Pengantar
Salah satu fungsi dari belahan otak kanan adalah imajinasi atau menghayal. Mengenai kata mengkhayal atau imajinasi, jika dikaitkan dengan tokoh, mungkin orang sunda akan teringat pada cerita atau dongeng tentang Si Kabayan.
Salah satu fungsi dari belahan otak kanan adalah imajinasi atau menghayal. Mengenai kata mengkhayal atau imajinasi, jika dikaitkan dengan tokoh, mungkin orang sunda akan teringat pada cerita atau dongeng tentang Si Kabayan.
Cerita Si kabayan
seolah sudah menjadi cerita turun temurun masyarakat sunda sejak dulu. Si Kabayan ini adalah tokoh imajinasi
yang sangat terkenal di tataran sunda. Si Kabayan adalah si penghayal besar.
Kadang orang memandang waktu itu sangat negatif "pangedulan" alias
males.
Yang
diketahui dari kita tentang Si Kabayan ini adalah tokoh yang suka berkelakar,
humoris, kadang dianggap malas tetapi selalu memberikan solusi yang sangat
cerdas.
Saya tidak tahu masuk mana tokoh Sikabayan ini.
Apakah dia masuk kategori kecenderungan pengguna otak kiri atau otak kanan. Tapi yang jelas si Kabayan ini adalah
tokoh imajinatif ditanah sunda yang sangat
inspiratif, karena dia selalu dihubungkan dengan solusi masyarakat di zamannya.
Karena
sangat inspiratif, maka tokoh si Kabayan ini telah ditulis dalam beratus ratus
judul, telah disinetronkan dalam berbagai versi dan telah difilmkan dalam dalam
beberapa judul.
Jadi tokoh
Sikabayan ini merupakan tokoh imajinatif yang sangat inspiratif, meskipun
diizamannya dia sering disebut pangedulan, atau tidak kreatif.
Adeng Lukmantara
Peminat Studi Peradaban Sunda dan Islam
Asal Hariang Sumedang
Peminat Studi Peradaban Sunda dan Islam
Asal Hariang Sumedang
SI KABAYAN : TOKOH IMAJINATIF YANG INSPIRATIF
BAB I SI KABAYAN DALAM SUATU CERITA
BAB I SI KABAYAN DALAM SUATU CERITA
1.. Pemeran Utama Cerita Si Kabayan
Dalam suatu cerita, tokoh utama
dalam kisah Si Kabayan hanya 4 orang, yaitu Si Kabayan itu sendiri, Si Iteung
istrinya, Si Abah yang merupakan mertua laki-laki Si kabayan (bapak Si Iteung),
dan Ambu yang merupakan mertua perempuan Si Kabayan. Sedang tokoh tokoh lainnya
merupakan pelengkap, tergantung pada tema ceritanya.
Si kabayan selalu diidentikan
orang yang polos, agak malas, tetapi agak cerdas, banyak ide disamping humoris.
Keberhasilan dalam menyelesaikan berbagai permasalahan yang rumit, kadang di
luar nalar dizamannya. Keberhasilan bisa berupa kemujuran, atau memang karena
logika yang masuk akal.
Si Iteung digambarkan sebagai wanita yang
cantik, berwajah agak hitam tetapi manis (hitam manis / Si hideung santeun)
yang menjadi kembang desa dan primadona para jejaka di desa, tetapi si kabayan
dapat memenangkan persaingan, dan dapat merebut hati Si Iteung.
Si Abah merupakan orang tua Si
Iteung, yang sebenarnya tidak mau mempunyai menantu seperti Si Kabayan. Tetapi
kemudian harus terpaksa merelakan anaknya di kawin oleh si Kabayan, karena
kegigihan Si kabayan dalam memperjuangkan untuk meluluhkan hati anaknya Si
Iteung.
Ambu merupakan ibu dari Si
Iteung, dan dikenal tokoh bijaksana, yang sering mendamaikan kesalahpahaman
pemikiran Si Kabayan dengan suaminya (Si Abah) yang kadang terkenal agak kurang
menyukai sifat sifat Si Kabayan.
Sedang Tokoh lain hanyalah tokoh
pelengkap tergantung pada tema cerita Si Kabayan. Tetapi kebanyakan cerita
berasal dari konflik antara Si Kabayan dan mertuanya, Si Abah. Maka dalam
cerita cerita atau film film tentang Si Kabayan, kadang kadang muncul dari Si
Abah diantaranya kata: Si Borokokok atau Si Ontohod, untuk istilah yang
diberikan kepada Si Kabayan.
