Minggu, 22 Agustus 2010

KAPAN BANGKITNYA BANGSA YANG PERNAH TERJAJAH?

Suatu bangsa yang pernah terjajah akan mengalami kemajuan sebanding dengan lamanya ia terjajah. Mungkin itu kesimpulan dari ilmuwan besar muslim, Ibn Khaldun, ketika menganalisa tentang Bani Israil, yang menjadi budak selama 450 tahun, dan mulai bangkit di era Thalut, Nabi Dawud dan Nabi Sulaiman, 450 tahun setelah pembebasan Bani Israil oleh Nabi Musa.
Ilmuwan besar muslim melayu / indonesia yang sangat konsent terhadap teori Ibn Khaldun ini adalah Buya Hamka, seorang ulama besar dan ketua MUI pertama Indonesia. Dalam karya tafsirnya yang terkenal " Al Azhar", Buya Hamka menganalisis secara terperinci tentang upaya-upaya awal kebangkitan yang tidak banyak dukungan dari kaum mayoritas, hingga hidup bangsa bani israil terkatung-katung selama 450 tahun hingga datangnya Thalut dan Dawud, orang yang benar-benar baru, dari kaum biasa yang memiliki "basthattan fi jasad wail ilmi" yang memiliki kekuatan fisik dan ilmu.
Bani Israil adalah sebutan dari keturunan nabi Yakub as. Nabi yakub sendiri sering disebut dengan nama Israil, yang berarti orang yang berjalan dimalam hari, karena mau dibunuh oleh kakaknya, sehingga ia harus berjalan diwaktu malam hari dan bersembuni di siang hari. Bani Israil mengungsi ke tanah Mesir di era Nabi Yusuf menjadi bendahara kerajaan di Mesir. Nabi Yusuf adalah putra bungsu dari Nabi Yakub, yang oleh saudara-saudaranya dsingkirkan.
Seiring dengan waktu, populasi Bani Israil di mesir dengan pesaat berkembang, sehingga dianggap sebagai ancaman bagi bangsa Mesir, yang akhirnya bangsa Israil dijadikan menjadi budak. Hal ini berlangsung 450 tahun hingga datangnya Nabi Musa sebagai penyelamat dan pembawa kemerdekaan Bani Israil.
Bani Israil terkatung katung selama 450 tahun, karena menolak pembaharuan dalam pemikiran hingga datangnya suatu generasi yang orsinil, yaitu di era Thalut dan Dawud. Thalut adalah tokoh dari kalangan biasa yang memiliki basthathan fi lasad wal ilmi', yang akhirnya bisa mengalahkan jalut (goliat)
Belajar dari sejarah Bani Israil, dengan bangsa indonesia ada kemiripan yang sangat jelas. Bangsa yang terjajah selama ratusan tahun (konon 350 tahun). Jadi jika menganalisa teori Ibn Khaldun maka bangsa ini akan bangkit 350 tahun setelah merdeka. Mengingat bangsa ini adalah bangsa yang statis, maka bukan hal yang tidak mungkin bahwa teori ini benar adanya. (350 tahun baru bangkit).
Ada satu cara untuk membangkitkan semangat kebangkitan ini, yaitu dengan cara revolusioner yang dicontohkan nabi Muhammad SAW.  Nabi Muhammad hanya perlu 13 tahun untuk membangun peradaban yang sangat modern.........Tapi mengingat bangsa ini merupakaan bangsa statis, hal itu mungkin akan mengalami hal yang sama dengan bani israil.
Banyak contoh dari hal tersebut diatas, misalnya, konon bagi kaum tradisi bahwa penerimaan sekolah yang menggunakan model seperti ssekarang  itu hampir 80 tahun. Ketika Ahmad dahlan mendirikan sekolah agama yang mengajarkan ilmu pengetahuan umum, ia dikritik habis-habisan oleh para ulama tradsi, ketika ada wacana arah kiblat salah yang dikumandangkan oleh Ahmad dahlan, juga dikecam habis-habisan, sekolah pakai bangku juga dikecam habis-habisan. Jadi konon para ulama tradisi baru menadari kekeliruannya setelah hampir 75 tahun, ketika organisasinya kekurangan para  intelektual. Dan tentang arah kiblat yang salah, ulama tradisi dan kaum awam perlu hampir 100 tahun untuk menadari kekeliruannya. dan mungkin budaya tahlilan akan disadari kekeliruannya 50 tahun yang akan datang, dan sebagainya.
Masyarakat Sunda harusnya belajar dari sejarah, apakah kita akan membiarkan pandangan-pandangan yang salah menutupi diri, menutupi keagungaan agama beratus-ratus tahun. Apakah kebodohan , ketidaktahuan kita terhadap agaama  akan tetap selamanya menutupi keagungan agama kita. Apakah kita akan membiarkan suatu ungkapan 'kehebatan (keagungan) Islam tertutup oleh kebodohan umatnya'.
Kita memang harus mengembangkan berbagai pertanyaan untuk diri kita, pertanyaan terhadap kebiasaan-kebiasaan kita, pertanyaan terhadap tradisi-tradis kita, pertanyaan terhadap pengetahuan kita, pertanyaan pada komitmen kita, pertanyaan pada idealisme kita. Mungkin kita harus mengungkap pertanyyaan-pertanyaan tersebut. Dan jika pertanyaan ini disistematisasikan dan dijawab dengan kejujuran hati, dan pengetahuan yyang luas maka kita akan mendapat suatu masyarakat yang berperadaban, dan masa depan yang cemerlang akan di depan mata.
Jika tidak bisa disebarkan pada masyarakat luas minimal untuk diri kita, atau keluarga kita, atau minimal kita buat sejarah buat kita sendiri, siapa tahun akan menginspirasikan generasi muda masa depan yang idealis.

(lanjut...........)