Rabu, 18 Mei 2016

SPIRIT URANG SUNDA



NYUNDA, NYANTRI, NYAKOLA

Kata Pengantar
Bab I      Pendahuluan
Bab II     Nyunda
Bab II     Nyantri
Bab IV    Nyakola
Bab V     Mengenal Sejarah Sunda
Bab VI    Islam di Tanah Sunda
Bab VII   Mengenal Sejarah Ilmu Pengetahuan dan Tekhnologi Di tanah Sunda
Bab VIII   Mengenal Produk Hasil Budaya            
Bab IX    Sunda Kiwari Suatu Potensi
Bab X     Penutup


Kata pengantar

Spirit Nyunda, Nyantri dan Nyakola mulai ramai diperbincangkan ketika Walikota Bandung, Ridwan Kamil menulis dalam statusnya di Facebook, yang mengungkapkan nasehat kakeknya, yaitu harus mempertahankan 3 N ( Nyunda, Nyantri dan Nyakola). Padahal spirit Nyunda, Nyantri dan Nyakola ini telah menjadi moto atau spirit dari organisasi Paguyuban Pasundan, yang telah berdiri diawal abad ke-20 M.
Meskipun wacana ini mulai bergaung lagi, tetapi orang masih bingung apa dan harus bagaimana supaya sesuai dengan konsep 3 N tersebut. Apakah istilah sunda itu dicirikan hanya dengan memakai iket dikepala atau memakai pakaian kebaya atau baju komprang.
Dengan demikian melalui tulisan ini semoga membawa mamfaat yang besar. Setidaknya menggali kembali tradisi sunda yang hilang. Karena bagaimanapun, tradisi yang dibangun ratusan tahun  seolah telah terputus dari generasinya yang baru.
Daripada merenungi tidak adanya pemimpin atau minimnya pemimpin  nasional dari dari kalangan  kita seperti yang dikeluhkan oleh orang orang yang prustasi tapi malas, mending kita mempersiapkan diri untuk mencetak, mendidik dan mempersiapkan pemimpin masa depan yang berkualitas
Tulisan ini belum selesai dn masih dalm suatu proses yang panjang. Karena itu ada peibahasa "Tiada gading yang tak retak". Tulisan ini jauh daripada sempurna.  Tetapi, ini merupakan awal dari suatu pencarian, jika tidak dimulai dan oleh siapa. Jadi kapan lagi.

Sebagai orang yang dilahirkan di Sumedang. Saya teringat akan perkataan Prabu Tajimalela selepas dari pertapaannya. Prabu Tajimalelal berkata: “Insun medal insun madangan”. Yang artinya saya dilahirkan saya menerangi / mencerahkan. Jadi intinya kita dilahirkan sebenarnya untuk mencerahkan masyarakat sekitarnya. Dan sebagai seorang muslim kita mengenal tokoh pencerah alam semesta, Nabi Muhammad SAW, pembawa risalah Islam.


BAB I

PENDAHULUAN

Pernyataan Walikota Bandung tentang nasehat kakeknya terhadap dirinya agar tetap mempertahankan spirit orang Sunda dalam menghadapi tantangan ke depan harus tetap berkomitmen terhadap apa yang dikatakan dengan kata 3-N, yang merupakan singkatan dari kata Nyunda, Nyantri, Nyakola.
Nyunda secara global dapat diartikan sebagai suatu istilah untuk menyatakan identitas kesundaan dalam konteks kehidupan, berbudaya, berperilaku dan lainnya, yang merupakan identitas tersendiri dari suatu bangsa. Istilah Nyantri secara umum merupakan suatu istilah bahwa dalam menjalani kehidupan harus tetap dibarengi oleh spirit keagamaan (agama Islam). Islam merupakan identitas urang sunda, karena hampir 100 persen urang Sunda beragama Islam. Sedang Nyakola berarti berwawasan intelektual. Jadi urang Sunda dalam menjalani kehidupannya harus dibarengi dengan semangat ingin belajar dan  memajukan ilmu pengetahuan.

Istilah Nyunda, Nyantri dan Nyakola merupakan suatu proses, karena istilah ketiga tersebut juga adalah suatu proses untuk menjadi orang sunda, yang selalu dibarengi dengan spirit keagamaan dan juga ilmu pengetahuan. Nyunda  berarti suatu proses belajar untuk menjadi orang sunda. Nyantri berarti suatu proses untuk belajar keagamaan dan upaya menjalankan keagamaan dalam konteks kehidupan. Nyakola merupakan suatu proses pembelajaran secara berjenjang, sebagai suatu upaya bahwa segala tindakan dan perilaku kita harus bisa dipertanggung jawabkan secara ilmu pengetahuan, berdasar pengetahuan dan ada pembelajaran untuk generasi berikutnya.

1) Walikota Bandung, Ridwal Kamil telah menggugah nasehat kakeknya dalam statusnya di media sosial Facebook, tentang pentingnya memepertahankan spirit: Nyunda, Nyantri dan Nyakola.
2)Istilah Nyunda, Nyantri dan Nyakola dapat diartikan juga, bahwa  Nyunda adalah suatu identitas bangsa, Nyantri diartikan sebagai religius, dan Nyakola diartikan dalam konteks berwawasan inteltual atau berdasar ilmu pengetahuan. Jadi urang Sunda itu harus punya komitmen kesundaan, yang religius dan berwawasan intelektual.



BAB II

NYUNDA

A.  Nyunda Dalam Suatu Istilah
Nyunda berasal dari kata sunda dengan awalan Ny, yang berarti sesuai dengan Sunda. Jika dikaitkan dengan tingkah laku masyarakatnya, nyunda dapat diartikan bahwa perbuatan atau tingkah laku seseorang atau masyarakat sesuai dengan budaya sunda atau sesuai dengan tradisi sunda. Dan memang istilah nyunda lebih mengarah pada seseorang yang tingkah lakunya sesuai dengan budaya sunda / tradisi sunda.
Ridwan Kamil ketika menjadi walikota Bandung membuat suatu kebijakan yang bernama Rebo Nyunda. Dimana pada hari itu (hari Rabu)  para pegawai negeri sipil diwajibkan memakai pakaian khas Sunda. Disamping sang walikota pada hari itu juga sang walikota mengimbau untuk menggunakan bahasa sunda untuk berkomunikasi dengan orang lain. Rebo nyunda ini mulai diberlakukan pada 6 November 2013. Hal ini merupakan implementasi dari Peraturan Daerah (Perda) kota Bandung  Nomor 9 Tahun 2012 pasal 10 ayat 1b yang menyebutkan bahwa setiap hari Rabu ditetapkan sebagai hari  berbahasa Sunda dalam semua kegiatan Pendidikan,  Pemerintahan dan kemasyarakatan.
Rebo Nyunda ini menurutnya bertujuan untuk melestarikan budaya sunda sebagai salah satu budaya lokal yang berkembang di tatar sunda. Rebo Nyunda ini kemudian dikuti oleh daerah lain,di tatar Sunda seperti Garut, kemudian Bogor yang memberlakukan Rebo nyunda pada November 2014.  Cianjur juga memberlakukan yang sama..
Para pegawai negeri sipil setiaphari rabu diwajibkan memakai atribut kesundaan, dan memakai bahasa sunda dalam beraktifitas dan melyani masyarakat. Atribut yang biasa digunakan oleh laki laki terdiri dari celana hitam dan baju hitam yang dikenal dengan baju kampret. Hal ini mirip dengan pakaian pencak silat, tetapi agak resmi. Dengan kepala memakai iket sepereti para pendekar silat.

B. Nyunda Dalam Suatu Proses
Nyunda disini bukan diartikan sebagai hanya memakai atribut pakaian Sunda dan juga bahasa sunda. Juga lebih dari itu yaitu berusaha mengimplementasikan budaya budaya sunda yang luhur dalam keseharian. Segala pemakaian atribut akan bernilai absurb jika tidak ada upaya untuk memahami kebudayaan dari budaya sunda itu sendiri. Karena itu disamping yang atribut yang nampak, juga harus dibarengi membangkitkan kembali nilai nilai budaya sunda itu sendiri...

Nyunda dalam arti proses berarti suatu upaya pengkajiam yang terus menerus mencari dan meneliti budaya sunda dari masa ke masa, dalam upaya mencari bahan pijakan untuk melangkah ke depan.
Produk budaya sunda dewasa ini dalam arti proses, dianggap bukan sebagai cerminan asli budaya sunda egaliter. Penjajahan ratusan tahun setidaknya telah menghilangkan begitu banyak hasil budaya dari peradaban yang telah dibuat ratusan tahun. Sehingga seolah kiat masih meraba raba, apakah budaya sunda sekarang merupakan cerminan asli budaya sunda yang dibangun oleh nenek moyang kita selama ratusan tahun. Atau merupakan produk budaya bangsa terjajah selama ratusan tahun, sehingga menghilangkan sikap egaliter..

C. Konsep Konsep Sunda Yang Mencerahkan
Seperti yang sudah diungkapkan diatas, bahwa nyunda berasal dari kata Sunda. Sunda  pada awalnya merupakan nama ibukota, tetapi kemudian menjadi nama negara , nama bahasa dan sekarang nama bangsa.
Nenenk moyang urang sunda dalam membangun masyarakatnya  dibangun dalam konsep yang mencerahkan. Dalam peradaban sunda klasik, kita akan menemukan suatu konsep konsep-pencerahan yang sangat menakjubkan, yang justru telah banyak ditinggalkan oleh masyarakat sunda kini.
Masyarakat kita kini telah begitu lama meninggalkan akar budaya, dan terjebak menjadi pengekor yang penurut mengikuti irama kaki-kaki didepannya. Dan  peran sebagai pengekor tetap dinikmati dan dipertahankan. Seolah hidup dibiarkan mengalir tanpa upaya-upaya memamfaatkan potensi yang sebenarnya sangat menjanjikan. Menjadi bangsa pengekor (bangsa buntut) mengikuti doktrin-doktrin yang sebenarnya sangat bertentangan dengan tradisi sunda, karena telah mengalami pembenaran-pembenaran.
Diantara konsep konsep mencerahkan yang telah oleh nenek moyang urang sunda antara lain:

1. Orang Sunda itu tidak Mengenal Konsep"Meneng" (Diam)
Nenek moyang orang sunda ternyata telah memberikan suatu doktrin doktrin yang sangat anti terhadap konsep diam, seperti orang bertapa. Hal ini diungkapkan dalam naskah Carita Parahiyangan. Hal ini diceritakan diawal naskah tersebut yang berkaitan dengan sejarah raja raja di Galuh. dalam naskah tersebut diceritakan seorang resi yang alim, ahli dalam bertapa, tetapi di kritik oleh sepasang  burung yang bernama si Uwur uwur. Ia dikritik oleh betina dari burung itu, yang katanya sang resi hanya diam saja, dan akan celaka jika tidak mempunyai keturunan.
Jadi dalam tradisi sunda kesempurnaan itu bukan di dapat hanya dari bertapa berdiam diri. Tetapi melalui suatu itikad dan usaha dalam kehidupan realitas. Dunia realitas banyak memberi peluang, membangun rumah tangga  untuk mendapatkan keturunan, mencari rizki, dan segala resiko yang harus dihadapi, itu merupakan suatu realitas hidup yang  harus dihadapi. Jadi inti kesmpurnaan orang sunda tidak pernah mengenal kata meneng atau diam atau hanya bertapa. Tetapi yang sempurna adalah orang yang berproses dalam dunia realitas.
Seperti halnya dalam kisah, bahwa nanti anaknya menjadi istri dari Wretikandayun, sang pendiri dari kerajaan Galuh. Dan nantinya melahirkan raja raja besar di tanah sunda, yang bergelar rahiyang. Karena itu justru turunan sang pertapa yang mengambil dunia realitas dan meninggalkan pertapaannya, nantinya melahirkan para rahiyang, raja raja sunda dikemudian hari.

2. Idealisme Penamaan Nama negara, ibukota atau Suatu tempat
a. Sunda
Sunda berarti suci, murni atau puritan. Dalam sejarah nama sunda pertama kali diproklamirkan atau diperkenalkan oleh Maharaja Purnawarman dari Kerajaan Tarumanagara, untuk menamai nama ibukotanya yang baru, Sundapura, yang berarti kota suci (pura yang suci).
Jadi dengan menamai Sunda untuk ibukotanya ini, mungkin purnawarman, ingin membuat identifikasi yang jelas dan tegas tentang orientasinya ke depan, yaitu kesucian, kemurnian atau puritan, atau bisa juga diartikan sebagai golongan putih. Bagaimanapun penamaan mencerminkan suatu idealisme seseorang. Purnawarman adalah seorang maharaja besar, yang banyak membangun pusat-pusat peradaban, membangun sarana-sarana infrastruktur seperti jalan atau waktu itu sungai merupakan saranan lalulintas yang efektif. Maka ia membangun terusan-terusan, irigasi dan lain sebagainya dalam rangka memakmurkan bangsanya, dan itu tercatat dalam sejarah.
Sunda, berarti suci, putih, murni atau puritan merupakan corak yang dicita-citakan Purnawarman. Jadi kemurnian , kesucian atau puritanisme adalah cita-cita yang hendak dibangun oleh pendirinya.

b.  Galuh
Ketika Wretikandayun menjadi pewaris tahta kerajaan Kendan, yang merupakan  negara bagian Tarumanagara, maka ia kemudian membangun sebuah ibukota baru yang akan menjadi pusat pemerintahan, Sang Wretikandayun manamainya dengan nama Galuh. Galuh adalah suatu kata yang berarti permata. Jadi disini Wretikandayun sang pendiri galuh, adalah seorang idealis. Dengan menamainya Galuh mengindikasikan tentang cita-citanya yang luhur yaitu membangun permata, permata kehidupan, permata dunia, sehingga orang selalu akan mengaguminya, atau membangun permata peradaban sehingga akan selalu dikenang oleh generasi berikutnya, karena dia telah meletakan kerangka yang baik, yaitu permata (galuh).
Karena itu tokoh-tokoh Galuh tempo dulu merupakan permata-permata seorang ksatria sunda, seperti Ciung Wanara, Aki Balangantrang, merupakan percik-percik sejarah sunda yang penuh dengan pelajaran tentang ksatria, dan strategi disamping tetap menjunjung tinggi persaudaraan. Tidak hanya itu, cerita Lutung Kasarung juga berlatar sejarah Galuh.

c. Pakuan
Pakuan  berasal dari kata Paku, yang berarti kokoh, berdiri kokoh, anceug, teguh, dan arti yang lain yang berhubungan dengan kekuatan dan keteguhan. Pakuan adalah nama Ibukota kerajaan Sunda, yang sering disambung  dengan nama Pajajaran (karena berjajar). Jika paku berjajar maka akan menjadi kekuatan yang amat kokoh. Nama yang sepadan dengan paku sering juga digunakan sebagai nama raja-raja sunda, seperti Prabu Susuk tunggal. Nama susuk tunggal fungsinya sama dengan paku. Hal ini mengindikasikan bahwa pendiri ibukota Sunda,, adalah seorang idealis yang menginginkan keteguhan dalam prinsip. Sehingga dalam sejarah, kerajaan Sunda adalah kerajaan yang paling teguh dan paling lama berkuasa di tanah jawa, dengan sistem yang paling baik.

d. Sumedang
   Sumedang berasal dari kata 'insun medal insun madangan' (saya dilahirkan saya menerangi), merupakan ungkapan yang sangat mencerahkan, yang dilontarkan oleh Prabu Tajimalela, ketika dia selesai bertapa. Prabu Tajimalela adalah putra Prabu Aji Putih. Prabu Tajimalela ini dianggap sebagai pendiri kerajaan Sumedang Larang yang sebenarnyya.
Pada awalnya Prabu Aji Putih mendapat restu dari Prabu Suryadewata untuk membangun suatu kerajaan keagamaan (kabuyutan) yang ia namai dengan nama Tembong Ageung (kelihatan besar). Prabu Aji Putih merupakan seorang idealis yang menginginkan generasi penerusnya akan menampakan diri menjadi bangsa yang besar, sehingga ia namai tembong ageung (kelihatan besar).
Dan ketika Prabu tajimalela berkuasa, setelah ia kembali dari pertapaanya, dan ia berkata 'insun medal insun madangan' , maka setelah itu nama kerajaan tembong ageung menjadi sumedang larang yang berasal dari "inSUN MEdal insun maDANGan' (saya dilahirkan saya menerangi) yang berarti pula 'saya dilahirkan saya mencerahkan'.
 Dengan demikian Prabu Tajimalela lebih ingiin mengokohkan peranannya dalam kehidupan,(eksistensi sunda dalam kehidupan) bahwa kita dilahirkan mempunyai suatu tugas yang sangat mulia yang itu menerangi atau mencerahkan manusia. Mencerahkan berarti menjadikan agar orang lain itu menjadi manusia2 yang cerdas dan pinter, sehingga dengan kecerdasannya maka akan diraih suatu kemakmuran dan kesejahteraan. Pencerahan juga berarti, jangan membiarkan orang lain hidup dalam kebodohan, hidup dalam kezumudan. Karena kebodohan adalah sumber utama dari segala malapetaka dan kemiskinan.. Ada idiom, orang bodoh pasti miskin....

2. Dari Kosa Kata
a. . Rancage
Dulu orang tua sering mengajari bahwa hidup itu harus rancage. Yang menjadi pertanyaan adalah apa arti 'rancage' itu, sehingga tokoh besar sunda, Ayip Rosidi, menamai piagam atau penghargaan yang bernama "Rancage" bagi orang yang berprestasi dalam hal kebudayaan.
Rancage adalah kosa kata Sunda yang sangat dinamis, yang berarti menuju ke tingkatan yang lebih tinggi (lebih baik). Seperti kita ketahui, dalam proses perjalanan manusia, ada tahapan untuk bisa berdiri tegak, jalan dan lari. Untuk bisa berjalan dikala kecil harus diajari berjalan selangkah demi selangkah, kemudian nantinya bisa berjalan sendiri dan kemudian lari. Contoh lain adalah dalam pencapaian ilmu, untuk menuju ke tahapan yang lebih tinggi, kita harus mengalami tahapan-tahapan pendidikan, dari SD, SMP, SMA dan perguruan tinggi.
Dengan demikian arti rancage disini berarti suatu proses atau tahapan atau upaya-upaya menjadi manusia yang lebih baik, (derajat lebih tinggi) dalam semua aspek kehidupan. Rancage adalah konsep otimistis dan konsep dinamisasi manusia sunda bahwa kita menjalani hidup harus tetap berproses secara bertahap menuju yang lebih baik.
Dan dalam bahasa sehari hari kata rancage sering diidentikan dengan kata "tanginas, rancingeus, cakep, rea kabisa, kreatif", suatu kata yang dinamis yang tidak puas dengan apa yang dicapai sekarang, dan berusaha terus untuk mencapai yang lebih baik.

b. Motekar
Dulu orang tua selalu menasehati “ jadi jeuleuma teh kudu motekar” (jadi orang itu harus motekar. Dalam bahasa sunda motekar berarti “ Ngalampahkeun rupa rupa usaha pikeun nambahan kanyaho atawa  pikeun ngomean nasib” (berusaha dengan berbagai cara / metode untuk menambah ilmu pengetahuan atau mengubah nasib).
Jadi nenek moyang sunda telah memberi gambaran yang jelas tentang suatu usaha atau metode dalam mencapai suatu tujuan itu, tidak hanya dengan satu cara saja, tetapi harus menggunakan berbegai metode atau cara. Tentu hal ini dengan menggunakan cara car yang positip, karena dalam tradisi sunda bentul ideal adalah kebenaran, yang berasal dari kata sunda itu sendiri yang berarti suci atau kesucian.