2..
Sifat Dasar Si Kabayan
Si kabayan di daerah nusantara
merupakan tokoh jenaka yang tiada duanya. Ceritanya berkembang mengikuti
perkembangan zaman. Tetapi ada keunikan dari tokoh ini yang tetap melekat,
yaitu kepolosan yang seolah tidak ada obsesi dan tendensi; selalu
memperlihatkan sikap orang kampung (agak kampungan); tidak pernah merasa
tersinggung jika dikritik atau dihina dan selalu menanggapinya dengan santai; seperti
orang malas tetapi selalu berpikir (merenung); daya imajinatifnya selalu
melampaui zamannya, cerdas dan banyak akal. Jika menghadapi permasalahan yang
rumit sekalipun tetap dalam wajah dan kondisi yang tidak pernah panik, dan
solusi atau pemecahan permasalahan kadang sulit di duga tetapi masuk akal, dan
dengan solusi permasalahan yang cemerlang.
Si Kabayan adalah seorang
perenung yang luar biasa. Perenung merupakan istilah untuk kata orang yang
sering merenung memikirkan sesuatu ynag kadang di luar pemikiran zamanya. Karena itu ia kadang imajinatifnya
melebihi zamanya dan di luar pikiran masyarakat sekitarnya. Karena itu
mertuanya kadang menganggap si kabayan seperti orang yang malas (pangeudulan)
dan seorang penghayal besar.
Karena pemikiran yang luar biasa,
banyak akal dan gigih dalam
memperjuangkan kemauannya, meskipun seperti orang kampungan dan pemalas. Tetapi
justru sikap yang demikian yang dapat meluluhkan hati Si Iteung, bunga desa si
mojang hideung santeun (Si Iteung yang
hitam manis).
2..
Perbandingan dengan Tokoh Lain
Kadang orang mensejajarkan tokoh
Si kabayan ini dengan Abu Nawas atau Nasrudiin dalam sastra Arab pada abad
pertengahan. Seperti halnya Abu Nawas atau Nasruddin adalah tokoh jenaka yang
sangat cerdas, seseorang yang membuat ketidakmungkinan menjadi mungkin dengan
keberhasilan yang luar biasa dan dilakukan dengan hal hal yang jenaka.
Meskipun terlalu jauh
mensejajarkan Si Kabayan dengan tokoh seperti Abu Nawas dan juga Nasruddin,
tetapi Tokoh Si kabayan ini hanya ada satu satunya di Nusantara yang begitu
membumi. Dan hanya ada dalam kebudayaan masyarakat Sunda.
Wikipedia menulis bahwa si
kabayan merupakan tokoh imajinatf dari budaya Sunda. Polahnya dianggap lucu,
polos, tetapi sekaligus cerdas. Atep Kurnia dalam tulisannya mengutip pendapat
Rassers (1941) yang menilai tokoh si kabayan ini adalah tokoh ambivalen. Selain
sebagai penghubung dan pewarta dari sang pencipta, ia juga mewakili totalitas
dan kekuatan masyarakat yang bersifat membangun, tetapi juga menghambat. Oleh
karena itu Rassers menganggap Si kabayan adalah pahlawan budaya sekaligus
tukang tipu.
Entah dari mana tokoh sikabayan
ini berasal. Kadang orang memandang bahwa Si Kabayan hanyalah tokoh fiktif.
Tetapi ada yang mengatakan bahwa tokoh si kabayan ini adalah tokoh nyata yang
pernah ada di Banten.
BAB
II CERITA SI KABAYAN DARI MASA KE MASA
Dalam
peradaban di Indonesia, yang mempunyai sejarah lisan terbanyak yang diceritakan
secara turun temurun dan menjadi cerita tokoh pandir terkemuka adalah tokoh
yang bernama Sikabayan. Jika di peradaban timur tengah tempo dulu mengenal
cerita tokoh pandir terkemuka, yaitu Abu Nawas, dalam peradaban sunda ada Si
Kabayan.
Tokoh si
kabayan ini merupakan cerita dongeng yang banyak diceritakan dalam hubungannya
dengan ide ide yang brilyan dalam masyarakat biasa di zamannya. Meskipun
terlihat pandir dan juga konyol, tetapi dari berbagai cerita mengenai sikabayan
mengindikasikan bahwa dia adalah seorang pemikir dan tokoh yang selalu
dikaitkan dalam menyelesaikan masalah yang cukup rumit di masyarakatnya.
