkata:"Berbeda dengan Jepang, meskipun mereka telah menjadi negara maju, tetapi  komunikasi eengan sejarah masa lampaunya tidak pernah dilupakan, Makanya cerita-cerita masa lampaunya telah banyak menginspirasi kemajuan jepang itu sendiri juga termasuk yang berkaitan dengan kisah-kisah lama yang termodernkan. Karena itu jepang meerupakan negara yang sangat modern yang tidak terputus dengan peradaban masa lampaunya."
    Siabah mengkritik ketidakpedulian kaum intelektual sunda terhadap sejarahnya sendiri yang justru mendapat dukungan dari penguanya yang dinilai siabah tidak terlalu cerdas. Menurut siabah:"Masyarakatnya yang kurang peduli,  mendapat tempat pada penguasanya yang  kurang cerdas, sehingga potensi masa lampau yang dapat memperkaya kekinian justru  terputus, atau dengan kata lain, bahwa masayarakat sunda  kini telah terputus dengan peradaban masa lampaunya, sehingga dalam menjalani kehidupannya mereka telah kehilangaan orientasi (disorientation) terhadap peradabannya itu sendiri. Menjadi manusia sempurna dalam arti yang tidak melakukan apa apa telah melanda masyarakat sunda.  Padahal dalam sejarahnya, manusia sunda adalah maanusia proses yang menuju kepada perbaaikan ke perbaikan selanjutnya (rancage). Dan dapat dilihat dari kisah carita parahiyangan bagaimana para leluhur kita membuat suatu kerajaan, mereka meninggalkan pertapaan karena kritik dari seekor burung, yang mengatakan bahwa “sang pendiri? Yang awalnya seorang pertapa telah dikritik habis-habisan, bahwa dia hanya orang yang tidak berguna yang pekerjaannya hanya duduk saja dan tidak bisa melakukan apa-apa."
    Siabah juga mengatakan bahwa pentingnya menjaga situs-situs kebudayaan klasik sebagai tanggung jawab terhadap generasi berikutnya. Siabah berkata:"Menjaga hasil karya peraadaban klasik harusnya  merupakan suatu kebanggan dari anak bangsa sekarang ini. Meskipun dari kebudayaan yang berbeda, dari agama yang berbeda. Karena hasil peadaban masa lampau akan menginspirasi anaak bangsanya dikemudian hari. Karena itu menjaga situs-situs kebudayaan kuno bukan berarti menjaga tahayulisme seperti yang dikembangkan kaum dukun, tetapi lebih upaya daripada pencarian jatidiri kita sebagai manusia sunda, untuk membangun peradabannya ke depan."