3. Dari Peribahasa
a. "Lamun hayang ngakeul kudu ngakal"
Dalam konsep Sunda untuk mendapatkan nafkah tidak langsung berkata harus kerja, tapi harus ngakal, yang berarti harus menggunakan akal. Suatu konsep yang intinya bahwa dalam mencari  nafkah harus menggunakan ilmu pengetahuan.
Kerja biasanya diidentikan dengan hanya penggunaan otot  atau fisik. Jadi nenek moyang Sunda tempo dulu mengajarkan kepada generasi sesudahanya agar dalam mencari nafkah itu harus mengedepankan ilmu pengetahuan.
'Lamun hayang ngakeul kudu ngakal" artinya kalau mau 'ngakeul' harus menggunakan akal". Ngakeul adalah proses pasca penanakan nasi yang akan disajikan. Orang sunda tempo dulu (dan hingga kini dikampung) ketika nasi telah selesai ditanak, dan akan disajikan, harus mengalami suatu proses yang disebut ngakeul, yaitu nasi yang sudah mateng dari dandangan diolah supaya 'pulen' dengan menghilangkan unsur-unsur asap dalam nasi, yaitu dimasukan pada suatu tempat yang disebut dulang, dan diaduk-aduk dan dikipasi dengan kipas yang dinamai hihid. Jadi ngakeul adalah proses panca penanakan dan pengolahan nasi agar 'pulen' dalam penghidangan.
Sedang ngakal adalah penggunaan akal. Jadi sebenarnya konsep mencari nafkah yang ingin diajarkan oleh nenek moyang sunda sangatlah ideal, gunakan akalmu. Karena dengan akal banyak sekali cara yang bisa dilakukan, tidak hanya menggunakan otot saja, tetapi melalui metode atau tekhnik yang benar. Buah akal adalah pikiran dan strategi. Dengan menggunakan pikiran dan strategi maka akan mudahlah mencari nafkah.
Nah inilah sebenarnya yang banyak ditinggalkan oleh orang sunda kini. Penjajahan yang lama membuat semua potensi akal tertutupi bahkan ditutupi. Ketakutan yang berlebihan membuat manusia-manusia sunda kurang kreatif. Padahal nenek moyang sunda mengajarkan sangat ideal bagi pencapaian derajat manusia yang sangat mumpuni, tapi sekarang banyak ditinggalkan, karena mencari nafkah cenderung hanya menggunakan otot, dan kebiasaan turun temurun bangsa terjajah, taklid, jumud dan tidak kreatif.
 Jadi intinya, nenek moyang sunda tempo dulu menginginkan generasi berikutnya menjadi manusia-manusia profesional, yang menggunakan akalnya. Profesi itu banyak sekali, bisa sebagai pengajar, bisa sebagai penulis buku, bisa sebagai penyair atau pengarang, tani, dipabrik-pabrik dan lain-lain.
 Jadi sangat sayang dan mungkin sangat kita kasihani jika banyak orang sunda yang mempunyai profesi sebagai buruh kasar, dengan gaji tidak seberapa, dan hak-haknya juga biasanya jarang diperhatikan baik oleh pemerintah maupun pengusaha karena memang mereka lemah dan tidak berdaya. Harusnya hal demikian bagi manusia sunda itu tidak diharapkan oleh para pendirinya, karena sunda sendiri merupakan daerah parahiyangan, yang merupakan turunan-turunan rahiyang. Bukan berarti menjadi buruh tidak boleh, tapi kita harus kasihan,....dan ini merupakan tugas dari para pemimpinnya, meskipun hal yang demikian sangat sulit, dan yang paling mungkin adalah merevolusi diri, jangan biarkan diri berada dalam kebodohan dan selalu mempertahankan kebodohan, konon orang bodaoh itu lebih sombong karena ketidaktahuannya. Karena kebodohan merupakan sumber malapetaka awal manusia. Orang bodoh itu pasti miskin, dan orang miskin belum tentu bodoh.

Perbanyak membaca, perbanyak membaca, cari tahu yang tidak tahu, dan cara-cara lain agar kita meningkat pengetahuannya. Karena dengan pengetahuan adalah kesempatan, kesempatan awal untuk memulai menjadi manusia kompetitor, yang siap memenangkan persaingan. Meskipun persaingan bukan tujuan, tapi di dunia ini akan selalu bersaing, dan dengan pengetahuan kita akan selalu siap bersaing.


BAB III

NYANTRI

A.   Istilah Nyantri Dalam Suatu Definisi
Istilah nyantri dari suku kata asalnya santri. Istilah nyantri dalam suatu definisi berarti sesuai dengan santri. Sedang santri merupakan suatu istilah untuk seseorang yang sedang belajar di pondok pesantren. Dan  Istilah nyantri menurut sejarah adalah sebutan bagi orang orang yang mematuhi atau menjalankan perintah agama Islam. Atau bagi mereka yang tingkah lakunya selalu berdasar kepada agama Islam.
Istilah santri telah menjadi suatu nama julukan dari seorang pemimpin atau raja dari sumedang Larang, yaitu Pangeran Santri. Pangeran santri adalah julukan dari pangeran Kusumah Dinata, yang berasal dari didikan pesantren yang menikah dengan Ratu Pucuk Umun Sumedang Larang. Dari pernikahannya kemudian lahir salah seorang pemimpin besar dari Sumedang Larang yang bernama Prabu Geusan Ulun. Prabu Geusan Ulun inilah dalam sejarah dianggap sebagai penerus Raja Pajajaran yang sudah hancur karena serangan Banten tahun 1579 M.
Prabu Geusan Ulun menjadi raja Pajajaran dengan kekuasaan di  Eks kerajaan pajajaran selain yang dikuasai oleh Cirebon dan Banten, karena dianugrahi mahkota kerajaan Pajajaran yang diselamatkan oleh 4 Kandaga Lante (senopati utama) Pajajaran dari serangan Banten..

B. Mengenal Konsep Sunda Tradisi Dalam Beragama

1.. Konsep Monotheisme dalam Peradaban Sunda
Sebelum agama Islam  masuk ke tanah sunda dengan konsep monotheismenya, menurut para ahli dalam tradisi sunda klasik dalam kebudayaannya juga telah mempunyai konsep monotheisme. Jadi ketika Islam masuk seolah telah dipersiapkan jalan yang begitu lebar untuk menuju sistem monotheisme dalam Islam.
Meskipun dalam sejarah bahwa agama Hindu dan Budha di tanah sunda menjadi agama resmi dan menjadi agama raja raja, tetapi masyarakat umum masih berpegang teguh pada ajarannya. Karena itu konsep dewa dalam tradisi sunda nyaris tidak dikenal. Dan tingkatan kelas kelas kasta yang ada dalam tradisi Hindupun seolah tidak ada bekasnya. Karena kepercayaan terhadap Hindu tidak begitu kuat.
Tentang mengapa dalam tradisi sunda tidak banyak didapati candi candi, meskipun di akhir tahun 1980-an mulai ditemukan candi candi di sekitar Karawang, seperti di Batujaya dan Cibuaya dan merupakan penemuan terbesar Candi candi di abad 20 M.
Sebenarnya bukan tidak ditemukan, tetapi mungkin belum. Hal ini karena mungkin peneyelidikan yang belum maksimal, atau terlalu cepat mengambil kesimpulan karena prustasi. . Dengan penemuan komplek candi batujaya di era tahun 1990-an , yang dianggap merupakan penemuan candi terbesar di zamannya. Hal ini menandai  babak baru anggapan bahwa candi juga ditemukan di  tataran sunda. Tetapi hal ini belum begitu dominan. Karena kebanyakan yang ditemukan di tataran sunda adalah jenis yang berkaitan dengan simbol simbol kepercayaan tradisi  yang dianggap lebih monotheistik.

2. Konsep Demokratis Egaliter
Dalam tradisi sunda dari awal sudah mengakui bahwa manusia itu sederajat. Makanya meskipun raja raja sunda kebanyakan menganut agama Hindu, tetapi konsep kelas kelas / tingkatan tingkatan  kasta yang ada dalam masyarakat Hindu tidak pernah mendapat tempat di tanah sunda ini.
Jadi  orang sunda dalam tradisinya lebih demokratis egaliter. Hal ini sangat berbeda dengan tradisi Jawa yang hierarkis Feodal dengan konsep kaula gustinya.

Dalam sistem pemerintahanpun kerajaan sunda lebih mengarah kepada negara federal. Setiap negara mempunyai kekuasaan masing masing dan bersifat  independen. Tetapi mereka tetap setia menginduk kepada kerajaan Sunda. Hal ini dapat dilihat dari gelar Prabu. Gelar prabu merupakan gelar raja, yang dipakai hampir di tiap kerajaan dibawahnya.



BAB IV

NYAKOLA

A.   Nyakola Dalam Suatu Definisi / Istilah
Nyakola berasal dari kata dasar Sakola (sekolah). Seperti halnya kata nyunda dan nyantri, nyakola berarti seperti orang yang bersekolah.
Sakola adalah nama untuk Sekolah dalam bahasa sunda.  Sedangkan nyakola adalah orang yang bersekolah tetapi dalam arti khusus lebih mengarah kepada seseorang yang tingkah lakunya seperti orang sekolahan atau terpelajar atau intelek, meskipun ia sendiri sekola formilnya rendah. 
Nyakola disini bisa berarti intelek atau berdasar ilmu pengetahuan atau berpendidikan. Dalam istilah sunda ada suatu sindiran “Teu Nyakola pisan jeuleuma teh” atau “Teu nyakola pisan maneh mah”. Yang artinya orang tersebut sangat bodoh atau kurang terpelajar.

B.   Konsep Akal Dalam Tradisi Sunda
Yang paling hebat yang diwariskan oleh nenek moyang Sunda adalah konsep akal, yang jarang ditemui dalam masyarakat lain. Karena itu mengapa nyakola seolah menjadi suatu kebutuhan bagi masyarakat sunda. Mungkin hal ini di karenakan karena konsep akal dalam tradisi sunda.
Ada suatu peribahasa dalam bahasa sunda yang berbunyi “Lamun hayang ngakeul kudu ngakal”. Ngakeul adalah suatu proses akhir dalam menanak nasi supaya menjadi pulen yang dilakukan dalam suatu media yang dinamakan dulang.  Nasi diakeul tersebut akan mempunyai rasa yang enak dan juga gurih, dalam istilah sunda disebut puleun.
Peribahasa tersebut dapat diartikan bahwa bagi masyarakat sunda, kalau mau makan (mencari nafkah) gunakan akal. Jadi bukan hanya bekerja tapi gunakan akal. Keberadaan akal sering diidentifikasikan berada dalam otak manusia. Jadi ada orang yang berkata bahwa menggunakan akal sama dengan menggunakan otak. Jadi sebenarnya ada korelasi antara kerja dengan akal. Kita mengenal suatu istilah bahwa kerja itu harus kerja dengan cerdas (kerja cerdas) bukan hanya kerja, tetapi tidak terkonsep, tidak berilmu, sehingga yang di dapat mungkin hanya kebutuhan pokok saja. Tetapi dengan kerja yang cerdas akan memebrikan banyak peluang peluang untuk kesejahteraan baik dirinya maupun masyarakat sekitarnya. Dalam istilah sunda kerja yang tidak pakai akal di sebut dengan kerja dengan okol, suatu kerja yang tidak terkonsep.
Jadi intinya dalam konsep dasar urang sunda sebenarnya dalam mencari nafkah harus banyak menggunakan akal, atau memfungsikan kerja otak manusia. Orang terkaya. Atau orang tersukses di dunia sebenarnya adalah orang orang yang memfungsikan otak manusia dengan oftimal. Sampai sekarang orang terkaya di dunia dikuasai oleh orang orang yang cerdas. Seperti Bill Gates pemilik microsoft dan lain lain.
Jadi banyak orang mengeluhkan bahwa kita kerja dari subuh sampai malem, yang didapat hanyalah mendapat sesuap nasi atau hanya untuk memenuhi kebutuhan keluarga (puluhan ribu). Sedangkan orang semaacam Bill Gates dan orang orang yang menggunakan keahliannya mendapat jutaan dalam satu detik. Jadi disinilah perbedaan kerja biasa dengan kerja menggunakan akal, perbedaan kerja okol dengan kerja cerdas. Jadi konsep inilah sebenarnya yang banyak dilupakan oleh urang sunda generasi sekarang, masih jarang menggunakan konsep akal dalam bekerja.
Akal adalah cara kerja otak. Untuk bisa menggunakan akal atau kerja otak yang maksimal atau oftimal, harus melalui suatu proses pendidikan yang berjenjang, dari dasar, menengah hingga ahli. Nah proses pendidikan itu adalah sekolah. Orang yang bersekolah yang sering menggunakan akalnya atau intelektualnya dalam bahasa sunda disebut nyakola.
Ada peribahasa umum dalam bahasa indonesia yang berbunyi “ Seperti padi semakin berisi semakin merunduk”. Jadi orang yang berilmu sebagai produk dari nyakola, semakin tinggi ilmunya maka justru banyak merendahkan hati. Berbeda dengan padi yang tidak ada isinya yang cenderung menunjuk ke atas. Jadi orang yang tidak berilmu atau tidak nyakola itu cenderung sombong, padahal isinya tidak ada. Istilah debat kusir biasa dilakukan oleh orang orang seperti ini, atau dengan kata lain orang yang tidak nyakola.
Dan orang yang nyakola itu kepercayaan dirinya sangat tinggi, tetapi tidak pernah sombong. Jadi bagi mereka kemampuan diri itu sangat dihormati. Ketergantungan terhadap orang lain minim, sehingga kita bisa menentukan arah dan opini berpikir kita. Dan tidak akan pernah mnjadi buih ombak di lautan. Seperti besar, realitasnya tidak punya kekuatan diri yang bisa menentukan arah hidupnya.
Dan bagi orang yang menggunakan ilmunya atau tinggi ilmunya tidak akan pernah menyalahkan orang lain. Betul apa yang dikatakan oleh ulama besar indonesia, Buya hamka, semakin tinggi ilmu sesesorang, semakin sedikit menyalahkan orang lain.
Dengan konsep akal itu manusia bisa sangat praktis dalam menjalankan hidupnya.

C. Konsep Orang Pinter Dalam Tradisi Sunda
Dalam konsep orang sunda sebutan kepada orang pinter  mengarah kepada orang yang mempunyai kelebihan dalam bidang akademik. Berbeda dengan konsep di jawa sebutan bagi orang pinterlebih mengarah kepada seseorang yang mempunyai kelebihan terhadap hal hal diluar akal, suatu pengertian lebih mengarah kepada arti dukun.

Disni bukan dalam rangka membandingkan, tetapi disinilah justru menunjukan penggunaan jenjang pendidikan dan ilmu pengetahuan sangat dihormati di tanah sunda.


D. Antara Nyakola, Sekolah dan Orang Bersekolah
Mengapa sekolah dalam arti pendidikan berjenjang sangat penting sekali. Hal ini karena merupakan standar awal. Karena itu, mengapa sekolah itu harus berstandar international. Bukan sekolah berstandar lokal dan selalu membanggakan kekurannganya.
Ilmu pengetahuan adalah netral. Kadang orang takut terhadap ilmu pengetahuan, karena memang keterbatasannya dalam menerima ilmu pengetahuan. Atau memang ada gerakan pembodohan dari penguasanya agar anak bangsanya mudah diatur dan digiring kemana saja sesuai dengan keinginan sang penguasa.
Seperti diungkap diatas bahwa ilmu pengetahuan adalah netral. Yang membuat baik dan jahatnya ilmu penegtahuan adalah orangnya. Jadi mengapa kita jika sudah punya suatu konsep diri yang bagus,  mengapa harus takut terhadap ilmu pengetahuan. Karena dengan ilmu pengetahuan juga kita bisa mengkonsep atau menemukan jati diri suatu bangsa.
Jadi jika ada orang yang takut terhadap ilmu pengetahuan, mungkin karena dia picik, atau mungkin juga takut tersaingi. Atau ada orang yang mengecam ilmu pengetahuan, mungkin juga karena ketakutannnya akan dominasi dirinya tersaingi. Atau mungkin juga dirinya akan tidak dihormati. Suatu ketakuatan yang berlebihan.
Bagaimana mungkin suatu bangsa yang mempunyai konsep jatidiri yag hebat, justru takut terhadap ilmu pengertahuan.orang yang sering mengecam ilmu penegtahuan, biasanya orang yang tidak berpengetahuan. Atau setidaknya termasuk orang yang malas. Jadi apa yang dibanggakan dari suatu bangsa yang mempunyai konsep yang bagus tapi takut terhadap ilmu penegtahuan atau tidak berilmu pengetahuan. Kemungkinan konsep yang hebat itu hanya penilaian diri sendiri saja untuk menutupi kebodohan dan pembodohan yang dilakukannya.
Sunda mempunyai suatu konsep yang bagus tenang akal, dan penghormatan yang tinggi terhadap ilmu. Karena itu harusnya kita memberikan jalan yang sangat lebar untuk menunjukan kehebatannya sebagai manusia sunda. Karena itu pendidikan yang benjenjang  (sekolah) harusnya di dorong dan dibuat kemudahan, sehingga jalannya semakin lebar untuk di rasakan oleh masyarakatnya.. Suatu kebohongan besar, membanggakan kebesaran tanpa suatu upaya mendorong masyarakatnya untuk sekolah. Karena itu konsep nyakola itu sangat penting dan harus dibuat jalan selebar lebarnya,
Untuk membanggakan suatu konsep bangsa yang besar, tentu harus mempunyai minimal ukuran standar yang sama dalam ilmu pengetahuan. Karena itu standarisasai pendidikan yang berjenjang harus minimal sama dengan bangsa bangsa lain di dunia. Karena untuk menepuk dada kita harus mempunyai standar yang sama dulu, baru bisa tepuk dada dengan busungnya. Tanpa itu hanya suatu kebohongan belaka, dan kebesaran hanya ada dalam wacana, sedang dalam realitas adalah nol besar.
Dengan konsep nyakola saja sebenarnya sudah memberikan jalan yang luas untuk pengembangan ilmu pengetahuan masyarakatnya. Apalagi ada upaya upaya dari para pempimpin, pembuat kebijakan politik untuk merealisasikannya. Jadi kloplah apa yang dicita-citakan oleh nenek moyang kita akan menjadi suatu kenyataan.
Meskipun sekolah berjenjang tidak menjadi jaminan untuk apa yang dikatakan nyakola. Karena orang yang berpendidikan sekolah toinggi belum tentu dikatakan nyakola. Karena nyakola itu bersiafat pada sifat orang yang berilmu. Semakin orang berilmu tinggi semakin rendah hati. Tetapi hal ini bukan suatu pembenaran bahwa kita tidak usah bersekolah.Karena sekolah itu penting untuk menilai standar awal.
Nyakola itu bersifat orang berpendidikan. Untuk mencapai suatu ilmu yang tinggi sebenarnya banyak cara untuk mendapatkannya. Msaki dengan  rajin membaca. Karena ada istilah bahwa dengan membaca kita sebenarnya telah membuka jendela dunia.
Jadi jangan seperti kebanyakan orang kita dan mungkin masyarakat sunda mayoritas sekarang ini. Sekolah berjenjang biasanya menjadi akhir prndidikan dan bukan dalam arti awal cara berpikir. Karena jika setelah pendidikan tamat maka berakhirlah proses belajar. Buku dijual atau dibuang, karena sudah tamat sekolah. Sehingga dirumahnya tidak ada satu bukupun, karena dia telah lulus dalam suatu jenjang pendidikan. Sehingga enggan membaca buku buku.
Nah yang demikian juga tidak bisa dikategorikan nyakola. Karena jika sudah menutup proses belajarnya, atau membaca buku, maka sudah berhentilah kemajuan ilmu pengetahuan orang tersebut. Dan orang tersebut dikategorikan orang malas, orang yang tidak boleh dijadikan panutan dalam hidupnya.
Makanya benarlah kata orang. Jika ingin melihat intelektual seseorang maka lihat yang dibacanya atau koleksi buku di rumahnya. Semakin banyak buku yang dibacanya, maka semakin tinggi ilmu pengetahuan orang tersebut. Dan jika tidak mendapati buku bacaan dirumahnya maka orang tersebut dapat dikategorikan orang yang sudah menutup diri, orang malas berpikir dan biasanya orang seperti ini akan sombong, dengan ketidaktahuannya, meskipun dia sudah menmpuh jenjang pendidikan yang tinggi. Dan yang demikian dalam istilah sunda tidak bisa termasuk dalam istilah nyakola.
Jadi jika pendidkan kita sarjana maka  jangan menjadi akhir pendidkan. Sehingga setelah lulus tidak pernah membaca buku  lagi.Tidak ada proses belajar. Jadi ketika kita menempuh pendidikn sarjana harusnya cara awal berpikir. Dengan demikian jika kita sudah menuntaskan pendidikan sarjana maka justru harus rajin belajar, dan membaca buku. Karena kita telah memproklamirkan bahwa sarjana adalah awal dari cara berpikir.
Dan jika kita termasuk dalam lulusan sekolah menengah atau dibawahnya. Jika tidak memungkinkan untuk melakukan pendidikan yang berjenjang lebih tinggi lagi, harusnya membuka lebar lebar harus terus belajar, harus giat membaca buku, sehingga ilmu pengetahuan bisa diraih tidak hanya dengan sekolah berjenjang. Dan yang demikiam lebih mendapat tempat disebut dengan orang yang nyakola.
Jadi suatu kesimpulan yang bisa didapat dari istilah nyakola itu adalah bisa meraih pendidikan setinggi tingginya, terus membaca untuk mengejar ketertinggalan. Dan jika kita di golongan orang yang mempunyai kebijakan (seperti gubernur, bupati) ,maka buat lah jalan selebar lebarnya agar masyarakatnya bisa sekolah setinggi tingginya, dan membangun media yang mendukungnya seperti membangun perpustakaan perpustakaan.