Meskipun terkesan malas, tetapi dari berbagai cerita alasannnya cukup
memberikan info dalam memberikan penyelesaian masalah masalah di zamannya,
dengan perumpamaan yang sangat mengagumkan.
Suatu cerita
lisan menunjukan bahwa mungkin tokoh ini ada di zaman dahulu. Meskipun kita
tidak pernah tahu sejak zaman kapan tokoh ini berada. Tetapi dari kisah kisah
menunjukan bahwa dia memang ada, dan sangat berbekas dalam hati masyarakat,
sehingga selalu mengenangnya dan menceritakannya dari masa ke masa. Karena
tidak mungkin masyarakat menceritakan tanpa ada sebab dan musababnya. Dan
hal ini hanya ada di daerah sunda, di daerah lain tidak ditemukan tokoh semacam
ini, termasuk dalam peradaban jawa.
Tokoh Si
Kabayan, kadang di ceritaan sebagai tokoh konyol, pandir dan malas, tetapi
dengan ide ide dan kemauan yang besar dan brilyan. Karena segala permasalahan
yang rumitpun oleh si kabayan ini bisa diselesaikan, meskipun terkadang agak
konyol. Dia dianggap malas dimungkinkan karena ia berada di lingkungan pedesaan
yang segala sesuatu harus bekerja dengan tenaga dan gerak, tidak ada sedikitpun
ruang untuk merenung dan berpikir. Dari sinilah seolah dia juga seorang
penghayal yang tiada bandingnya.
sangat beda
tipis dengan berpikir, merenung adalah salah satu cara untuk berpikir. Si
kabayan juga terkenal dengan tokoh berkemauan besar. Buktinya ia telah
memenangkan hati Nyi Iteung, mojang desa yang menjadi bunga desa sehingga
menjadi istrinya. Dia memang penghayal besar, yang selalu dikaitkan
dengan penyelesaian masalah yang rumit dengan mudah dapat diselesaikan meskipun
agak konyol.
Yang dingat
dari kisah si kabayan yang selalu diceritakan oleh ayah dan ibu saya, adalah
tentang sayembara menaklukan gajah yang sedang ngamuk. Banyak orang sakti yang
tidak bisa menundukan gajah yang sedang ngamuk dan marah tersebut. Hal itu
kedengaran oleh Sikabayan. Dan ketika sedang merenung memikirkan cara
menaklukan gajah yang sedang ngamuk tersebut, tiba tiba ada seekor nyamuk yang
bunyi pas di depan mukanya. Maka oleh sikabayan nyamuk itu ditepuk oleh dua
tangannya, sehingga mati.
Dari kejadian
ini si kabayan mencoba menarik logika dan kesimpulan. “Nyamuk saja yang kecil
sekali tepuk sudah mati, apalagi gajah yang besar”. Meskipun logikanya agak
konyol, tetapi begitulah si kabayan, kadang dengan ide kecil dan sepele inilah
seseorang biasanya menjadi berani. Dengan logika tersebut Si Kabayan dengan
gagahnya memberanikan diri untuk ikut sayembara menangkap gajah yang sedang
marah dan ngamuk tersebut.
Keberpihakan
memang selalu ada pada si kabayan. Karena hadiahnya akan dikawinkan dengan
seorang putri raja. Mendengar suaminya akan mengikuti sayembara, maka sang
istri cemburu, sehingga ketika ia mau pergi ikut sayembara, di nasinya ia
campurkan sedikut racun yang bisa melumpuhkan. Tadinya nasi ini untuk bekal si
kabayan.
Maka
berangkatlah si kabayan ke lokasi gajah yang sedang mengamuk. Alangkah kagetnya
si kabayan, melihat gajah yang begitu besar dan sedang marah. Sehingga banyak
pohon yang tumbang karena amukan sang gajah. Melihat demikian hati si
kabayanpun mulai ciut, dan ia mencoba naik pada pohon besar. Tetapi terus
dikejar oleh sang gajah, dan sang gajah tersebut menunggu di bawah sambil
mendorong dorong pohon yang dinaiki si kabayan tersebut, sehingga nasi yang
dibawanyapun jatuh, dan dimakan oleh sang gajah. Karena beracun maka sang
gajahpun pingsan.
Karena
jasanya dalam menaklukan gajah ini si kabayan mendapat banyak hadiah, meskipun
ia tidak mengawini salah seorang putri raja. Karena tujuannya hanya ikut
menaklukan sang gajah.