Pembodohan dari kaum sejarawan nasional
    Siabah tidak hanya menyoroti tentang ketidakpedulian masyarakatnya tehadap kebudayaan sunda itu sendiri, tetapi memang ada pembodohan yang dikembangkan oleh kaum sejarawan penguasa. Si abah berkata:"Jauhnya masyarakat sunda dari kebudayaannya bukan hanya dikarenakan ketidakpedulian dari masyarakatnya, tetapi lebih disebabkan oleh para sejarawan nasional yang dikuti oleh kaum sejarawan sunda yang kurang kritis terhadap berbagai permasahan kesundaan. Para sejarawan nasional telah bersikukuh menjadikan kitab negarakertagama sebagai sumber sejarah rujukan untuk membuat peran-peran majapahit agar lebih menonjol. Para sejarawan sunda yang berpendidikan formal kebanyakan kurang percaya diri menjadikan carita parahiyangan sebagai sumber berita tentang keberadaan kerajaan sunda."
    Siabah berkata:"Sejarawan nasional telah membuat sejarah majaoahit seolah menjadi cikal bakal negara indonesia. Padahal indonesia merupana warisan dari ex. Jajahan belanda. Jadi secara de fakto sejarah indonesi bermula dari penjajahan belanda. Karena 100 persen negara indonesia merupakan ex, jajahan belanda., yang tidak ada hubungannya dengan kerajaan majapahit yang sudah hancur pada abad 15 M. Jadi tidak ada hubungannya antara majapahit dengan indonesia sekarang ini."
     Siabah iri dengan negara-negara maju, seperti di inggris yang banyak membuat fil-filmya yang diangkat dari cerita-cerita klasiknya. Siabah berkata:"Negara negara barat sepeti dalam cerita-cerita di negeri inggris banyak dipengaruhi oleh cerita-cerita trdisionalnya, meskipun kadang tidak masuk akal. Tapi bagi mereka bukan masuk akal atau tidaknya, hal tersebut tidak terlalu penting. Yang penting darinya adalah cerita-cerita tersebut dianggap sebagai awal dari penyelidikan untuk pengkajian sejarahnya. Jadi perbedaan kaum intelek di negeri elisabet dengan sejarawan kita adalah, jika mereka mencari sumber dari sumber sedikit kemudian dilakukan penyelidikan-penyelidikan. Kalau dinegeri ini informasi yang banyakpun seolah dibiarkan terlunta, karena keengganan untuk berpikir dan sikap pengekornya begitu kuat, apalagi informasi sedikit, oleh para sejarawan kita dianggap sebagai dongeng yang tiada berguna. Makanya jangan heran situs-situs di tanah sunda seolah di telan bumi. Keberadaannya juga selalu ditutup-tutupi oleh kaum intelektualnya itu sendiri."

Tanggung Jawab Generasi Sekarang
     Siabah menekankan tentang tanggungjawab dari gebnerasi sekarang ini, untuk mengumpulkan cerita, cerita atau dongeng-dongeng, atau sejarah yang berkaitan dengan pembentukan sutu daerah atau kerajaan, yang kemudian dipublikasikan. Menurut siabah:"Sebeleum mencapai ke tingkat penyelidikan kesejarahan tanah sunda, generasi sekarang mungkin  harus membuka wacana seluas-luasnya, dengan mengumpulkan sumber yang banyak dari berbagai pelosok tataran sunda. Kumpulkan dan publikasikan, mungkin sekarang ini yang harus kita lakukan, hingga munculnya kaum intelaktual /sejarawan  sunda yang kritis yang tidak terikat oleh kaum sejarawan para penguasa, yang cenderung menghilangkan potensi-potensi kesejarahan sunda itu sendiri."
    Menuerutnya juga:" Cerita-cerita, dongeng-dongeng dari tanah sunda dari siapapun mulai sekarang harus mulai dikumpulkan dan dipublikasikan. Hal ini untuk mendorong sistem crosscek sejarah dari sumber-sumber yang mungkin memiliki cerita sama tetapi dari analisa yang berbeda, sehingga menimbulkan cerita atau sejarah berbeda."
     Siabah juga mengkritik para pembuat sejarah kekuasaan, sejarah hanya untuk legitimasi kekuasaan yang ada. Menurut siabah:"Jangan percaya kepada kaum sejarawan sekarang ini, karena sejarawan indonesia, termasuk dari sunda adalah pendukung atau penganut sejarah kekuasaan. Jadi bagi mereka sejarah yang mendukung dan menguntungkan kekuasaan yang sedang berkuasa itulah yang mereka dukung dan kembangkan. Padahal sejarah itu sendiri adalah independen. Tetapi semua buku wajib kita miliki dan baca untuk memperkaya intelektual kita itu sendiri, Tetapi menyangkut kesimpulan sejarah, kita mungkin harus mengembangkan sejarah yang kritis. Dan yang terpenting dari kita sekarang ini adalah kita harus berprinsip, sekecil apapun informasi, sedikit apapun berita, harus dijadikan awal dari penyelidikan kita terhadap sejarah."

(Mengenal Pemikiran Pemikiran Siabah, hasil dari suatu diskusi By. Adeng Lukmantara)
Foto. Abah Olin & Emut Muchtar (adiknya)