Bab VI

ISLAM DI TANAH SUNDA

Meskipun yang terakhir di Pulau Jawa dalam menerima Islam sebagai agama resmi masyarakat Sunda. Islamisasai di tanah Sunda justru seolah sudah final. Hampir seluruh masyarakat Sunda adalah penganut Islam.

A. Sejarah Islam Di Tanah Sunda
Pada zaman kerajaan Sunda di era Pajajaran, Islam sebenarnya sudah dikenal dikalangan Istana. Bahkan salah seorang istri Sri Baduga Maharaja Jayadewata atau dikenal juga dengan nama Prabu Siliwangi, yang bernama Nyi Subang Larang adalah seorang muslimah. Darinyalah kemudian Islam mulai dikenal di kalangan Istana, meskipun pada awalnya juga Islam sudah dikenal di Istana di era Prabu Bunisora. Salah seorang anak dari Prabu Bunisora ini ada yang dikenal dengan julukan Haji Purwa. Karena dialah haji pertama di kalangan istana kerajaan Sunda di era Kawali. Subang larang sendiri masih turunan dari Prabu Bunisora ini.
Dari turunan Nyi Subang Larang. Istana Pajajaran semakin akrab dengan agama Islam. Bahkan anaknya yang bernama Walangsungsang atau Prabu Cakrabuana merupakan tokoh Islam yang sangat disegani, dan oleh ayahnya diangkat menjadi penguasa di Cirebon. Tetapi yang dianggappaling berpengaruh dalam cerita cerita sunda tentang proses islamisasi adalah yang bernama Kiansantang. Tokoh Kiansantang ini merupakan nama lain dari Sangara, putra bungsu Prabu Siliwangi dari Subang Larang. Kiansantang meruapakan tokoh yang paling berpengaruh dalam proses islamisasi dalam cerita masyarakat Sunda. Dan dikenal dengan tokoh yang sangat mewakili  dalam islamisasi di tanah sunda.
Proses pencarian Islam oleh Kiansantang dianggap paling mewakili,karena dialah yang dianggap seorang pencari Islam di tanah sunda yang paling berpengaruh. Sedang tokoh yang paling berpengaruh dalam islamisasi di tanah sunda adalah Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati. Syarif hidayatullah merupakan anak dari Rarasantang, anak kedua dari Prabu Siliwangi dengan Nyi Subang Larang. Rara Santang kemudian menikah  dengan bangsawan Meka, dan mempunyai anak yang bernama Syarih Hidayatullah.  Dia (Syarif)  kemudian menggantikan ua-nya, Cakrabuana atau Walangsungsang menjadi penguasa Cirebon. Dan dialah tokoh dibalik penaklukan Kuningan, Majalengka, Banten dan Jakarta dari Pajajaran.

B. Tokoh Tokoh yang Sangat Berpengaruh Dalam Islamisasi Awal
Dalam kisah kisah lisan, maupun tulisa kita menemukan banyak tokoh Islam awal yang dianggapsebagai tokoh tokoh penting dalam islamisasi awal di tanah sunda. Meskipun seolah cerita lisan tumpang tindih, tetapi ada kesamaan dalam islamisasi di tanah sunda,yaitu lebih rasional. Karena itu ciri dari masyarakat sunda lebih sintesis dalam konteksnya dengan Islam. Cerita Kiansantang atau Prabu Borosngora yang dikalahkan oleh Sayidna Ali (meskipun cerita ini sulit dibuktikan, karena perbedaan waktu yang jauh). tetapi hal ini menujukan ketundukan yang jelas terhadap Islam. Jadi Islam di tanah Sunda dalam cirinya lebih sintesis (perpaduan), nilai nilai keislaman lebih ditinggikan daripada adat itu sendiri.

1.. Haji Purwa (Bratalegawa)
Bratalegawa atau kemudian terkenal dengan nama Haji Purwa adalah pemeluk agama Islam pertama di kalangan istana Kerajaan Sunda. Bratalegawa merupakan  putera kedua Prabu Guru Pangandiparamarta Jayadewabrata atau Sang Bunisora, raja sunda penggati Prabu Linggabuana. Prabu Bunisoraini adalah adik kandung dari Prabu Lianggabuana yang gugur dalam perang bubat. Prabu Bunisora menggantikan Prabu Linggabuaba yang gugur dalam perang bubat sebagai raja pendamping , karena putra mahkotayang bernama Wastukancana yang masih kecil ( 9 tahun).
Bratalegawa memilih hidupnya sebagai saudagar besar yang  biasa berlayar ke Sumatera, Cina, India, Srilangka, Iran, sampai ke negeri Arab. Ia menikah dengan seorang muslimah dari Gujarat bernama Farhana binti Muhammad.  Kemudian menunaikan ibadah haji dan mendapat julukan Haji Baharudin.  Sebagai orang yang pertama kali menunaikan ibadah haji di kerajaannya, ia pun dikenal dengan sebutan Haji Purwa.
Setelah menunaikan ibadah haji, Haji Purwa beserta istrinya kembali ke kerajaan Galuh pada tahun 1337 Masehi. Disini ia kemudian mengajak saudara saudaranya (ratu Banawati,penguasa Galuh, dan Giridewata )Ki Gedeng kasmaya, penguasa Cirebon Girang) untuk masuk islam, tetapi tidak ada yang mau. Haji Purwa  menetap di Cirebon  Girang.
Kedatangan Haji Purwa di tanah Sunda dijadikan titik tolak masuknya agama Islam ke Tatar Sunda pada pertengahan abad ke-14 M. Dengan demikian Islam di era Bratalegawa Islam sudah masuk ke tatar sunda sebelah selatan (ibukota Galuh letaknya di selaatan tatar sunda). Dan pada masanya juga di karawang telah kedatangan ulama besar yang mendirikan pesantren, dan dianggap sebagai penyebar isllam di tatar sunda bagian utara, yaitu Syekh Quro (syekh hasanuddin yang mendirikan pesantrn di Karawang. Di cirebon juga mulai kedatangan Syekh Nurjati atau terkenal dengan nama Syekh Datuk kahfi ke Cirebon, yang menikah dengan cucu dari Baratalegawa (Haji Purwa) yang bernama Hadijah. .

2. Syekh Quro
Syekh Quro sebagai penyebar dan guru agama Islam pertama di daerah Karawang.  Syekh Quro nama aslinya adalah Syekh Hasanuddin putra Syekh Yusuf Sidik, seorang ulama yang datang dari negeri Campa (daerah Vietnam  sekarang). Ia datang di Pulau Jawa pada abad ke-14 sezaman dengan kedatangan Syekh Datuk Kahfi atau Syekh Nurjati., menumpang kapal yang dipimpin Laksamana Cheng Ho .
Dalam pelayarannya itu, armada Cheng Ho tiba di Pura Karawang. Syekh Hasanuddin beserta para pengiringnya turun di Karawang dan bertempat tinggal di sana. Di Karawang ia menikah dengan Ratna Sondari, puteri Ki Gedeng Karawang, dan membuka pesantren yang diberi nama pondok Quro yang khusus mengajarkan al-Qur’an, karena itulah Syekh Hasanuddin kemudian dikenal dengan nama Syekh Quro.

Syekh Quro bermukim di Karawang sampai meninggal dan dimakamkan di Desa Pulo Kalapa, Kecamatan Wadas, Karawang.dari pesantrennyalah, nantinya salah seorang Istri Sri Baduga Maharaja Prabu Jayadewata belajar, yaitu Nyi. Subang Larang.


3. Syekh Datuk Kahfi
Syekh Datuk Kahfi merupakan seorang ulama keturunan Arab Hadramaut, yang beasal dari Mekah dan menyebarkan Islam di berbagai penjuru tatar sunda. Ia dikenal juga dengan nama Syekh Nurjati atau Syekh Nurul Jati. Ia merupakan nenek moyang raja raja Sumedang Larang. Cicitnya yang bernama Pangeran Kusumah dinata yang kemudian dikenal dengan Pangeran Santri menikah dengan Ratu PucukUmun, Ratu Sumedang Larang ketika itu
Syekh datuk Kahfi atau dikenal juga dengan nama Syekh Nurjati, Syekh Idofi  atau Syekh Nurul jati  datang ke tatar Sunda sezaman dengan Syekh Quro dari Karawang pada abad ke 14 M. Syekh Datuk Kahpi atau Syekh Nurjati  menikah dengan cucu Bratalegawa (haji Purwa) bernama Hadijah.
Syekh Nurjati datang sebagai utusan Raja Parsi bersama 12 orang pengikutnya sekitar abad ke-14, pada masa Ki Gedeng Jumajanjati. Atas izin dan kebaikan penguasa pelabuhan itu, Syekh Nurjati kemudian menetap dan bermukim di Pasambangan, di bukit Amparan Jati dekat Pelabuhan Muarajati, kurang lebih lima kilometer sebelah utara Kota Cirebon sekarang.
Di Cirebon Syekh Datuk Kahfi mendirikan pesantren di cirebon, dan merupakan tempat berguru Pangeran Cakrabuana  dan Nyi Rara Santang (ibu Sunan Gunung Jati). Keduanya merupakan anak penguasa kerajaan Sunda waktu itu, Sri baduga Maharaja Prabu Jayadewata.

Dengan demikian sebenarnya Islam di tatar sunda sudah dikenal pada abad 14 M, jauh sebelum era walisongo di jawa.


4. Nyi Subang Larang                                                                     
Nyi Subang larang adalah istri dari maharaja Sunda, Sri Baduga mahara Prabu jayadewata. Meskipun bukan sebagai prameswari utama, tetapi ia dianggap tokoh awal  dalam islamisasi  di kalangan istana kerajaan sunda di Pakuan .Dalam sejarah tidak terlalu bbanyak diceritakan perannya dalam islamisasi di kalangan istana. Tetapi justru dari Nyi Subang Larang inilah keturunannya menjadi tokoh tokoh penting dalam islamisasi di Tanah sunda.
Dari turunan Nyi Subang Larang. Istana Pajajaran semakin akrab dengan agama Islam. Bahkan anaknya yang bernama Walangsungsang atau Prabu Cakrabuana merupakan tokoh Islam yang sangat disegani, dan oleh ayahnya diangkat menjadi penguasa di Cirebon. Tetapi yang dianggappaling berpengaruh dalam cerita cerita sunda tentang proses islamisasi adalah yang bernama Kiansantang. Tokoh Kiansantang ini merupakan nama lain dari Sangara, putra bungsu Prabu Siliwangi dari Subang Larang. Kiansantang meruapakan tokoh yang paling berpengaruh dalam proses islamisasi dalam cerita masyarakat Sunda. Dan dikenal dengan tokoh yang sangat mewakili  dalam islamisasi di tanah sunda.

5. Walangsungsang
Walangsungsang  merupakan anak tertua dari raja Sunda, Sri baduga maharaja dari istrinya yang beragama islam, Nyi Subang larang. Kadang ia dikaitkan dengan nama Kiansantang. Tetapi para sejarawan lebih sering menyatakan bahwa Kiansantang itu adalah putra bungsu Sang raja, Sri baduga maharaja Prabu jayadewata dari istrinya Nyi Subang larang yang bernama Sangara. Seperti diungkapkan di atas, bahwa Sri baduga maharaja dari istrinya yang beragama Islam, Nyi Subang larang, mempunyai 3 orang anak, yaitu Walangsungsang, Nyi lara santang, dan Sangara.
Walangsungsang merupakan tokoh yang paling berpengaruh sebagai pembuka islamisasi di tanah Sunda.  Sebagai putra sulung dari salah seorang istri raja. Walangsungsang termasuk tokoh yang disegani di kalangan istana kerajaan Sunda. Meskipun ia sendiri bukan putra mahkota. Tetapi karena sama sam putra sulung, maka ia juga termasuk yang paling disegani secara silsilah. Ia kemudian memamfaatkan kedududkan sebagai penguasa di Cirebon yang diberikan ayahnya. Tetapi ia kemudian menjalin kerjasama dengan Demak yang sedang agresif melakukan islamisasi di tanah jawa. Hal ini kemudian membuat sang raja mulai cemas terhadap masa depan kerajaannya terhadap dominasi Islam.  Karena itu sang raja mengutus putra mahkota, Pangeran Surawisesa untuk melakukan kerjasama dengan Portugis. Dan hal justru menjadi sumber perpecahan semakin tajam di kalangan istana. Terutama ketika Sang raja Sri baduga maharaja meninggal.
Ia sendiri tidak begitu berambisi dalam perebutan kekuasaan. Justru keponakannya, Syarif Hidayatullah yang  menggantikannya sebagai penguasa Cirebon, mulai berani mengutak atik kekuasaan pamannya, Prabu Surawisesa, raja di kerajaan Sunda pengganti kakeknya.

6. Kiansantang
Kiansantang diyakini adalah anak bungsu dari  Sri Baduga Maharaja dengan Nyi Subang Larang. Dan nama lain dari Sangara.Tidak ada yang menulis secara detail tentang tokoh ini. Tetapi tokoh in seolah merupakan tokoh yang sangat berpengaruh dalam islamisai di tanah sunda secara idea.
Kiansantang merupakan tokoh yang dianggap paling  mewakili dalam Islamisasi di tanah Sunda. Dia seolah tokoh yang ingin mencari kebenaran dengan suatu logika yang mungkin logika tertinggi waktu itu. Ia mencari kebenaran dengan mencari dari sumber aslinya.
Kita mungkin teringat cerita lisan tentang Kiansantang. Ia adalah orang yang sangat sakti.Konon di tatar sunda dan jaa tidak ada yang bisa mengalahkannya. Karena itu iangin sekali melihat darahnya sendiri. Sehingga ia kemudian pergi ke Mekah untuk bertemu dengan Sayidina Ali yang sangat terkenal akan kesaktiannya. Karena itu ia kemudian berencana ke Mekah untuk menantang Sayidina Ali. Tetapi di perjalanan ia bertemu dengan seorang yang sudah sepuh. Setelah perbincangan antara kedua belah puhak, dan sang kiansantang menguatarakan maksudnya untuk menemui Sayidina Ali. Sang Kakek  kemudian meminta tolong Kiansantang mengangkat tongkatnya yang tertancap.Tetapi tongkat tersebut tidak tercabut, meskipun tenaga sudah dikeluarkan semua, yang akhirnya kiansantang menyerah dan tunduk. Karena sudah menyerah. Kemudian sang kakek menceritakan bahwa dia adalah Sayidina Ali, yang menasehatinya setelah ke Mekah agar kembali lagi ke tatar sunda.
Meskipun seolah tokoh cerita karena media lisan yang dominan dalam kisah kisah mengenai Kiansantang ini. Tetapi hal ini mengindikasikan tentang pencarian kebenaran Islam, menjadi tonggak dalam ciri Islam di tanah Sunda yang lebih rasional, patuh sehingga islamisasi cenderung lebih sintesis. Lebih mneyukai perpaduan daripada mencampur adukan (sinkretis).
Dalam kisah Kiansantang diceritakan tentang pencarian kebenaran dan juga pengujian kesaktian. Dia tidak pernah mau menyerah untuk mencari kebenaran dan juga pengujian kesaktian. Pengujian kesaktian juga diartikan pengujian secara intelektual. Ia ingin mencari orang yang dapat mengalahkan dirinya, yang nantinya akan menjadi suatu bentuk kepatuhan pada yang mnegalahkannnya. Konon hingga tanah suci mekah ia datangi. Dan konon ia dapat dikalahkan oleh Ali, sehinga ia kemudian patuh dan tunduk terhadap Ali. Ali disni dapat dartikan keterwakilan kebenaran Islam. Sehingga dengan sendirinya tunduk dan patuh terhadap kalam ilahi. Karena jikalihat secara urutan tahun terlalu jauh, jika Kiansantang adalah tokoh Islam di akhir abad ke 15 dan awal abad ke16 M, sedang tokoh Ali hidup  pada abad ke 7 Masehi.