BAB
III SI KABAYAN DAN KONSEP AL BAYAN
Istilah Si Kabayan ada yang mengaitkan
dengan kosa kata awalnya, yang menurut salah satu pendapat berasal dari kata Al
bayan. Meskipun kadang pendapat ini ada yang menyatakan disebut dengan istilah
kirata atau dikira kira tapi nyata. Tetapi justru mungkin pendapat inilah yang
masuk akal. Dan menurut pendapat ini Si Kabayan adalah tokoh nyata yang berasal
dari Banten selatan. Sebagai tokoh Islam yang berada di lingkungan istana
kerajaan yang waktu itu didominasi masih bercorak Hindu. Atau juga kemungkinan
di era Islam di era Mataram yang cenderung feodalistik. Si Kabayan seolah ingin
mempertahankan sifat kesundaan, yaitu egaliter.
Al Bayan berasal dari kosa kata
arab yang berarti bukti kebenaran. Dan turunan dari kata al bayan ini ada
istilah tabayun. Karena itu si kabayan bertabayun untuk mencetuskan tentang
egaliterianisme masyarakat, dan menggugat feodalisme yang diusung sufisme jawa,
karena bertentangan dengan budaya sunda yang egaliter.
Tentang mengapa baahwa dari
seorang penda’wah atau pencerah malah
dikenal menjadi seorang yang dikenal sebagai seorang yang pandir atau yang
lucu. Hal ini dipersamakan dengan nasib Abu Nawas. Seperti diketahui bahwa Abu
Nawas sebenarnya adalah ilmuwan mumpuni. Sebagai ahli bahasa dan juga sastra,
dan diakhir hayatnya menjadi tokoh sufi.
Setiap zaman memang kadang beda
dalam mengungkapkan pendapatnya atau keinginan atau imajinatifnya tentang masa
depan. Hal itu juga mungkin sangat sulit untuk mengungkapkan hasil renungan
terhadap masyarakat sekitar, apalagi di lingkungan petani atau masyarakat
kampung biasa. Seolah angan adalah sesuatu yang tidak seharusnya dimiliki oleh
mereka semua. Penilaian masyarakat sekitar hanya pada hal yang realistis, yaitu
kekayaan atau bekerja dan bekerja. Tidak ada ruang untuk memikirkan yang
lainnya.
Disamping itu di lingkungan
kerajaan atau birokrasi, kadang orang sombong terhadap jabatannya. Karena itu
sangat sulit untuk mengingatkannya, apalagi oleh rakyat biasa. Karena itu
ketika akan mengkritik atau mengingatkan amasyarakat sekitar atau mengungkapkan
hasil renungan atau pendapat diperlukan bukti kebenaran yang tidak menyinggung
yang dikritiknya. Maka disinilah sebenarnya si Kabayan itu berkiprah. Ia harus
bertabayun memberikan bukti kebenaran dengan cerdik di lingkungan masyarakat
yang stagnan atau feodal.
Masyarakat sunda yang egaliter
seolah perlu mengkritik segala kejumudan dalam segala hal dan feodalisme yang
mula kental di masyarakat sunda, karena pengaruh dari luar (Mataram atau
Belanda). Karena itu tokoh si kabayan ini berusaha untuk mengkritik dengan
cerdik baik kasar dan halus terhadap gejala gejala yang bertentangan dengan
dengan sifat dasar yang egaliter.
Tetapi orang di zamannya tidak
mau tahu dan sombong atas segala sindiran halus dan kasar yang ditempuh si
kabayan. Dan justru malah terjadi penilian yang salah terhadap si kabayan yang
dianggap sebagai penghayal besar dan cenderung males. Dan streotif ini terjadi
hingga kini. Meskipun demikian, yang dikagumi hingga kini adalah kecerdasannya
dalam menyelesaikan suatu masalah dengan brilyan tanpa orang merasa tersinggung
dengan pencapaiannya.
Jadi si kabayan telah memberikan
suatu bukti kebenaran atau tabayun. Jadi si kabayan ini seolah dicela tetapi
justru dikenang sepanjang masa. Dan ide ide kreatifnya menginspirisakan banyak
ide ide cerita. Sehingga telah berpuluh puluh judul cerita tentang si kabayan
ini di tulis. Dan juga sering di sinetronkan dan juga di filmkan. Jadi sesuai
judul si kabayan adalah tokoh imajinatif masyarakat sunda yang hidup dan sangat
inspiratif.
By
Adeng Lukmantara
Sumber:
Koran:
Pikiran Rakyat
Internet:
Wikpedia, Atep Kurnia (Cerita Rakyat: Si Kabayan, dari buku ke buku)