1) Kisah kiansantang menunjukan bahwa proses islamisasi menunjukan sifat menerima Islam dengan patuhnya (taat). Karena itu dalam kelanjutannya Islam di tanah sunda sebenarnya lebih rasional dan bersifat ditinggikan, berupa kepatuhan seperti yang ditunjukan oleh Kiansantang. Para ahli mngkatagorikan islam di tanah sunda  dengan istilah sintesis (perpaduan). Islam lebih ditinggikan daripada adat. Hal ini berbeda dengan ciri Islam di Jawa yang bersifat sinkretis (campur aduk). Karena ada suatu kisah yang menjelaskan tentang Islam di tanah Jawa itu. Diceritakan bahwa ada seorang ulama dan pendeta berjalan bersamaan. Satu sama lain ingin saling menonjolkan . Sang kiai membawa keris atau pedang, sedang sang pendeta hindu membawa kendi berisi air. Keduanya melempar barang yang dibawanya ke atas. Dan pecahlah kendi tersebut dengan pedang atau keris. Dengan bangganya sang kia mengatakan, bahwa kendinya telah pecah. Yang berarti Islam lebih tinggi daripada Hindu. Tetapi sang pendeta hindu  mengatakan jangan girang dulu, lihatlah keris ata pedang itu basah kena air kendi, berarti Islam akan tertutup atau terbasahi atau tercampur oleh tradisi Hindu (sinkretis)


7. Syarif hidayatullah (Sunan Gunung Jati)
Syarif Hidayatullah merupakan  yang paling berpengaruh dalam islamisasi di tanah sunda secara praktis. Jika Kiansantang berbicara tentang idea,maka Syarif Hidayatullah lebih ke dalam islamisasi secara praktis.
Syarif Hidayatullah adalah cucu dari penguasa besar tanah Sunda, cucu dari Sri Baduga maharaja. Ia merupakan anak dari putri raja, Rara santang, yang menikah dengan pembesar dari Mesir. Rara santang adalah anak dari Sri Baduga maharaja Prabu jayadewata, atau sekarang lebih dikenal dengan nama Prabu Siliwangi, dari istrinya Nyi Subang larang.
Sebagai pangeran dari kalangan istana sunda, maka Syarif Hidayatullah sangat dihormati baik di daerahnya dan juga di kerajaan Demak. Ia disegani dalam kaitannya dengan masalah keagamaan dan dalam tingkatan sosial kemasyarakatan dan juga dalam bidang kemiliteran.  Dan ia mamfaatkan itu dalam upaya islamisasi di tanah sunda.
Ia memamfaatkan kekisruhan para pangeran di istana pajajaran setelah ditinggal kematian kakeknya, Sri baduga maharaja. Dan ia memamfaatkan momen penolakan para pangeran yang menentang kerjasama kerajaan Sunda dengan kaum Portugis, dalam upayanya membangun benteng Portugis di kota pelabuhan Kalapa (sunda kalapa atau jakarta sekarang).
Dengan dibantu oleh kerajaan Demak, ia kemudian melakukan penyerangan terhadap kota Kalapa dan banten, yang merupakan dua kota pelabuhan terpenting dari kerajaan Sunda. Setelah kedua kota itu dapat ditaklukan maka ia juga berupaya untuk menaklukan daerah  di timur dan selatan kerajaan ini. Kuningan, Majalengka, dan galuh kemudian dapat ditaklukan. Dan Sumedang juga menerima islam secara damai melalui perkawinan. Meskipun Sumedang larang tetap menjadi bagian dari kerajaan pajajaran dan tidak berusaha untuk memberontak, meskipun agama mereka sudah berbeda.
Syarif Hidayatullah sangat dihormati karena perannya dalam islamisasi secara menyeluruh di tanah Sunda. Sehingga Islam mulai banyak dianut oleh masyarakat Sunda, meskipun ia sendiri tidak berhasil menguasai ibukota kerajaan Sunda, pakuan. Baru cucunya, Maulana Yusuf,  bisa menaklukan pusat kerajaan tersebut di tahun 1579 M.


8. Maulana Hasanuddin
Merupakan anak pertama Sunan gunung Jati, dan dianggap sebagai pendiri kesultanan Banten yang sebenarnya, yang merdeka, yang lepas dari Demak. 
Maulana hasanuddin berjasamenjadikan banten sebagai pusat Islam di tatar sunda sebelah barat.


9. Maulana Yusuf
Merupakan sultan Banten yang kedua yang berkuasa dari tahun 1570 hingga 1580 M. Pada masanyalah Pakuan yang merupakan ibukota kerajaan Pajajaran, kerajaan Hindu terakhir di daerah sunda dapat ditaklukan.

 Maulana Yusup merupakan  Putera dari Sultan Hasanudin dari istrinya Ratu Ayu Kirana. Pada masanya penaklukan ibukota Pajajaran menjadi prioritasnya, dan berhasil. Ia berjasa dalam mengukuhkan kekuasaan kesultanan  islam di  Banten, meskipun ia tidak berhasil menguasai seluruh wilayah eks. Kerajaan Pajajaran.

10. Pangeran Santri (1505-1579 M)
Pangeran Santri atau Pangeran Kususmah Dinata atau terkenal juga dengan nama Ki Gedeng Sumedang merupakan suami dari Ratu PucukUmun, penguasa Sumedang keturunan raja raja kuno Sumedang. Ia kemudian memerintah Sumedang Larang  dengan istrinya, Ratu Pucuk Umun Ratu Intan Dewata (1530-1558 M).  Ia merupakan putra dari Pangeran Pamelekaran (dipati Tetarung) cucu dari Syekh Maulana Abdurrahman dancici dari Syekh Datuk Kahfi.  Ia dijuluki Pangeran Santri karena asalnya dari pesantren dan perilakunya terkenal sangat alim.
Sumedang Larang merupakan wilayah yang paling berpengaruh saat itu di wilayah kerajaan Sunda. Wilyahnya yang luas, meliputi Sumedang itu sendiri, Majalengka,  Bandung, Subang, Karawang dan Indramayu.
Pada masa Ratu pucuk Umun, ibukota kerajaan yang pada awalnya di daerah Ciguling dipindahkan ke daerah Kutamaya sekarang. Dengan menikahi Ratu Pucuk Umun    , Pangeran Santri kemudian melakukan islamisasi di daerah kekuasaannnya.

11. Prabu  Geusan Ulun
Prabu Geusan Ulun atau Pangeran Angkawijaya merupakan putra pertama Pangeran Santri dengan Ratu PucukUmun.  Ia menjadiRaja sumedang Larang menggantikan ayahnya, pangeran Santri.
Sumedang Larang dimasanya, meskipun sudah memeluk Islam tetapi Sumedang Larang masih setia kepada kerajaaan Sunda di Pakuan. Sehingga ketika Pakuan jatuh pada tahun 1579 M, ia dianggap sebagai penerus dari kerajaan Sunda. Empat mentri utama Pajajaran yang disebut Kandaga Lante menyerahkan mahkota / Siger raja Sunda kepada Prabu Geusan Ulun, sebagai perlambang bahwa wilayah wilayah kerajaan Sunda yang tidak dikuasai oleh Banten dan Cirebon merupakan daerah kekuasaannya.


C. Ulama dan Tokoh Besar Selanjutnya
Setelah peran para ulama dan juga penguasa di tatar sunda yang berpengaruh terhadap islamisasi di tanah sunda. Kemudian muncul ulama ulama yang begitu besar perannya dalam menambah wawasan islam di tanah sunda. Disamping para penguasa lokal di tatar sunda yang dengan gigih menyebarkan Islm di tatar sunda, ada juga  beberapa ulama yang berjasa dalam pengembangan Islam di tanah sunda, diantaranya: Syekh Abdul Muhyi (Syekh Pamijahan), dan lain lain. Dan juga ulama ulama yang mencoba mengembangkan wacana Islam dalam konteks pengembangan ilmu baik keislaman maupun sosialkemasyarakatan dan tekhnologi. Dan yang mungkin termasuk dalam golongan ini diantaranya : Syekh Nawawi Albantany, yang mengarang banyak buku tentang keislaman, dan lain lain.


1.. Syekh Abdul Muhyi            
Syekh Abdul Muhyi seorang ulama yang hidup pada abad ke17 M. Ia lahir pada tahun 1650 M. Aqyahnya, Lebe warta Kusumah, masih bangsawan sunda yang tinggal di Gresik/ ampel.
Pada usia 19 tahun ia pergi ke Aceh untuk berguru kepada ulamabesardi Aceh waktu itu, Syekh Abdurrauf Singkel selama 8 tahun (1090-1098 H/ 1669-1677). Pada usia 27 tahun pergi ke Baghdad untuk ziarah ke makam Syekh Abdul Qodir jailani dan bermukim disana selama 2 tahun. Dan setelah itu ia bersama gurunya (syekh abdurrauf Singkel) pergi ke Mekah untuk menunaikan ibadah haji. Tahun 1677 ia kembali ke Aceh, dan kemudian kembali ke Gresik. Dan ia kemudian pergi ke tatar sunda, dan menikah dengan seorang wanita masih keturunan bangsawan sunda.
Pada awalnya ia menetap di DarmoKuningan selama 7 tahun (1678-1685 M), .Kemudian perg ke Pameungpeuk (1 tahun) (1685-1686), kemudian ke Batuwangi hingga Lebaksiu dan bermukim disana selama 4 tahun (1686-1690), kemudian ke kampung Cilumbu diatas gunung, sambil bertafakur. Karena diatas gunung tersebut sering menenangkan hatinya, maka gunung tersebut dinamakan dengan nama gunung Mujarod, yang berarti gunung untukmenenangkan hati. Setelah itu iakemudian ke daerah pamijahan sekarang, dan menemukan goa yang dicarinya karena mimpinya ketika di baghdad. Ia tinggal di dalam goapamijahan dan mengajar para santrinya  di sana.
Setelah itu, ia kemudian menyebarkan agama islam di kampung Bojong, kemudian ke Safarwadi disini ia membangu rumah dan masjid, dan mengajar hingga ia meninggal. Ia dimakamkan di daerah pamijahan sekarang.
Syekh abdul Muhyi berjasa dalam pengisalaman masyarakat di sekitar di tatar sunda bagian selatan (kuningan, Garut, tasikmalaya), yang waktu itu masih banyak yang menganut agama Islam.


2.. Syekh Nawawi Albantani  (1230-1314 H / 1813-1897 M)
Seorang ulama besar asal Banten, ahli hukum Islam (fiqih) dan ushul (fiqih). Ia tinggal lama di Mekah dan mengajar di Masjidil Haram. Ia terkenal karena tulisannya yang sangat banyak (ledih dari 80 buah) dalam berbagai disiplin ilmu keagamaan.
 Nama Abu Abdul Mu’thi Muhammad Nawawi bin Umar bin Arabi, dan kemudian terkenal dengan nama Nawawi al Bantany atau Nawawi al Jawi. Ia lahir di Tanara, Serang, Banten. Ayahnya, Umar ibn Arabi, adalah seorang ulama dan menjadi penghulu di Tanara.
 Pada usia 15 tahun, ia pergi ke Mekah dan bermukim disana selama 3 tahun untuk belajar ilmu keagamaan. Ia juga pernah belajar di Madinah.  Pada tahun 1248 H / 1831 M, ia kembali ke Banten dan mengajar di pondok yang didirikan ayahnya (selama 3 tahun), tetapi ia kemudian kembali lagi ke Mekah dan tidak pernah kembali.  Ia belajar kepada guru-gurunya selama 30 tahun (1830-1860 M), dan akhirnya mengajar di Masjidil Haram.
Banyak ulama besar yang pernah berguru padanya, antara lain: KH. Cholil bangkalan, KH. Ahmad Dahlan (Pendiri Muhammadiyah), KH. Hasyim Asy’ary (pendiri NU), KH Asnawi Kudus, KH Tb. Bakrie Purwakarta, KH. Arsyad Thawil, dan lain-lain.
 Ia juga pernah diundang ke Al Azhar Mesir untuk memberi ceramah dan fatwa-fatwa pada beberapa perkara khusus.     Ia meninggal di Mekah pada 25 syawal 1314 H / 1897 M, tetapi ada yang mencatat 1316 H /1899 M.
Kelebihan dari Syekh Nawawi adalah  terkenal sebagai seorang penulis yang produktif. Karya-karyanya sangat populer dimasanya dan banyak dibaca oleh kalangan pelajar Timur Tengah dan Asia Tenggara.     Karena kepakarannya, Dr. Snouck Horgronje (seorang orientalis dan penasehat pemerintah Hindia Belanda untuk urusan Islam di Indonesia) menggelarinya sebagai doktor ilmu ketuhanan. Sedang kalangan intelektual waktu itu menggelarinya Al Imam wa al Fahm al Mudaqiq (Tokoh dan pakar dengan pemahaman yang sangat mendalam). Tentang pengaruhnya, Dr. Snouck H., mengakui pengaruh besar yang ditularkan oleh syekh Nawawi ini, hingga mendorong masyarakat Melayu / Indonesia untuk mengkaji Islam secara seksama. Ia (Snouck) juga mengakui bahwa Syekh Nawawi juga mampu membangun cita-cita politik Islam.
Berikut ini adalah beberapa karyanya, antara lain:
  • Tafsir al Munir (Yang memberi Sinar), merupakan karyanya dalam tafsir yang cukup monumental.
  • Kasifah al Saja, suatu kitab tentang fiqih, yang merupakan syarah/ komentar terhadap kitab fiqih Safinah an Najah karya Salim bin Sumeir al Hadrami. Para pakar menyebut, karyanya ini lebih praktis daripada yang dikomentarinya.
  • Syarh al ‘Uqud al Lujjayn fi Bayan al Huquq al Zawjain, suatu karyanya tentang fiqih yang terkenal dikalangan pesantren Jawa. Hampir semua pesantren memasukan kitab ini dalam daftar paket bacaan wajib terutama dalam bulan Ramadhan. Kitab ini berisi tentang segala persoalan keluarga yang ditulis secara detail, hubungan antara suami dan istri dijelaskan secara rinci.
  • Nihayah al Zayn. Tentang ushul fiqih.
  • Sallam al Munajah (tangga untuk Mencapai Keselamatan).Tentang fiqih yang merupakan syarah Safinah as Salah .
  • At Tausyiah. Dalam bidang fiqih, yang merupakan syarah darikitab Fath al Qarib al Mujib karya Ibn Qasun al Ghazi.
  • Fath al Majid (Pembuka bagi yang mulia) dalam bidang tauhid / akidah, yang merupakan syarah kitab Ad Durr al Farid fi At Tauhid.
  • Tijan al Durar, tentang akidah / tauhid yang merupakan syarah dari kitab Fi at Tauhid karya Al Balajury.
  • Nur al Dhalam, tentang akidah.
  • Tangih al Qaul (Meluruskan pendapat) karyanya dalam bidang hadits, yang merupakn syarah dari kitab Lubab al Hadits karya As Suyuthi.
  • Salalim al Fudala (Tangga bagi para ulama terpandang), karyanya dalam bidang akhlak / tasauf, yang merupakan syarah dari kitabManzhumah Hidayah al Azkiya.
  • Misbah adz Dzalam (Penerang kegelapan), karyanya dalam bidang tasauf /akhlaq.
  • Maraqi fi Ubudiyah
  • Al Qami’ al Thugyan, tentang tasauf.
  • Nashaih al Ibad, tentang tasauf.
  • Minhaj al Raghibi, tentang tasauf.
  • Al Ibriz ad Dani (Emas yang dekat)
  • Bughyah al Awam (Kezaliman orang awam)
  • Fathu Shomad ( Kunci untuk mencapai yang maha pemberi)
  • Fathu Ghafir al Khatiyah (kunci untuk pengampunan kesalahan)
  • Lubab al Bayan (Inti penjelasan)


3. Tokoh dan Ulama Abad 20 dan 21 M


Pada awal abad 20 M, mulai bermunculan organisasi keagamann di Indonesia dengan berbagai konsep dan pemikirannya.Hal ini sebagai akibat dari mulainya terjadi perubahan pemikirran di timur tengah. Baik munculnya kaum Wahabi dan juga muncul tokoh pembaharu universal waktu itu, seperti jalaluddin Al Afghani, yang dikuti oleh muridnya Muhammad Abduh dan juga muridnya Rasyid Ridla.
Proses pembaruan juga melanda tatar sunda. Lahirnya Organisasi Syarikat Islam sangat berpengaruh terhadap pembaharuan pemikiran di tatar sunda, meskipun organisasi ini lebih dominan berorientasi terhadap politik, perbaikan umat dan terakhir wacana kemerdekaan. Setelah itu muncul organisasi pembaharu pemikiran keagamaa, seperti Al Irsyad,Persis dan juga Muhammadiyah.
Lahirnya organissai pembaharu di Indonesia membuat ragam pemikiran keagamaan mulai semarak. Dengan munculnya organisai al Irsyad, Muhammadiyah dan juga Persis menandai era baru dalam pemikiran keagamaan di indonesia, yang justru  menimbulkan suatu penolakan dari kaum yang sebelumnya ada yang kemudian mendirikan organisasa Nahdatul Ulama, yang mempunyai corak keagamaan Islam jawa timuran dan jawa tengah.
Kaum ulama dan tokoh kegamaan di awal era kemerdekaan juga mempengaruhi pemikiran Islam di tatar sunda. Banyak dari pemikir dan ulama tatar sunda juga ikut pada suatu organisai pembaharu ( Muhammadiyah, Persis dan lain lain) dan juga ikut pada organisasi Islam bercorak ke jawa timuran atau jawa tengah (Nahdatul Ulama). Tetapi kebanyakan dari mereka mengambil jalan tengah, meskipun dalam corak kegamaan tradisional hampir sama dengan kaum NU, tetapi secara pemikiran berbeda. Karena itu mengapa organisai semacam Nu tidak begitu berkembang di tatar sunda. Karena berbeda tradisi dalam  berpikir,meskipun hingga kini belum menjadi ciri dari masyarakat Islam di tatar sunda. Dan hingga kini masih terjebak pada upaya upaya mengikuti tradisi bepikir organisasi apa yang diikutinya. Atau dengan kata lain Islam di tatar sunda belum menjelma menjadi suatu corak islam yang benar benar asli sunda.
Jika dilihat dalam sejarah, muslim sudah masih berahati hati dalam menentukan arah. Seolah belum ada yang mewakili pemikiran yang menjadi ciri di tatar sunda. Organisasi Nu  tidak mewakili islam di tatar sunda. Karena organisasi ini lebih banyak diinspirasi dari tradisi Islam jawa timuran dan jawa tengahan. Yang secara tradisi berbeda.
Organisasi Persis rupanya mendapat dukunga dari kalangan pemikir muda sunda perkotaan. Tetapi karena organisasi ini juga lahir di surabaya, maka seolah sentuhan sunda nya juga tidak begitu banyak, sehingga meskipun secara global dalam pemikiran mendapat tempat yang lebih, tetapi secara tradisi belum banyak diterima. Jika Persisi lebih  berorientasi fiqih yang lebih bersifat mengusung pemikiran Imam hambali, meskipun cara mengambil kesimpulan yang berbeda. Tetapi secara prinsif tidak begitu berbeda.
Muhammadiyah sebagai organisasi pemikiran Islam yang bertolak dari keinginan perbaiakn nasib umat Islam juga belum mendapat tempat  yang begitu kuat. Meskipun sebenarnya mempunyai cita cita yang sangat kuat dalam perbaikan kualitas umat. Organisasi ini sebnarnya lebih berpikir global, umat yang harus lebih berdaya. Karena itu organisasi ini lebih agresif dalam bidang pendidikan umum. Karena realitas dalam hidup menunjukan bahwa kita hidup harus mempunyai standar yang sama dengan bangsa lain atau umat lain. Dan hal ini hanya bisa diraih jika umat mempunyai pendidikan yang sama dengan umat lainnya atau bangsa lainnya. Yang membedakan adalah keislamannya. Jadi yang diraih dalam pemikiran muhammadiyah sebenarnya adalah kesetaraan dalam pendidikan sehingga mempunyai star awal yang sama dengan bangsa lain. Sehingga nilai keislaman itulah kelebihannya. Karena itu organisasi ini lebih mengembangkan pendidikan berco9rak umum daripada bercorak pesantren.
Di tatar sunda sebenarnya muncul ulama ulama yang mengambil jalan tengah, mengambil mamfaat dari sistem pembaharuan dan tradisonalisme, seperti yang dikembangkan oleh 2 ulama asal Sukabumi yang bernama Ajengan KH. Ahmad sanusi, dan  dan ulama asal Majalengka yang bernama Ajengan KH. Abul Halim Tetapi hal ini juga tidak berkembang karena tidak mengembangkan ke dalam level pemikiran. Sehingga seolah terputus.
Sebagaimana masyarakat nusantara pada umumnya waktu itu, dalam agama mereka kebanyakan belajar dalam mazhab syafi’i. Jadi secara tradisonal seolah ada keengganan untuk mninggalkan madzhab tersebut. Makanya keduannya sangat hati hati dalam hal ini, sehingga ia mengambil suatu sikap konservatif dalam masalah madzhab ini. Tetapi secara berpikir, mereka sangat terbuka.Mereka mengganggap dan percaya pintu ijtihad masih terbuka, meskipun mereka sendiri belum melakukan ijtihad. Padahal ijtihadnya dalam hal penolakan pengumpulan zakat fitrah melalui perpanjangan penjajah Hindia belanda, sebenarnya sudah merupakan ijtihad waktu itu.
Yang membedakan dengan islam yang bercorak jawa timuran dan jawa tengah adalah, mereka sangat menentang keras terhadap upacara upacara kematian 3 hari, 7 hari dan seterusnya. Atau dalam istilah sekarang disebut tahlilan. Jadi mereka sangat menentang tahlilan yang menjadi ciri dari organisasi Nahdatul ulama. Jadi disinilah perbedaan dalam hal berpikir mereka, karena mungkin upacara kematian seperti tahlilan sekarang ini bukan suatu tradisi sunda.karena disamping tidak ada contoh dari Nabi, dan hal ini menjadi kecaman dari para pembaharu waktu itu. Karena hal tersebut dianggap bid’ah, sesuatu yang tidak berdasar.
Kedua ulama tersebut sebanarnya mungkin relevan dengan pemikiran yang dianut oleh Kiansantang. Kepatuhan yang jelas terhadap Islam. Karena itu kedua ulama ini termasuk yang dianggap mewakili. Dia tidak mengambil konsep islam bercorak jawa timuran dan jawa tengahan atau konsep cara berpikir bebas yang berlebihan. Tetapi lebih berpikir cara berpikir seorang yang nyunda. Setidaknya segala sesautu harus berdasar yang jelas.
Pemikiran yang berkembang  di tatar sunda juga adalah pemikiran yang digagas oleh organisasi persis, terutama di kota kota dan kaum urban. Pemikiran fiqih yang tanpakompromistis, yang menjadikan hadits nabi yang terkuat sebagai rujukan. Karena itu  pemikian ini menyerang tradisi tradisi beribadah yang tidak ada contoh dari nabi, yang dikatakan bid’ah, mengada ngada dalam urusan agama.
Pemikiran yang berasal dari organisasi persis sangat berkembang di tatar sunda. Hal ini berbeda dengan daerah asal pemikir utama persis yaitu Ahmad hasan di Surabaya atau jawa timur, pemikiran ini tidak begitu berkembang, kecuali di Bangil. Oleh karena itu seolah  basis persis telah bergeser dari Surabaya Jawa timur ke  kota bandung.
Organisasi ini seperti halnya NU (nahdatul Ulama) lebih membidik pendidikan pesantren sebagai basisi pengkaderannnya. Dari organisasi ini banyak melahirkan ulama ualam di tatar sunda. Persis seolah telah menjadi sunda, terutama bagikaum urban dan perkotaan.Meskipun dominasi tetap masih kaum tradisi. Tetapi dalam konteks keulamaan, ulama ulama tatar sunda begitu sangat mendominasi. Meskipun dalam tataran pemikiran kemasyarakatan tidak begitu berkembang. Jadi persis seolah berkutat pada fiqih ansich.
Organisasi yang ada di wilayah tatar sunda adalah Muhammadiyah. Berbeda dengan organisasikeagamaan lainya. Muhammadiyah lahir sebagai bentuk dari keprihatinann ssang pendidrinya, KH Ahmad dahlam terhadap pendidikan rakyat non priyayi (bukan bangsawan) atau masyarakat umum.Seolah mereka tidak punya akses ke dakam pendidikan formal,sehingga mau tidak mau akan selalu tersisish. Muhammadyah mengadopsi ide pencerahan dlam agama, dan ia berusaha masuk pada tatanan yang dominan, baik secara politik, ekonomi dan pendidikan. Karena itu ia lebih menekankan kepada formalisme yang diakui negara. Dengan mengembangkan pendidikan seperti yang dikembangkan oleh negara, tentu dengan memasukan nilai nilai agama islam.
Disamping itu ia juga mengembangkan konsep pencerahan dalam agama, dan berusaha meninggalkan kejumudana dalam agama. Konsepnya yang terkenal yaitu membasmi apa yang dikatakan dengan TBC (Tahayul, Bid’ah dan Khurafat)., merupakan bentuk pencerana dalam masyarakat agama. Jadi disnilah kelebihan Muhammadiyah yang lebih mengedepankan universalisme islam. Bentukpencerahan, perubahan nasib menuju masyarakat islam yang lebih berdaya.
Di tanah Sunda juga terdapat organisasi NU (nahdatul ulama), yang berarti kebangkitan ulama. Organisasi ini berdiri sebagai reaksi dari kritikannya kaum muda islam yang energik, terhadap kaum tradisional. Organisasi ini mengembangkan tradisi islam jawa timuran dan juga jawa tengahan. Karena itu budaya tahlilan, yasinan, tradisi bacaan tarawih yang telah di tradisikan bacaannya (tiap hari hanya itu itu saja) , dan juga upacara kematian 3 hari, 7 hari, 40 hari, setahun dan seterusnya. Hal ini  justru menjadi obyek kecaman dari para pembaharu. Yang mereka katakan sebagai bid’ah,mengada ada dalam urusan ibadah. Di tatar sunda organisasi ini erat kaitannya dengan latar belakang berguru dari guru pesantren di jawa tengah dan juga jawa timur.
Di tatar sunda pemikiran yang berasal dari Syi’ah juga berkembang. Banyak paraintelektual yang energik yang dihubungkan dari oraganisasi ini, seperti tokoh Jalaluddin Rahmat, yang sering dikaitkan dengan masyarakat Syi’ah. Syi’ah selalu dkaitkan dengan Ali Bin Abi Thalib. Dan dalam tradisi Sunda asli sangat erat kaitannnya dengan tokoh Ali ini. Cerita Kiansantang menandai hal itu. Takluk kepada sayidina Ali. Dan sistem pembacaan awal pengajaran Islam dalam tradisi sunda lebih mengarah ke penggunaan kosa kata Persia. Dan tradisi tardisi tempo dulu banyak yang mengarah ke dalam tradisi syi’ah, seperti hajat uar dan lain sebagainya. Penggunaan jabar,jeer dan pees, bukan fathah,dhomah dan ..,menandai hal tersebut.
Sulit memang menjadikan dalam satu pemikiran besar islam yang orsisnil, yang tidak terpecah pecah karena kotak kotak pemikiran yang sempit. Tetapi kata sunda mengindikasikan bahwa yang menjadi utama dalam tradisi sunda adalah orisionalitas. Karena sunda berartii suci atau puritan. Jadi islam yang islam yang harus menjadi spirit dari urang sunda. Islam yang tidak terpecah menjadi ahli sunnah dan ahli syi’ah. Islam yang murni dan mencerahkan. Bukan Islam yang jumud yang terjebak oleh kebodohan umatnya, sehingga keindahan dan kebesaran Islam tidak begitu tampak.

Semua memang harus di kaji. Organisasi berorak tradisionalisme misalnya,  banyak diakibatkan oleh keterikatan guru dan murid. Karena kebanyakan dari mereka memang dididik dari peesantren pesantren kaum ini, terutama mereka yang belajar di timur dan tengah pulau jawa.Tradisi  yang dikembangkan oleh pemikiran seperti organisasi persis juga demikian.Pada awalnya yang bergairah dalam organisasi ini berasal dari kaum urban urang minangkabau yang ada di tatar sunda,yang kemudian menyebar ke masyarakat sunda. Demikian juga Muhammadiyah, suatu organisasi pencerahan, meskipun secara agresifitas untuk di tatar sunda  kalah dibandingkan organisasi Persis. 

a.. Tokoh Ulama Sunda Pra Kemerdekaan

a.1. KH. Ahmad Sanusi (1306-1369 H/ 1889-1950 M),
Seorang ulama produktif tataran Sunda, asal Sukabumi. Kelebihan KH. Ahmad Sanusi, ia termasuk dari sedikit ulama indonesia yang produktif dalam menulis. Ia menulis , lebih dari 120 judul tulisannya dalam bahasa Sunda, dan lebih 22 judul diterbitkan dalam bahasa Melayu.
Ia lahir di desa Cantayan, CiBadak, Sukabumi, yang merupakan anak ketiga dari Ajengan Abdurrahim bin H. Yasin, seorang pengasuh pesantren Cantayan.
Sejak kecil ia dibesarkan dalm lingkungan pesantren. Dan pendidikannya di dapat dari berbagai pesantran.  Ia mempunyai berpikir yang kritis. Ketika belajar di pesantren Guntur ia berani mendebat gurunya (Ajengan Ahmad Satibi), suatu tindakan yang dianggap kurang ajar (waktu itu) oleh rekan-rekannya.
 Pada tahun 1909 M, ia pergi ke Mekah dan bermukim disana selama 7 tahun dan berguru kepada ulama-ulama Madzhab Syafi’I (antara lain: Syekh Shaleh Junaidi, Syekh Shaleh Bafadil, Sayid Jawani (mufti madzhab Syafi’I di Mekah) dan lain-lain). Di Mekah ini ia mendapat kehormatan menjadi imam di Masjidil Haram. Di Mekah ini juga ia bergabung dengan SI (Syarikat Islam) dan terlibat perdebatan dengan ulam-ulama Indonesia perihal SI, disamping menulis buku.
Pada tahun 1915 M, ia kembali ke Cantayan dan mengajar di pesantren ayahnya, dan segera menarik banyak pengikut. Pada tahun 1931 ia mendirikan Al ittihadiyatul Islamiyah (AII). Ia juga membangun perguruan Syamsul ‘Ulum, yang sekarang terkenal dengan pesantren Gunung Puyuh. Disamping soal  agama  (Al Qur’an dan hadits)  ia juga  mengajarkan  permasalahan  kemasyarakatan.
Di bidang politik di Indonesia awal  ia menempati beberapa jabatan penting, antara lain: dewan penasehat keresidenan Bogor (Shungikai), wakil resioden Bogor, anggota BPUPKI, anggota KNIP, dan lain-lain.

Peran dan Pemikiran
Para pengamat sering memasukan Ahmad Sanusi sebagai ulama tradisional / konservatif (madzhab Syafi’I), tetapi ia percaya pintu ijtihad masih terbuka, meskipun ia sendiri tidak melakukan ijtihad. Tetapi ide dan semangatnya sangat berbau pembaharuan (kadang ia berbeda pendapat dengan kelompok tradisi, kadang berbeda juga dengan penganjur pembaharuan).
Perselisihannya dengan kaum tradisi dan pemerintah, menyangkut soal fatwanya yang menentang pengumpulan zakat dan zakat fitrah lewat perpanjangan tangan pemerintah penjajah Hindia Belanda; Dan kritikan yang keras terhadap upacara ke-3, ke-7 hari dan seterusnya (slametan) bagi orang yang meninggal. Ia juga menfatwakan tidak wajibnya mendo’akan bupati (yang waktu itu menjadi kebiasaan khutbah Jum’at selalu mendo’akan bupati) dalam khutbah Jum’at, dan lain-lain.
Karena aktifitas dan kritikannya, ia kemudian termasuk orang yang dianggap membahayakan pemerintah Hindia Belanda. Tatkala terjadi pemberontakan di Banten, ada alasan bagi Belanda untuk menangkapnya. Ia kemudian dipenjara selama 7 bulan di Sukabumi, setelah itu ia diasingkan ke Jakarta. Tetapi justru semasa di tahanan   ia pengaruhnya semakin meluas dan ia tetap beradu argumentasi dengan kaum tradisi dan juga kaum pembaharu diluar tahanan.

Karya

Dalam bidang tafsir,
Raudhlatul Irfan fi Ma’rifat Al Qur’an
Maljau at Thalibin
Tamsyiyatul Muslimin fi tafsir Kalam Rabb al ‘Alamin, suatu kitab tafsir Al Qur’an yang diterbitkan pada oktober 1932. tafsir ini merupakan yang pertama kali terbit di Sukabumi dan merupakan sesuatu yang baru dalam masyarakat Sukabumi bahkan di daerah Pasundan, maka penerbitannya tidak luput dari kecaman dan tantangan.
Ushul al Islam fi Tafsir Kalam al Muluk al alam fi Tafsir Surah al Fatihah
Kanzur ar rahmah wa Luthf fi tafsir Surah al Kahfi
Tajrij qulub al Mu’minin fi Tafsir Surah Yasin
Kasyf as sa’adah fi tafsir Surah Waqi’ah
Hidayah Qulub as Shibyan fi Fadlail Surah tabarak al Mulk min al Qur’an.
Kasyf adz Dzunnun fi Tafsir layamassuhu ilaa al Muthahharun
Tafsir Surah al falaq
Tafsir Surah an Nas

Dalam bidang fiqih,
Al Jauhar al Mardliyah fi Mukhtar al Furu as Syafi’iyah
 Nurul Yaqin fi Mahwi Madzhab al Li’ayn wa al Mutanabbi’in wa al Mubtadi’in.
Tasyfif al auham fi ar Radd’an at Thaqham.
Tahdzir al ‘awam fi Mufiariyat Cahaya Islam.
Al Mufhamat fi daf’I al Khayalat
 At tanbih al mahir fi al Mukhalith
Tarjamah Fiqh al Akbar as Syafi’i.

Dalam bidang ilmu kalam
Kitab Haliyat al ‘Aql wa al Fikr fi bayan Muqtadiyat as Syirk wa al Fikr.
Thariq as Sa’adah fi al Farq al islamiyah
Maj’ma al fawaid fi Qawaid al ‘Aqaid
Tanwir ad Dzalam fi farq al Islam
Miftahh al jannah fi bayan ahl as Sunnah wa al jama’ah
Tauhid al Muslimin wa ‘Aqaid al Mu’minin
Alu’lu an Nadhid
Al Mufid fi Bayan ‘ilm al tauhid
Siraj al Wahaj fi al Isra wa al Mi’raj
Al ‘Uhud wa al Hudud
 Bahr al Midad fi tarjamah Ayyuha al Walad

Dalam bidang tasauf
Al Audiyah as syafi’iyah fi Bayan Shalat al hajah wa al Istikharah
Siraja al afkar
Dalil as sairin
Jauhar al bahiyah fi Adab al mar’ah al Mutazawwiyah
Mathla’ul al anwar fi Fadhilah al istighfar
Al tamsyiyah al Islam fi manaqib al Aimmah
Fakh al albab fi Manaqib Quthub al Aqthab
Siraj al Adzkiya fi Tarjamah al Azkiya.


D. Islam Sunda dan Peradaban Islam
Meskipun islamisasi Islam di tanah Sunda sudah dikatakan sudah final, karena Islam sudah dianut oleh hampir seratus persen bangsa asli, tetapi belum mencapai ke taraf peradaban Islam di tanah Sunda.
Islam yang baru tahaf embrio, seolah harus lahir secara premature, karena pengaruh bangsa lain atau penjajahan  bangsa eropa / belanda ke tanah Sunda yang terlalu cepat. Sehingga Islam di tanah sunda belum mencapai ke dalam upaya upaya mencapai tahap peradabannya. Bagai bayi yang datang prematue, karena itu ke depannya perlu penanganan yang serius supaya sunda dan Islam menemukan bentuk peradaban sunda yang islam yang lebih maju (modern).
Mengikuti bangsa lain, atau doktrin doktrin bangsa tetangga adalah suatu kesalahan besar, karena kita punya karakter dan latar belakang yang berbeda. Karena itu upaya upaya pembodohan yang selalu dipertahankan harus diurai sedikit demi sedikit, suapay tidak mengganggujalan mulus untuk mencapai tatar sunda pada peradaban islam yang modern.
Tatar sunda sekarang ini merupakan bagian dari negara indonesia. Tentu hal ini menjadi peluang bagi bangsa ini untuk menata peradabannya yang modern, sehingga nantinya akan menjadi barometer atau percontohan untuk kemajuan bangsa bangsa tetangga lainnya.Jadi jangan menjebakan diri menjadi buih buih dilautan yang mengikuti gerak langkah yang membuat opini, sehingga kita setia menjadi pengekornya.

Jika aceh dikatakan sebagai serambi mekah, maka harusnya tatar sunda bisa dikatakan sebagai serambi medinahnya indonesia. Sebagaipousat kemajuan umat islam indonesiasia yang modern.


BAB VII  

 MENGENAL SEJARAH ILMU PENGETAHUAN DAN TEKHNOLOGI DI TANAH SUNDA



Untuk menghancurkan suatu bangsa biiasanya, yaitu dengan menghancurkan kebudayaanya. Dan hal inilah yang mungkin terjadi pada urang Sunda. Seolah tidak ada yang tersisa dari hasil peradaban dari generasi ke generasi.
Kadang kita membayangkan bahwa tekhnologi dalam peradaban sunda klasik terlalu sederhana. Seperti yang diungkapkan dalam film film dari kerajaan Jawa. Rakyatnya tidak memakai baju, dan senjatanya hanya tumbak dan pedang, itupun jarang digunakan.
Tetapi ternyata jauh dari persangkaan kita, bahwa tekhnologi telah berkembang demikian pesat, sesuai zamannya. Masyarakat kita mengira bahwa senjata meriam berasal dari negeri barat. Seolah kita tidak  pernah menggunakan sebelumnya. Banyak dari cerita cerita atau  tulisan tulisan yang tersisa seolah mengggambarkan kebudayaaan kita yang kaya. Sedikit informasi bukanlah halangan untuk tetap menyelediki. Justru membuat kita harus tetap melakukan penyelidikan dan penyeldikan. 
Sebenarnya sejarah peradaban di tanah sunda bagai misteri  besar yang masih belum terungkap. Tenntu dalam mengungkapnya perlu dokumen yang banyak. Karena itu meskipun ada sedikit informasi, justru disanalah kita memulainya. Yang pertama kita hars mengumpulkan data sebanyak banyaknya, kemudian meletakannya ditempat yang tepat, Kemungkinan data data yang kita dapat hanya sekumpulan data sampah yang penuh rekayasa dan kebohongan, atau hanya cerita cerita yang mungkin kita anggap sesuatu yang kurang berguna. Tetapi disanalah sebnenarnya uniknya dari berbagai permasalahan. Kesimpulan belum bisa didapat dari data data yang kita dapat. tetapi disnalah kita mulai berangkat, kita harus mengumpulkan data data yang banyak.
Dengan ditemukannya prasasti yang dibuat di era Tarumanagara, dan   2 naskah dalam bahasa sunda yang ditulis pada abad ke-15 dan ke-16 Masehi, yaitu kitab Bujangga Manik dan Kitab Naskah Carita Parahiyangan. Cukup membuat revolusi pemahaman terhadap peradaban Sunda mulai terbuka, hal ini ditambah dengan penemuan naskah Wangsakerta yang ditulis pada abad ke 18 M, membuat benang peradaban sunda masa lampau seolah mulai ada benang merahnya. Hal ini ditambah dengan naskah naskah lainnya yang mulai banyak membantu dalammengungkap kebudayaan sunda yang sebenarnya, misal naskah Amanat Galunggung, yang banyak mengajarkan tentang gengsi sebagai sunda sebagai suatu bangsa,yang harus menjaga identitasnya, dan kehormatann sebagai suatu bangsa. Dan berita dari Tomie Fires cukup menggambarkan kita sebagai negara yang makmur. Danmungkin banyak naskah naskah yang belum kita dapati yang sebenarnya  ada, tetapi kita tidak punya daya untuk mengungkapnya. 
Jadi sedikit informasi bukan berarti kita prustasi, terus mengambil kesimpulan  yang gegabah dan tergesa gesa yang menafikan tentang keberadaan peradaban di tanah Sunda. Apalagi hal ini sebenarnya merupakan program dari saingan kita untuk membuat bangsa kita menjadi bangsa yang inferior, bukan bangsa yang superior.
Musnahnya peradaban suatu bangsa diawali dengan  menyusutnya tekhnologi bangsa sendiri. Ada suatu teori yang kembangkan oleh Ibn Khaldun dalam Mukadimahnya yang terkenal. Menurutnya yang intinya kemunduran peradaban suatu bangsa karena menurunnya profesi profesi yang beragam  ke arahyang mneyempit. Banyak orang meninggalkan profesi profesi dimasa kemajuannya. Dan mungkin dihancurkan tekhnologinya karena kalah perang. Sehingga seolah bangsa kehilangan kemampuannya. dan bangsa tersebut lambat laun akan terjebak ke arah kemundurannya.
Karena itu mengungkap kembali peradaban yang sudah lama hilang adalah suatu upaya untuk membangun lagi peradaban ke ddepan. Seolah harus ada benang merah antara masa lampau dan masa sekarang, dan mungkin masa depan. Karena untuk membangun peradaban ke depan, harus membuat benang merah ini sebsar besarnya, sehingga setiap orang nantinya akan berpartisipasi danam memajukan bangsanya sendiri.
Setidaknya disini akan mengungkap ungkapan ungkapan atau hasil tekhnologi masa lampau  sebagai upaya membangun gairah baru generasi mda kita, bahwa sesungguhnya kita itu merupakan keturunan bangs abesar yang terjebak pada genangan lumpur kebodohan, sehingga sangat sulit untuk keluar dari hal tersebut. adi perlu mengungkap benang merah, agar generasi berikutnya bisa keluar dari kebodohan, keterbelakangan yang sebenarnya dibuat oleh kita sendiri, karena mempertahankan kebodohan, karena mempertahankan ketidaktahuan, dan karena mempertahankan keungin tidak tahuan.
Banyak dari bangsa kita mempunyai pemahaman terhadap sejarah kita. Dalam perang kemerdekaan mislanya yang diagung agungkan adalah bambu runcing. Padahal kita dalam perang melawan tentara inggris atau sekutu, dan belanda menggunakan senjata. Seolah kita ingin mempromosikan bahwa bangsa kita hebat, hanya dengan bambu runcing saja penjajah sudah tunggang langgang. Hal ini adalah pemahaman yang sangat keliru dan pemutar balikan fakta. Bambu runcing adalah senjata pertahanan di kampung kampung atau di kota,sbegai upaya berjaga jaga, bukan untuk perang. Tentara kita dalam berperang sudah menggunakan senjata  yang didapat dari rampasan perang. dan harus diingat, bahwa pejuang pejuang kita dimotori oleh tentara tentara kita yang dididik oleh Jepang, baik melalui jalur Peta maupun tentara bantuan Jepang sebelumnya. dan yang tergabung dalm organisasi tersebut ada ratusan ribu.

Jadi disini terdapat pembodohan sejarah, karena penyepelean terhadap ilmu pengetahuan dan tekhnologi. Seolah ingin membuat logika sederhana bahwa dengan bambu runcing saja kita menang melawan penjajah. Dsisnilah sebenarnya letak kemampuan kita. Kita seolah ingin mengedepankan nilai nilai yang tidak masuk akal ke dalam dunia  realtias yang ada. Dan hal ini seolah menjadi suatu doktrin. doktrin pembodohan yang tetap dipetahankan.
Berikut ini adalah tekhnologi atau hasil budaya yang memang sudah ada sejak zaman dahulu kala,baik transfortasi, persenjataan, budi daya tanaman, perkapalan dan kebudayaan lainnya.

1. Konstruksi
Bidang Konstruksi ditanah sunda selalu dihubungkan dengan tokoh Sangkuriang, yang mampu membendung sungai citarum menjadi suatu danau hanya dalam semalam.
Meskipun Sangkuriang, sekarang ini hanya dikenal dengan tokoh legenda yang berkaitan dengan legenda cerita Gunung Tangkuban Perahu dan Danau bandung. Tokoh Sangkuriang ini diyakini adalah tokoh nyata dalam peradaban Sunda. Dan Karya sunda yang ditulis pada abad ke-15 Masehi ada yang menceritakan tokoh Sangkuriang ini, meskipun hanya 1 kata, yang dikaitkan dengan nama suatu tempat.
Kebanyakan orang indonesia  termasuk orang sunda gampang menyimpulkan sesuatu dan enggan melakukan penyelidikan. Sehingga segala sesuatu dimudahkan. Tokoh nyata dikatakan tokoh legenda. Karena sifat bangsa ini yang tidak pandai dalam menyelidiki dan mempunyai kemalesan dalam berpikir.  Karena jika sesuatu sudah divonis cerita legenda, seolah permasalahan sudah selesai. Padahal mungkin banyak literatur yang menceritakan itu, tetapi kita masih belum mendapatkannya.          Pelancong Sunda dan penulis abad ke15 Masehi yang bernama Bujangga Manik telah menyinggung nama sangkurian ini dalam tilsannya (L:ihat naskah Bujangga manik).
Masalah konstruksi juga dikaitkan dengan perannya raja raja dari Tarumanagara yang membuat sodetan sodetan Sungai Citarum dalam upayannya untuk transfortasi ke ibukota juga pencegahannnya terhadap banjir. Hal ini bisa di lihat dalam prasasti prasasti yang ditemukan yang dibuat di zamannya. Dan juga bisa dibaca secara detail di suatu naskah yang disebut dengan naskah Wangsakerta.
Dan mungkin juga cerita dari prabu Hariang banga yang membuat benteng ibukota negara di pakuan (nu nyusuk di Pakuan), sebagai upaya membuat ibukota yang kokoh (lihat naskah carita parahiyangan). Dan juga bis adikaitkan dengan Prabu Susuk Tunggal yang membangun istana.

2. Tekhnologi Perang dan perlengkapannya

Teknologi dalam berperang atau persenjataan telah banyak dibahas di era kerajaan tarumanagara, terutama sang Raja Purnawarman, seorang maharaja yang gagah perkasa di abad 5 masehi (2 abad sebelum Nabi Muhammad lahir). Hal ini bisa ditemui dalam prasasti peninggalan kerajaan tarumanagara, dan juga telah diceritakan dengan lengkap di naskah wangsakerta.




BAB VIII

MENGENAL PRODUK HASIL BUDAYA

Dalam perjalanannya selama ratusan tahun budaya Sunda berkembang seiring dengan perkembangannya sesuai dengan pengaruh yang dominan waktu itu. Hasil produk budaya tidak bisa dikatakan mencerminkan budaya keseluruhan dari masyarakat sunda, tetapi merupakan hasil dari kreasi dari zamannya.
 Berikut ini adalah hasil produk budaya Sunda, sebagai hasil dari pergulatan dengan pengaruh dominan waktu itu, diantaranya:
A. Bahasa
Dalam perkembangannya, biasanya bahasa berkembang seiring dengan kemajuan suatu bangsa. Tetapi bahasa Sunda justru mengalami kemunduran. Pengaruh penjajahan dan juga pengaruh bangsa lain yang dominan menyebabkan bahasa sunda mengalami distorsi, dari suatu bahasa yang egaliter terjebak menjadi bahasa feodal, mengikuti kebudayaannya yang terjajah.
Meskipun tidak serumit dalam bahasa jawa yang mempunyai tingkatan tingkatan bahasa, tingkatan bahasa dalam bahasa sunda justru merumitkan untuk menjadi bahasa yang egaliter.
Bahasa feodal adalah bahasa satu arah. Bahasa anggah inggih yang penggunaannya harus melihat strata sosial. Jika ke orang biasa pakai bahasa ngoko (biasa), tetapi ke kalangan pejabat atau orang tua harus halus. Jadi bahasa hanya satu arah, yang menunjukan tingkatan strata sosial atau kasta dalam masyarakat. Orang tua bisa berkata kasar terhadap anaknya atau anak anak, tetapi yang muda harus sopan terhadap yang tua. Jadi bahasa feodal yang mengenal tingkatan tingkatan bahasa sesungguhnya tidaklah demokratis, tidak menjunjung tinggi egaliterisme manusia. Dan kurang menghargai orang orang kecil atau masyarakat biasa. Dan bahasa seperti ini tetap dijaga untuk menunjukan strata sosial atau kasta secara materi atau jabatan.
1.  Evolusi Bahasa Sunda Egaliter ke Bahasa Feodal
Penjajahan selama ratusan tahun menimbulkan perubahan bahasa  dari tanah Sunda. Bahasa sunda telah banyak mengalami distorsi dan cenderung terjebak menjadi bahasa feodal. Bahasa Sunda egaliter telah mengalami distorsi menuju bahasa feodal.
Menurut sejarah, pada awalnya bahasa sunda tidak bertingkat-tingkat, tidak mengenal istilah kasar dan halus. Bahasa kasar dan halus biasa dikembangkan dalam masyarakat feodal yang otoriter.
Jadi bahasa sunda yang awalnya egaliter kemudian mengalami feodalisasi di era tanah sunda  karena ada pengaruh  dari Mataram dan juga akibat penjajahan belanda.
Bahasa sunda yang tetap mempoertahankan sifat egaliternya adalah bahasa Baduy. Bahasa yang dipakai oleh suku baduy merupakan bahasa asli sunda, yang tiak mengenal strata sosial. Bahasa yang digunakan oleh masyarakat Baduy adalah bahasa yang digunakan dalam keraton sunda, hal ini bisa dilihat dalam tulisan bujangga Manik dalam naskahnya,
2. Bahasa Sunda Kiwari
3. Perlunya Mengembalikan Egaliter Bahasa Sunda
4. Fungsikan Bahasa Sunda Menjadi Bahasa Ilmu pegetahuan Suatu Harapan

B. Budaya
Kebudayaan Sunda  berkembang seiring dengan berkembangnya waktu. Kadang turun naik hasil kebudayaan sesuai dengan kondisi masyarakat atau zamannya waktu itu. Perpolitikan yang selalu berubah membuat produk produkbudaya yang dihasilkan menyesuaikan dengan kebudayaannya dizamannya.

1. Seni Budaya
a. Wayang Golek
Wayang golek merupakan produk budaya hasil dari budaya di era islamisasi di tanah Sunda. Dalam cerita wayang golek hampir sama dengan cerita Wayang Kulit dalam budaya Jawa, yaitu berkisar diantara cerita yang ada dalam kisah Mahabarata dan juga Kisah Ramayana, dengan pendekatan yang lebih islami. Seperti halnya dengan wayang kulit dalam tradisi Jawa, dalam menyelipkan da’wahnya, para penybar agam Islam menyelipkan suatu tokoh keluarga yang disebut punakawan. Semar sebagi sentral dalam tokoh punakawan, dengan ajian jamuslayang kalimusadat, dan ketiga anaknya: Cepot, Dawala dan Gareng.
Wayang golek merupakan suatu hasil jerih payah dari upaya upaya islamisasi melalui budaya yang dilakukan oleh para penyebar Islam awal. Berbeda dengan tradisi Jawa, tokoh tokoh wayang telah menjadi filsafat dalam kehidupan, tetapi di tataran sunda lebih mengarah ke dunia hiburan saja. Filsafat yang berkaitan dengan tokoh tokoh wayang tidak berkembang. Jadi meskipun wayang golek telah menjadi tontonan yang memasyarakat, terutama di zamannya, tetapi tidak menjadikannya sebagai filsafat pola hidup masyarakatnya.

1)Ada perbedaan antara Punakawan Wayang Kulit dalam budaya Jawa dengan Wayang Golek dalam budaya sunda, yaitu tentang tokoh anak anak semar, yaitu cepot, dewala dan Gareng. Cepot dalam wayang golek adalah kakak tertua, sedang dalam cerita wayang kulit, tokoh cepot ini disebut dengan Bagong, merupakan anak bungsu. Gareng dalam budaya wayang golek merupakan anak bungsu, sedang dalam wayang kulit merupakan anak tertua. Sedang tokoh dewala, sama sama merupakan anakkedua baik dalam cerita Wayang Golek maupun Wayang kulit, dan yang membedakan adalah istilah nama dari tokoh ini. Jika diwayang golek disebut Dewala, sedang dalam wayang kulit lebih dikenal dengan nama petruk.



2. Pakaian
Budaya membuat pakaian sebenarnya merupakan budaya sunda yang paling tua. Produk membuat pakaian atau dalam istilah lama disebut menenun, sudah dikenal diera Sangkuriang. Ibunya, Dayang Sumbi dan proses kelahiran anaknya yang bernama Sangkuriang dikaitkan dengan menenun pakaian ini. Jadi budaya membuat pakaian telah begitu tua dikenal di negeri sunda.


3. Beladiri

a. Pencak Silat
Pencak silat atau juga dikenal dengan nama maenpo suatu kata yang diyakini berasal dari daerah Pasundan. Karena di daerah ini telah lahir suatu aliran pencak silat tertua yang dikenal di Indonesia. Silat aliran Cimande diyakini merupakan aliran tertua yang telah melahirkan berbagai perguruan silat di Indonesia. Tidak hanya aliran Cimande, tetapi juga kemudian lahir aliran silat Cikalong, Subandar dan lain lain.
Dan tokoh tokoh tersebut kebanyakan berasal dari daerah Cianjur (dan juga bogor). Karena itu Cianjur dikenal dengan Seni Bela Diri Pencak Silat yang menghasilkan berbagai aliran terkenal, antara lain aliran Cikalong, Cimande dan Sabandar. Dalam perkembangannya, Pencak Silat Cianjur menghasilkan aliran-aliran baru seperti aliran Cikaret, Bojongherang, dan lain lain..
Cianjur juga banyak menghasilkan tokoh-tokoh persilatan antara lain : R. Abah M. Sirod, R. Didi Muhtadi (Gan Didi), R.O. Saleh (Gan Uweh), Abah Aleh, R. Idrus, R. Muhidin dll. Sedangkan tokoh Maenpo (Pencak Silat Peupeuhan) antara lain : Rd. H. Ibrahim, H. Toha, Aa Dai, Wa Acep Tarmidi, Abah Salim, Adung Rais dan yang lainnya.

a.1.  Aliran Cimande
Pencipta dari aliran Cimande adalah Abah Kahir (ada yang mengatakan Abah Sakir, Abah Khaer dan lain lain). Pencak silat aliran Cimande sering disebut juga dengan nama Maenpo Cimande. Kata Maenpo  berasal dari kata maen poho (bahasa sunda), yang berasal dari kata maen dan poho (lupa), yang dapat diartikan sebagai menipu gerakan. Karena itu kemudian  dipersingkat menjadi maenpo..
Ia diyakini berasal dari daerah Tatar sunda selatan (Garut, Tasikmalaya atau Cianjur Selatan). Ia belajar beladiri justru dari istrinya yang ahli dalam beladiri. Istrinya diceritakan selain mempunyai keahlian dalam beladiri juga menyaksikan pertarungan antara Harimau (Macan dalam bahasa sunda) dan 2 ekor Monyet. Salah seekor monyet membawa ranting dalam melawan harimau tersebut. Sedang yang satunya bertangan kosong. Dari peristiwa ini Sang Istri  kemudian menciptakan  jurus pamacan, pamonyet dan pepedangan yang  merupakan salah satu jurus andalan dari aliran ini.
Karena kehebatannya dalam beladiri, Abah Kahir kemudian dijadikan pamuk (guru beladiri) dilingkungan kabupatian  oleh Bupati Cianjur yang bernama Rd. Aria Wiratanudatar VI (1776-1813) atau dikemudian hari dikenal dengan nama Dalem Enoh.
Bupati Aria Wiratanudatar VI memiliki 3 orang anak, yaitu: Rd. Aria Wiranagara (Aria Cikalong), Rd. Aria Natanagara (Rd.Haji Muhammad Tobri) dan Aom Abas (ketika dewasa menjadi Bupati di Limbangan-Garut). Satu nama yang patut dicatat di sini adalah Aria Wiranagara (Aria Cikalong), karena dialah yang merupakan salah satu murid terbaik Abah Khaer dan nantinya memiliki cucu yang menciptakan aliran baru yang hebat.
Setelah Bupati  Aria Wiratanudatar VI (tahun 1813), meninggal. Pada tahun 1815 M Abah Kahir pergi ke Bogor mengikuti anak sang bupati Cianjur tersebut,  Rd. Aria Natanagara yang menjadi Bupati di Bogor. Mulai saat itulah dia tinggal di Kampung Tarik Kolot – Cimande hingga meninggal pada tahun 1825 M (dalam usia yang tidak tercatat).
Abah Khaer sendiri memiliki 5 orang anak Endut, Ocod, Otang, Komar dan Oyot. Mereka inilah dan murid-muridnya sewaktu dia bekerja di kabupaten yang menyebarkan Maenpo Cimande ke seluruh Tatar Sunda. Sementara di Bogor, salah seorang muridnya yang bernama Ace yang meninggal di Tarikolot, yang hingga kini keturunannya menjadi sesepuh pencaksilat Cimande Tarikolot Kebon Jeruk Hilir.
Abah Kahir pernah datang ke Sumedang di era Pangeran Kornel. Oleh penulis buku Pangeran Kornel,  Rd Memed Sastradiprawira, Abah Kahir  digambarkan sebagai selalu berpakain kampret dan celana pangsi warna hitam. Dan juga dia selalu memakai ikat kepala warna merah, digambarkan bahwa ketika dia ngibing di atas panggung penampilannya sangat ekspresif, dengan badan yang tidak besar tetapi otot-otot yang berisi dan terlatih baik, ketika ngibing (menari) seperti tidak mengenal lelah. Terlihat bahwa dia sangat menikmati tariannya tetapi tidak kehilangan kewaspadaannya, langkahnya ringan bagaikan tidak menapak panggung, gerakannya selaras dengan kendang (Nincak kana kendang suatu istilah sunda).

a.2. Aliran Cikalong
Pencipta dan penyebar aliran Pencak Silat Cikalong adalah R. Djajaperbata atau dikenal dengan nama R.H. Ibrahim. R.H. Ibrahim meninggal tahun 1906 dimakamkan di pemakaman keluarga Dalem Cikundul, Cikalong Kulon Cianjur.
Aliran ini mempunyai ciri permainan rasa yaitu sensitivitas atau kepekaan rasa yang mampu membaca segala gerak lawan ketika anggota badan saling bersentuhan dan dapat melumpuhkannya. Ciri lain adalah ilmu pukulan (ulin peupeuhan-bahasa sunda) yang mengandalkan kecepatan gerak dan tenaga ledak.

a.3 Aliran Subadar
Di era kelahiran pencak silat aliran cikalong,  di Cianjur muncul tokoh Pencak Silat bernama Muhammad Kosim di Kampung Sabandar Karang Tengah Cianjur dikenal sebagai Mama Sabandar,. Karena itu aliran silat ini kemudian dikenal dengan nama Subandar.
Salah satu ciri aliran ini ialah kemahiran dalam mengeluarkan tenaga yang dikenal dengan nama Liliwatan. 

b. Boxer
Di era modern muncul tokoh ahli  bela diri yang justru lahir dari pergesekan karena lingkungan yang keras, yang bernama Achmad darajat atau dikenal dengan Aa Boxer. Dan metodenya ia kemudian namakan Tarung Darajat.
Tarung Darajat diciptakan oleh Achmad Darajat atau yang kemudian terkenal dengan nama Aa Boxer. Ia lahir di Garut pada tahun 1951 M, yang merupakan putra dari pasangan Adang Latif dan Mintarsih.
Meskipun bertubuh tidak terlalu tinggi, ia sangat menggemari olahraga keras seperti beladiri dan juga sepak bola. Karakter yang berani, ulet dan lingkungannya yang keras membuat ia harus berhadapan dengan berbagai kekerasan.
Aa Boxer membuat suatu filosofi dari Tarung Derajat, yaitu : Ilmu, tindakan moral dan sikap hidup yang memanfaatkan kemampuan daya gerak otot, otak dan nurani secara Realistis dan Rasional, terutama pada upaya penguasaan dan penerapan 5 (lima) daya gerak moral, yaitu : Kekuatan - Kecepatan - Ketepatan - Keberanian - Keuletan pada sistem ketahanan dan pertahanan diri yang agresif dan dinamis pada bentuk-bentuk gerakan pukulan, tendangan, tangkisan, bantingan, kuncian, hindaran dan gerakan anggota tubuh penting lainnya yang terpola pada teknik, taktik, dan strategi bertahan dan menyerang yang praktis dan efektif bagi suatu ilmu olahraga seni beladiri.
Dan semboyannya yang terkenal adalah Aku ramah bukannya takut, aku tunduk bukannya takluk.

Beladiri Tarung Darajat ini kemudian dijadikan beladiri resmi kepolisian Indonesia.  Dengan alasan karena bermula dari kegusaran para pimpinan Polri tentang kondisi riil saat ini, di mana anggota Polri sering kalah berduel dengan penjahat, dan bahkan senjata pun dirampas. Maka Polri pun membutuhkan suatu beladiri yang bisa melumpuhkan lawan dengan cepat, bahkan jika lawan lebih dari satu. 




Bab VIII
Sunda Kiwari Suatu Potensi

A. Kekayaan Alam dan Potensi Wisata

B. Kekayaan Sosial Budaya Suatu Potensi

C. Kuliner Suatu Potensi

D. Kekayaan Kreativitas Suatu Potensi ke Arah Pusat Mode

E. Tempat Lahir Para Artis, Suatu Potensi

Tanah Sunda memang di takdirkan untuk melahirkan para artis  papan atas di Indonesia. Setidaknya sederet artis, baik dalam bidang biduan suara, seni peran dan lain lain. Dibawah ini adalah merupakan deretan para artis yang lahir dan dibesarkan dari tanah sunda atau masih mempunyai darah Sunda, yaitu:

1.. Dalam Bidang Biduan Suara 

a. Dangdut
Dalam hal penyanyi dangdut tatar sunda memang gudangnya. Daerah daerah penghasil penyanyi dangdut terutama Tasikmalaya, Cianjur dan daerah Pantura (Ciebon dan Indramayu).

a.1. Rhoma Irama
Raden Haji Oma Irama  atau disingkat Rhoma Irama, seorang artis yang lebih dikenal dengan julukan si raja Dangdut. Ia lahir di Tasikmalaya, 11 Desember 1946. Ia masih turunan ningrat sunda. Ayahnya Raden Burdah Anggawirya, seorang komandan gerilyawan Garuda Putih, memberinya nama ‘Irama’ karena bersimpati terhadap grup sandiwara Irama Baru asal Jakarta yang pernah diundangnya untuk menghibur pasukannya di Tasikmalaya. Ia merupakan putra kedua dari 14 bersaudara, 8 laki-laki dan 6  perempuan (8 saudara kandung, 4 saudara seibu dan 2 saudara bawaan dari ayah tirinya).

a.2. Itje Trisnawati
Penyanyi dangdut yang lahir di Tasikmalaya 27 maret 1963. Ia terkenal dengan lagunya Duh Engkang.

a.3. Evie Tamala
Penyanyi dangdut yang lahir di Tasikmalaya, pada 23 Juni 1969. Nama aslinya Cucu Suryaningsih. Ia terkenal dengan lagunya Selamat malam cinta, Cinta ketok Majic. Dan Dokter Cinta. 

a.4.  Iis Dahlia
Artis dangdut kelahiran Bongas Indramayu pada 29 Mei 1972.  Nama aslinya Iis Laeliyah Lagu Iis yang terkenal antara lain, Tamu Tak DiundangPayung HitamCinta Bukanlah KapalSeroja

a.5. Lilis Karlina

a.6.  Ayu Tingting


b. Grup Band
Di tatar sunda banyak juga bermunculan grup band papan atas di negeri ini, setidaknya mungkin orang mengenal grup band Gigi, Peter Pan, Noah, Setia Hati, Java Jive, Coklat dan lain lain

b.1.  Gigi
Grup band asal Bandung dengan aliran Pop Rock. Gigi resmi dibentuk pada tanggal 22 Maret 1994. Pada awalnya Grup Band ini terdiri atas Armand Maulana (vokalis), Thomas Ramdhan (bassis), Dewa Budjana (gitaris), Ronald Fristianto (drummer) “EVO Band” , dan Baron Arafat “Baron Soulmate” (gitaris). Nama Gigi sendiri muncul setelah para personilnya tertawa lebar mengomentari nama Orang Utan. Dengan latar belakang musik yang beda-beda, mereka menggabungkannya ke dalam satu musik yang menjadi ciri khas Gigi.

b.2. Kahitna
Grup musik asal Bandung, Indonesia, yang dibentuk pada  24 Juni 1986, yang dimotori oleh Yovie Widianto (kibor). Walaupun kerap mengusung tema cinta dalam liriknya, Kahitna terkenal bisa memadukan unsur musik jazz, pop, fusion, latin dan bahkan etnik ke dalam bentuk ramuan yang memikat. Grup musik yang memulai kariernya lewat panggung festival dan cafe ini diakui mempunyai kekuatan pada aransemen musiknya yang terbilang orisinil.

b.3. Peterpan
Peterpan adalah sebuah band beraliran pop rock dari Bandung, Indonesia. Band ini dibentuk pada tahun 1997 dan terkenal berkat lagu-lagunya Ada Apa Denganmu,  Topeng dan  Kukatakan Dengan  Indah.  Pada awalnya kelompok Peterpan terdiri dari Ariel,  Uki,  Loekman,  Reza, Andika, dan Indra. Namun di bulan November 2006, dua anggotanya, Andika dan Indra dipecat dari grup musik tersebut. Perpecahan ini dipicu adanya perbedaan prinsip kreativitas. Setelah itu kemudian nama Peterpan berubah menjadi Noah

 b.4.  Noah
   Grup band asal Bandung dengan aliran Pop Rock.  Noah sebelumnya memiliki nama Peterpan ini sempat menjadi grup band paling hits di Indonesia. Grup band ini sempat menduduki puncak musik di Indonesia dengan lagu-lagu hitsnya, seperti Topeng, Ada Apa Denganmu, Bintang Di Surga, dan masih banyak lagi. Namun, di perjalanan karirnya, grup band Peterpan mengalami perpecahan. Dari perpecahan ini, lahirlah Noah yang digawangi oleh Ariel, Lukman, Uki, dan David. Noah ternyata tidak kehilangan popularitasnya. Dengan single awal berjudul Separuh Aku, Noah mampu membangkitkan kepopulerannya.

 b.5.  ST 12 (Setia Band)
   ST 12 meupakan grup band aliran pop yang didirikan di Bandung,  pada tahun 2004. Grup ini didirikan oleh Ilham Febry alias Pepep (drum), Dedy Sudrajat alias Pepeng (gitar), Muhammad Charly van Houten alias Charly (vokalis), dan Iman Rush (gitaris). Nama ST 12 sendiri merupakan kependekan dari Jl. Stasiun Timur No. 12 Bandung yang merupakan markas berkumpulnya band ini.  Pada 13 Oktober 2011, Pepeng keluar dari ST12 setelah menyusul Charly. Setelah perpecahan maka ST-12 berganti nama menjadi Setia Band.

b.6. Coklat
Grup band asal Bandung dengan aliran Pop Rock.  Grup band ini memilih nama ”Cokelat” karena mereka ingin musik yang mereka suguhkan bisa dinikmati oleh semua kalangan, seperti halnya makanan cokelat. Cokelat berdiri pada tanggal 25 Juni 1996, dan sampai saat ini masih aktif dalam mewarnai panggung blantika musik Indonesia. Setelah vokalis pertama Kikan berpisah dengan Cokelat, Cokelat mengumumkan personil barunya yaitu Sarah Hadju, finalis Indonesian Idol Musim Keempa

 b.7. Project Pop
Project pop merupakan sebuah grup vocal yang terkenal dengan lirik jenaka. Anggota grup vocal ini pada awalnya merupakan anggota grup komedi Padhyangan yang berasal dari Bandung. Grup vocal yang anggotanya berasal dari anggota komedi ini dibentuk pada tanggal 4 Desember 1982. Tujuan awal dibentuknya grup vocal ini adalah untuk menyalurkan seluruh ide-ide gila dari para anggotanya yang berhubungan dengan bidang seni.

b.8. The Cangcuters
Grup band asal Bandung dengan aliran Rock and Roll.  Grup ini dibentuk pada  19 September 2005, beranggotakan Mohammad Tria Ramadhani alias Tria (vokalis), Muhammad Iqbal atau Qibil (backing vocal, gitaris), Arlanda Ghazali Langitan atau Alda (gitaris), Dipa Nandastyra Hasibuan atau Dipa (bassis), dan Erick Nindyoastomo alias Erick (drummer). Album pertamanya adalah Mencoba Sukses (2006) dan diikuti album kedua (repackaged) Mencoba Sukses Kembali dirilis pada tahun 2008.  

b.9.   Jamrud
Grup band asal Bandung dengan aliran Heavy Metal.

b.10.   The Titans
Grup band asal Bandung dengan aliran Pop.

b.11. Utopia
Grup band asal Bandung dengan aliran Rock.

b.12. Pas band
Didirikan oleh musisi asal Bandung. Grup band ini mencampurkan warna music rock, hip hop, dan punk. Grup band yang digawangi oleh Yukie sebagai vokalis, Trisno sebagai pemain bass, Bengbeng pada gitar, dan Sandy sebagai  drum. Grup ini mulai meniti karir dari panggung ke panggung sejak tahun 1989.

b.13.   /Rif
Grup band yang didirikan pada tahun 1992 di Bandung. Pada awal berdirinya, grup band ini bernama Badai. Lalu, setahun kemudian, barulah band ini dikenal dengan nama /Rif. /Rif sendiri merupakan singkatan dari rhythm in freedom.Di awal karirnya, grup band yang satu ini memulainya dengan menjadi pengisi music di kafe-kafe di Bandung. Setelah menjalani karir sebagai musisi kafe, grup band ini pun resmi menggunakan nama /Rif sebagai nama panggung mereka di tahun 1995

b.14. Seurieus band
Grup band yang berawal dari sekumpulan anak mahasiswa seni rup, terbentuk karena alasan ingin mengekspresikan kegilaan yang ada pada diri anggotanya dalam bermusik. Kecintaan para anggota band Seurieus ini awalnya merupakan pelarian dari mata kuliahnya sebagai mahasiswa seni rupa yang dinilainya cukup pusing. Terbentuk sekitar akhir tahun 1994, grup band ini memulai karirnya dari panging-panggung kecil di sekitar Bandung dan sekitarnya. Dengan konsep entertaining the audience, grup band ini menampilkan sajian music yang polos, lugu, total, penuh aksi, namun tetap menghibur. Hal inilah yang kemudian melahirkan aliran musik “sendiri” mereka, yaitu Hepi Metal (happy Metal). Hepi Metal ini berasal dari kata Heavy Metal yang diucapkan dengan logat Sunda.

b.15. SHE
    Grup band asal Bandung, yang berdiri pada 22 Februari tahun 2000 dan semua personelnya adalah kaum perempuan. Berdirinya band ini berawal dari Dino Naturandang yang mengumpulkan para personel band ini dimulai dari pertemuan mereka di salah satu studio musik di kota Bandung. Setelah pertemuan itu selesai terbentuk band SHE yang diambil dari singkatan Sound and Harmony Eclectic.

b.16. Angkasa
Grup band asal Cianjur dengan aliran Pop Rock.

b.17. Five Minutes
Grup band asal Cianjur dengan aliran Rockmantic.

b.18. Bondan Prakoso
Grup band asal Bogor dengan aliran Pop Rock, Rap.

b.19. Omelette
Grup band asal Bandung  dengan aliran Pop

b.20. Marvells
Grup band asal Bandung  dengan aliran Pop

b.21.  Goliath
Grup band asal Sukabumi dengan aliran Pop

b.22. Vagetoz
Grup band asal Sukabumi dengan aliran Pop

b.23. Dan Lain Lain
Masih banyak juga grup band lainnya yang berasal dari tatar Sunda ini, terutama yang berasal dari Bandung.

c. Dalam Bidang Pop
c.1. Rosa
c.2.  Heti Koes Endang
c.3. Mulan jamila

d. Dalam bidang biduan suara Tradisi
d.1. Rosa
d.2.  Heti Koes Endang
d.3. Mulan jamila

2. Dalam Bidang Entertainmen
d.1. Rafi Ahmad
d.2. Irfan Hakim
d.2. Rina Nose
d.4. Sule

c.      Dalam Bidang Seni Peran
c.1  Iko Uwais
c.2. Paramitha Rusadi
c.3  Oneng 
c.4. Kang Ibing

Bab IX
Potensi Kepemimpinan

Meskipun hingga kini seolah kepemimpinan dalam masyarkat sunda belum banyak dilirik, tetapi sebenarnya merupakan potensi yang sangat besar.  Seolah bagai kuda hitam dalam catur, dianggap sang penentu,mungkin kepemimpinan dalam sistem kenegaraan di indonesia justru sbenarnya sangat diharapkan.
Dalam buku sejarah yang kita  pelajari disekolah sekolah, banyak dipelajari sejarah tentang sistem kepemimpinan dari kerajaan yang ada di jawa timur, yaitu kerajaan Singashari dan kerajaan Kediri, yang merupakan cikal bakal kerajaan Majapahit. Dalam kisah tersebut sistem kepemimpinan yang dipelajari banyak diilhami oleh Ken Arok. Merebut dari  yang satu kepada yang lain. Dan sistem kepemimpinan dalam konteks ini adalah sistem yang saling menjatuhkan. Untuk menjadi pemimpin harus menjatuhkan atau mengkudeta yang lain atau yang lama.. Sehingga dalam literatur kekuasaan Jawa, kerajaan tidak ada yang  bertahan lama,. Hal ini dapat dilihat dari silsilah kerajaan kerajaan seperti : Kediri, Singashari, Majapahit, Demak dan lain lain. Sehingga seolah menjadi tradisi hingga kini, satu sama lain pemimpin harus saling menjatuhkan.

A. Dalam Sejarah, Penguasa Besar Turunan Sunda
Dalam kitab Wangsakerta bahwa kerajaan pertama yang ada di Indonesia adalah Salakanagara yang ada di daerah Banten sekarang, tepatnya di teluk lada Pandeglang. Yang berkuasa di kerajaan tersebut adalah dinasti Dewawarman, dari Deawawarman 1 hingga Dewawarman 9.
Kerajaan salakanagara inilah kemudian yang menjadi cikal bakal kerjaan tarumanagara, Sunda dan juga Galuh dikemudian hari. Dan penguasanya dinasti Warman telah melahirkan penguasa penguasa besar di Indonesia atau nusantara waktu itu. Aswawarman dari kerajaan Kutai merupakan turunan dari penguasa salakanagara, bahkan Adityawarman penguasa Sriwijaya masih merupakan turunan dari dinasti  Warman ini.
Aswawarman
 Purnawarman
 Adityawarman

1. Sonjaya
Sonjaya atau Rakeyan Jambri seolah tidak pernah didengar dalam sejarah pelajaran di sekolah sekolah. Meskipun ada,  keberaddaannya seolah ditutup tutupi, termasuk peran Sena, sang ayahnya di tanah jawa, karena berdimensi politik. Padahal Sonjaya merupakan pemersatu Jawa pertama, setelahnya tidak ada raja raja di pulau Jawa yang bisa mempersatukan lagi yang ada di pulau ini. 
Sonjaya merupakan anak dari Prabu Sena (raja Galuh ke-3), dan menjadi raja kerajaan Sunda yang ke-2, menggantikan kakek istrinya yang meninggal. Ia juga dapat menguasa Gluh, hingga akhirnya menjadi raja di Kalingga / Medang (Mataram kuno) menggantikan ayahnya, Prabu sena, yang sebelumnya juga sudah menjadi raja disana. Dengan demikian Sonjaya atau Rakeyan Jambri merupakan penguasa Jawa pertama yang dapat mempersatukan kekuasaan dibawah kekuasaannya. Sunda, Galuh dan Mataram kuno (Medang / Kalingga).
Meskipun akhirnya Galuh dapat dikuasai oleh Ciung Wanara, dan menjadikannya ia kemudian menjadi penguasa Medang / Kalingga saja. Tetapi ia  dianggap merupakan pendiri dinasti Sanjaya dalam tataran penguasa di tanah Jawa.

2.  Raden Wijaya



BAB X
MEMBANGUN PERADABAN SUNDA KE DEPAN DENGAN KONSEP PERADABAN

Pada bab ini akan dibicarakan tentang suatu pengingat dari generasi ke generasi, bahwa kita jangan terjebak pada apa yang dikatakan sebagai kesalahan awal yang tetap dipertahankan, yang akan mengakibatkan kita menajdi bangsa yang tertinggal, baik  secara politik  atau secara ekonomi yang memprihatinkan.
Pengingat bisa dikatakan sebagai alarm ketika kita sedang tidur, apakah kita akan bangun ketika mendengar alarm atau justru membiarkan alarm tetap berbunyi dan kita tetap tidur. Atau bahkan kita mematikan alarm supaya tidur lebih pulas lagi.  Jadi intinya pengingat itu hanya sebagai peringatan,jika kita tidak menjalankannya hal itu adalah tanggung jawab kita sendiri, apakah kita akan mengambil resiko berjalan ditempat atau kita justru dengan semangatnya mengambil inti dari permasalahan hidup yaitu perbaikan nasib menuju kesejahteraan.
Berikut adalah hal hal yang mungkin kita harus diketahui supaya kita tidak terjebak pada penderitaan dan kekecewaan seumur hidup, diantaranya:

A. Kita jangan terjebak pada kata bodoh dan turunannya  pembodohan dan dibodohi

 1. Orang Bodoh (tidak tahu) tidak mengetahui bahwa dia adalah bodoh (tidak tahu)
Orang yang tidak tahu sering disebut dengan orang yang awam atau kasarnya disebut dengan orang bodoh. Orang barat atau dalam peradaban islam orang orang yang banyak tidak tahunya disebut orang bodoh. Tetapi di indonesia justru banyak juga yang berpendidikan tinggi masuk dalam kategori ini. Karena ia orang yang termasuk tidak mau tahu atau tidak pernah belajar.
Ada peribahasa yang mungkin harus kita camkan, bahwa orang yang tidak tahu atau dengan kata lain orang tidak pernah tahu bahwa dia itu tidak tahu (bodoh). Jadi biasanya orang bodoh tidak pernah menyadari bahwa ia adalah bodoh. Atau orang yang tidak tahu tidak menyadari bahwa ia sebenarnya bodoh. Karena kalau dia sadar tidak tahu atau bodoh pasti ia akan rajin belajar, mengejar ketidaktahuannya itu.

2. Orang Bodoh itu Sombong, Sering Membantah dan Senangnya ditipu
Dan ada peribahasa juga bahwa orang bodoh atau orang yang tidak tahu,itu selalu sombong untuk mempertahankan ketidaktahuannya. Karena kalau dia sadar bahwa ia tidak tahu, maka ia akan rajin belajar.
Ada suatu paradigma dalam bahasa jawa yang intinya, bahwa orang yang termasuk dalam kategori orang yang tidak tahua atau bodoh itu, katanya kalau dikandani (dibilangin) pasti ngeyel (selalu membantah), diberitahu ilmunya mumet (bingung), dan diblituki manthuk manthuk (ditipu mangut mangut). Jadi intinya orang yang termasuk katageroi orang yang tidak tahu atau bodoh, itu kalau di katakan (dibilangin) ia akan ngeyel alias membantah seolah olah tahu. Tetapi kalau diberi tahu ilmunya mumet (bingung) alias tidak nyambung. Dan orang yang begini biasanya kalau ditipu manthuk manthuk (mangut mangut) suatu tanda setuju terhadap tipuannya. Makanya orang yang seperti ini selalu ditipu karena memang dia menyenangi untuk ditipu. Makanya orang yang seperti ini hidupnya selalu kecewa dari masa ke masa.

c.. Jadi Orang Bodoh itu pasti miskin
Sumber permasalahan dari manusia dewasa ini adalah kemiskinan. Sedang kemiskinan ini lebih diakibatkan oleh ketertinggalan dan keterbelakangan masyarakatnya. Keterbelakangan dan ketertinggalan ini lebih banyak diakibatkan oleh kebodohan masyarakatnya.
Kembali lagi ke paradigma awal, bahwa orang bodoh tidak pernah menyadari bahwa ia bodoh.

d.. Orang bodoh dan miskin itu nilai bargaining (nilai tawarnya) rendah
Orang awam atau orang bodoh itu pekerjaannya hanya mengeluh dan mengeluh. Karena tidak pernah mau belajar, sehingga ia selalu keceewa terhadap keputusannya. Ketika memilih pemimpin kecewa, ketika dijadiakn pemimpin kecewa an mengecewakan.
Orang awam itu gampang ditipu,karena ia senangnya ditipu. Karena tidak pernah menyadari bahewa ia sesungguhnya bodoh. Di bilangin ssuai ilmu malah tidak mau, malah ia memilih diblituki,memilih ditipu.

Jadi disamping potensi yang rendah, masyarakat yang tergolong ini juga sangat rendah nilai tawarnya. Karena itu masyarakat golongan ini sangat gampang ditipu dan dimarjinalkan(disngkirkan) baik secara ekonomi maupun politik.


B.. Membangkitkan semangat kesundaan

1. Membangkitkan kembali sikap Motekar dan Rancage

a.. Jadilah orang yang selalu ingin tahu
Menjadi orang yang selalu ingin tahu pada hakekatnya adalah sangat susah sekali. Orang yang termnasuk kategori ini selalu mencari sesuatu yang tidak diketahuinya. Selalu bertanya kalau tidak tahu. Dan selalu memeperhatikan keterangan orang lain sebelum membantah. Jadi orang yang termasuk golongan ini tidak gmpang membantah. Dai selalu menyimak,kemudian menanyakan alasannya kenapa berpendapat demikian.
Sebenarnya jika semua orang seperti ini,mungkin kemajuan akan dengan mudah diraih. Tapi manuasia itu mempunyai sipat sombong dan terjebak pada paradigma awal, bahwa orang bodoh tidak menyadari bahwa ia bodoh. 

2. Memaksimalkan penggunaan fungsi akal


3..Meluruskan tujuan
Meluruskan tujuan berarti bahwa tujuan kita harus sesuai dengan semangat kesundaan, yaitu kesucian, kemurnian, yang merupakan arti kata sunda itu sendiri. Kita juga harusmembangun permata permata kehidupan yang merupakan inti dari kata galuh. Kita setidaknya harus berjasa terhadap generasi berikutnya, sehingga kita akan tetap dikenang baik pemikiran maupun karya jasanya  bagaikan permata yang selalu didambakan.
Dan tidak lupa juga kita harus mengingat peran kita di dunia, bahwa kita harus menjadi pencerah, menjadi penerang baik dimasa kita hidup maupun generasi sesudahnya, yang inti dari katan insun medal insun madangan (sumedang).
Hal tersebut diatas harus tetap kita pertahankan dan dipegang kuat, seperti arti dari pakuan, yang berasal dari kata paku, yang dapat mengikat sehingga kita akan tetap kokoh.


C. Jika Menginkan Menjadi Negri yang Maju maka Harus Belajar Dari Bangsa Maju.

Untuk menjadi bangsa yang maju, sejahera dan lainnya, stidaknya harus banyak belajar kepada bangsa yang sudah maju juga, dengan tidak menjelek jelekan bangsa kita sendiri. Apalagi menjadi kacung propoganda dari orang orang yang ingin membuat bangsa kita hanya menjadi bangsa kacung dengan dalih kemajuan.
Bangsa Eropa menjadi negara negara maju karena melalui suatu proses yang mereka anggap sebagai fase yang disebut dengan abad pertengahan yang gelap. Kemajuan juga bukan karena ia memang sudah pinter atau mengetahui apa yang harus dilewatinya. Tetapi justru dia karena mau belajar dari bangsa yang sudah maju dan melalui kesalahan kesalahan yang ia sendiri mengambil mamfaat besar dari kekeliruannya.
Diabad pertengahan hingga generasi Galileo Galilei setidaknya banyak orang eropa beranggapan bahwa dunia itu adalah datar. Tetapi sebagian dari tokoh tokohnya berusaha untuk menemukan bangsa yang sudah danggap maju dizamanny, yaitu India. Dengan berangkatnya rombongan petualangan yang dipimpin oleh Magelhaen dan juga Colombo menandai pencarian negarayang beranama India. Karean itu bangsa bangsa yangia temui dalamperjalanannya disebut bangsa india.

Karena itu mengapa orang Eropa menganggap bahwa bangsa asli amerika disebut bangsa indian. Karena ketidaktahuannya tentang negeri india, sehingga bangsa yang ia temui dianggap merupakan bangsa india. Negara indonesia pun pada awalnya disebut dengan hindia. Dan bangsa belanda menjadikan nama Hindia untuk seluruh kekuasaannya.

1. Membangun Sungai Sungai Kecil Peradaban
2. Membangun Banyak Perpustkaan

D. Mengkonsep Masa Depan  dengan konsep Peradaban


1. Kesejarahan Masa Lampau

Menarik sekali berbincang-bincang tentang sejarah pemikiran sunda yang memang sudah dilupakan oleh para intelektuanya atau memang sengaja dilupakan.

Berbicara tentang kesejarahan dalam hubungannya dengan naskah-naskah sunda klasik, meskipun sudah mulai bermunculan yang mulai meng"eksis"kan pada kajian kesundaan, seperti kelompok "Salakanagara", “ Aki Balangatrang” tapi menurut siabah masih terlalu sedikit daripada penduduk tataran sunda yang lebih dari 45 juta jiwa.

Sekarang  ini banyak orang sunda yang tidak mengenal naskah naskah peninggalan kaum intelektual nenek moyangnya.  Yang lebih mengkhawatirkan lagi justru hal ini juga melanda kalangan intelektual masyarakat sunda itu sendiri. Mereka lebih peduli dengan sejarah sejarah  yang berasal dari daerah lain daripada daerahnya sendiri. Nasionalisme yang dikembangkan oleh bangsa ini telah menggerus sendi sendi budaya bangsanya sendiri. Mereka mendidik anak bangsa yang tidak pernah mengenal hasil budayanya sendiri. Mereka telah mendidik manusia-manusia mengambang yang tidak mempunyai pijakan yang sangat kokoh."

Mungkin kita harus belajar dari bangsa maju dan membandingkannya. Dan yang terkenal menjadi bangsa yang maju dengan tekhnologi yang tinggi akan tetapi tetapmemgang teguh tradisi adalah Bangsa Jepang. . Berbeda dengan Jepang, meskipun mereka telah menjadi negara maju, tetapi  komunikasi dengan sejarah masa lampaunya tidak pernah dilupakan, Makanya cerita-cerita masa lampaunya telah banyak menginspirasi kemajuan jepang itu sendiri juga termasuk yang berkaitan dengan kisah-kisah lama yang termodernkan. Karena itu jepang merupakan negara yang sangat modern yang tidak terputus dengan peradaban masa lampaunya.

 Jadi ketidakpedulian kaum intelektual sunda terhadap sejarahnya sendiri yang justru banyak mendapat dukungan dari penguanya yang kurang cerdas. Dengan demikian seolah menjadi benang merah kesalahan, “Masyarakatnya yang kurang peduli,  mendapat tempat pada penguasanya yang  kurang cerdas, sehingga potensi masa lampau yang dapat memperkaya kekinian justru  terputus, atau dengan kata lain, bahwa masayarakat sunda  kini telah terputus dengan peradaban masa lampaunya, sehingga dalam menjalani kehidupannya mereka telah kehilangaan orientasi (disorientation) terhadap peradabannya itu sendiri. Menjadi manusia sempurna dalam arti yang tidak melakukan apa apa telah melanda masyarakat sunda.  Padahal dalam sejarahnya, manusia sunda adalah maanusia proses yang menuju kepada perbaikan ke perbaikan selanjutnya (rancage). Dan dapat dilihat dari Naskah Carita Parahiyangan bagaimana leluhur kita menajdi bulan bulanan kritik sang burung yang bernama Si Uwur Uwur karena hanya berdiam bertapa., bahwa dia hanya orang yang tidak berguna yang pekerjaannya hanya duduk saja dan tidak bisa melakukan apa-apa dan juga tidak menikah. Dengan meninggalkan bertapa (diam /meneng), kemudian menikah dan mempunyai keturunan. Dikisahkan bahwa keturunan / anaknya sang mantan pertapa itu menikah dengan pendiri kerajaan Galuh. Dan menjadi ibu dari para raja Galuh, dan nantinya menurunkan keturunan dari raja raja Sunda dan Medang (jawa).


Meskipun agama kita sudah berbeda, tetapi kita kita harus tetap menjaga  situs-situs kebudayaan klasik sebagai tanggung jawab terhadap generasi berikutnya. Menjaga hasil karya peraadaban klasik harusnya  merupakan suatu kebanggan dari anak bangsa sekarang ini. Meskipun dari kebudayaan yang berbeda, dari agama yang berbeda. Karena hasil peadaban masa lampau akan menginspirasi anaak bangsanya dikemudian hari. Karena itu menjaga situs-situs kebudayaan kuno bukan berarti menjaga tahayulisme seperti yang dikembangkan kaum dukun, tetapi lebih upaya daripada pencarian jatidiri kita sebagai manusia sunda, untuk membangun peradabannya ke depan."



BAB XI

PENUTUP

Konsep yang baik, tetapi jika tidak ada upaya untuk menjalankannnya,  mungkin seolah menjadi tulisan diatas kertas yang tidak ada gunanya. Kesempurnaan tidak akan tercapai jika tidak ada proses. Jalan yang ditempuh mungkin harus berliku dalam upaya merealisasikannya. Mungkin banyak kegagalan dan metode yang salah ditengah perjalanan. 

Bagai orang yang berjalan di tengah hutan yang baru kita lewati. Konsep baru atau konsep yang bagus bisa diibaratkan suatu belantara hutan yang harus kita lalui. Banyak onak dan duri yang mungkin kita lewati. Atau juga banyak binatang buas yang mungkin kita hadapi. Jika onak dan duri diibaratkan cibiran dari masyarakat. Atau binatang buas diibaratkan sebagai para tokoh yang mungkin akan menjegalnya. Tapi itulah romantika hidup, bahwa masa depan haruslah diraih. Jangan hanya menggerutu bahwa tidak adanya pemimpin asal bangsa sendiri yang tangguh, atau perekonomian keluarga dan masyarakat yang kalang kabut.

Suatu upaya harus terus di lakukan. Karena itu konsep sabar dalam arti militan disinilah sebenarnya harus menjadi moto kita dalam meraih masa depan. Daripada hanya mengeluh mending berjalan selangkah demi selangkah. Mengeluh hanyalah menghasilkan rasa sesak di dada yang mungkin akan mengakibatkan kita kena penyakit jantung atau mempercepat kita mati. Tapi kalau kita mau berjalan selangkah demi selangkah mungkin dalam jangka waktu tertentu gunung gunung, bukit bukit akan terlampaui. Atau setidaknya badan kita akan semakin sehat, karena dengan berjalan, seluruh organ tubuh bekerja, sehingga tubuh kita bertambah sehat.

Nenek moyang urang sunda telah memberikan pedoman yang sangat hebat tentang konsep akal, spritualitas dan konsep memegang jatidiri. Nyunda sebagai upaya memegang tradisi yang luhur dan menjadi ciri  dari bangsa ini. bukan sebagai upaya hanya membanggakan diri sendiri, karena hal tersebut hanya akan membuat diri kita menjadi orang yang picik dan berwawasan sempit. Karena itu jenjang pendidikan begitu penting dalam meningkatkan wawasan kita dalam menghadapi problematika kehidupan, karena itu kita harus nyakola. Baik dalam konsep bersekolah yang berjenjang maupun dalam spirit orang terpelajar, yang menjunjung tinggi paradigma intelektualitas. Tetapi kita juga dituntut bahwa segala perbuatan kita harus dipertanggungjawabkan di hadapan yang maha kuasa, sehingga nilai nilai spiritualitas sangat penting dalam menjalankan kehidupan agar kita tidak salah langkah, dan mempunyai pedoman yang jelas.

Jadi dalam realitas kehidupan seolah urutannya nyunda, nyakola, dan nyantri. Tetapi nenek moyang kita telah memberi pedoman yang jelas berdasar urutan nyunda, nyantri dan nyakola.  Nyantri dalam urutan kedua, karena nilai nilai agama harus diajarkan dan diperkenalkan lebih dulu sejak kita masih kecil. Karena nilai spiritualitas perlu pendalaman dan penghayatan yang begitu mendalam, sehingga disamping waktu yang dibutuhkan  juga memerlukan waktu yang lebih lama, juga pemahaman terhadap agama dimungkinkan perlu pendekatan yang lebih spesifik.

Setiap bangsa punya ciri masing masing, niilai keagamaan juga mempunyai nilai spesifik. Keduanya akan menjadi unggul jika mempunyai keunggulan dalam ilmu pengetahuan atau intelektual.  jadi nilai yang spesifik akan unggul jika ada upaya upaya untuk memajukan pengetahuan masyarakatnya. Nah disinilah sebenarnya harusnya  nyakola menjadi pembeda dari bangsa bangsa bangsa lain.  karena dengan pengetahuan yang tinggi, hal sekecil apapun akan mempunyai nilai yang berharga.

Karena itu, dengan konsep nyakola ini, urang sunda harusnya bisa yang terdepan dalam memimpin bangsa ini. Karena kita dituntut untuk menunaikan kewajiban untuk bersekolah yang setinggi tingginya. Karena itu urang sunda harusnya memberi jalan yang lebar kepada generasi generasi berikutnya untuk sekolah setinggi tingginya. Karena dengan sekolah yang tinggi, banyak peluang yang kita bisa raih, baik dalam karier maupun dalam hal ekonomi, atau penguasaan ekonomi.

Para pemimpin sunda, harusnya banyak memberi jalan selebar lebarnya untuk  pendidikan dari generasi ke generasi. Anak atau barudak urang sunda harusnya dipermudah dalam pendidikan atau diberikan beasiswa bagiorang orang yang tidak mampu. Karena kita harus harus ingat pada pepatah atau peribahasa orang orang dulu, yang mengatakan bahwa orang orang yang bodoh selalu menutupi kebesaran dari diiri kita sendiri, kebesaran agama dan juga akan menutupi kebesaran suku bangsa sendiri. Dan orang orang bodoh itu pasti sengsara. karena gampang ditipu, gampang diombang ambing, dan tidak mempunyai bargaining atau nilai tawar yang tinggi dalam kehidupan. Karena itu jenis kata kata yang berasal dari bodoh kita harus hindari. Baik bodoh itu sendiri, atau kebodohan yang menyangkut suatu golongan maupun pembodohan, suatu upaya upaya menjadikan manusia tetap bodoh. Karena ada peribagasa lagi konon orang orang yang bodoh itu tidak pernah menyadari bahwa dirinya bodoh atau tidk tahu.

Sekolah sekolah sekolah, belajar belajar dan belajar. Seolah tidak ada kata berhenti dalam belajar. Meskipun kita tidak bisa sekolah tinggi, tetapi kita harus menjadi bagian dari generasi yang memberikan jalan seluas luasnya untuk generasi mendatang untuk meraih pendidikan setinggi tingginya. Dan urang sunda harus memulainya. Jangan menjadi penghalang terhadap kemajuan, jangan menjadi penghalang dari pendidikan kita. Bukan hanya menjadi kaum pengeluh yang justru tidak akan berujung.

Dengan demikian kita seolah diajarkan, kita jangan pelit terhadap diri sendiri,jangan pelit terhadap orang lain disekitar kita. Kita juga diajarkan jangan iri terhadap orang lain. Karena sikap pelit maupun iri hanya menjadi penghalang bagi kemajuan diri maupun bangsa sendiri.Dan ini merupakan spirit dari nyantri. 


Bangsa kita konon sering hanya eker ekeran dengan bangsa sendiri. Sering curiga terhadap bangsa kita sendiri.  Kita tidak pernah mau disaingi oleh bangsa sendiri. Dan kelemahan inilah justru menjadi preseden buruk. Dan hal ini justru akan memberi jalan kepada bangsa bangsa diluar kita untuk berperan. Dan kita hanya jadi penonton atau buih dari lautan yang hanya bisa di diombang ambingkan. Seolah banyak tetapi sungguhnya tidak mempunyai nilai sama sekali.

Pembeda manusia dengan manusia yang lainnya hanyalah intelektual atau tingkat pendidikan. Karena dengan konsep nyakola, kita harus menjadi bagian dari suatu generasi yang memberikan jalan seluas luasnya untuk generasi berikutnya dalam meraih pendidikan yang tinggi.

1. Kritik


Ada suatu kesalahan dalam memahami tentang produk kebudayaan. Kisah mahabarata dan ramayana merupakan produk dari peradaban di India. Dan hal ini divisualisasikan dalam kisah kisah dalam cerita di wayang Golek.  Wayang golek berkembang di zaman tanah Sunda berada dalam pengaruh Islam. Hal ini mungkin mencontoh apa yang kembangkan oleh para wali di tanahJawa dalam upaya menyebarkan agama Islam.
Berbeda dengan tradisi Jawa yang mengambil wayang dalam 2 dimensi. Dalam tradisi sunda wayang divisualisasikan dengan 3 dimensi yang menyerupai bentuk aslinya. Halini dimungkinkan bahwa memang dalam tradisi sunda bahwa bentuk yang realitas sesuai dengan bentuk manusia yang dapat diterima. Karena dalam tradisi sundatidak terlalu menyukai budaya siloka, yang tersembunyi atau disembunyikan. Segala sesuatu harus dapat dipahami dengan akal. Jadi mengapa konsep wayang dalam tradisi sunda lebih bersifat 3 dimensi, dan harus di tonton dengan visual yang jelas, bukan dengan bayangan seperti yang ada dalam konsep wayang kulit dalam tardisi jawa.
Jadi sebenarnya ada suatu kekeliruan bahwa tokoh tokoh dalam  wayang merupakan produk asli dari tanah sunda. Sehingga ada suatu gerakan pembuatan patung besar besaran, seperti yang ada di tanah bali, dan telah menjadi ciri dari kebudayaan Bali.
Mungkin jika mau lebih kreatif. Mengapa tidak membuatsuatu monumen besartentang sanga maharaja Purwarman atau tunggangannya, dengan baju besinya yang kokoh, yang komplit diceritakan dalam naskah wangsakerta.
Puranwarman adalah tokoh nyata dalam peradaban Sunda. Mungkin para ahli seni lukis atau ahli pembuat sketsa bisa membuat suatu perkiraan tentang tokoh Purnawarman ini, dengan baju kebesarannya.



(Lanjut....., tulisan ini masih dalam suatu proses / belum selesai)

By Adeng Lukmantara

Peminat Studi Peradaban Islam dan Sunda