Kamis, 28 November 2013

MENYEDERHANAKAN LOGIKA BERPIKIR JIKA MENJADI PENGUASA DAERAH/ NEGARA

Banyak orang berpikir muluk-muluk jika menjadi penguasa, ingin mensejahterakan masyarakat, ingin membuat daerahnya maju, atau idiom-idiom lainnya yang seolah akan terlaksana begitu mudahnya. Padahal pada realitasnya mereka hanya seperti penguasa-penguasa lainnya yang punya keberuntungan bisa dengan mudah berkuasa, dan tidak melakukan apa-apa, kecuali kebiasaan-kebiasaan yang sebenarnya bisa dilakukan oleh setiap orang jika berkuasa.

Jika seseorang berkuasa pada intinya hanya melakukan tradisi-tradisi yang seolah bahwa dia telah begitu berjasa dalam membangun daerahnya, padahal sesungguhnya masyarakat dibiarkan stagnan, dan keeradaan sang penguasa hanya menggantikan tradisi-tradisi sebelumnya yang sangat membosankan. Mengapa hal ini terjadi? Karena para penguasa terlalu berpikir yang muluk-muluk padahal tidak melakukan apa-apa kecuali upacara-upacara  yang stagnan.

Ada trik dari siabah jika anda berkuasa menjadi penguasa suatu daerah. Menurut siabah banyak orang terlalu muluk-muluk ketika berkuasa padahal realitasnya mereka tidak melakukan apa-apa, atau kebanyakan mereka tidak melakukan apa-apa karena memang mereka tidak tahu apa yang harus dilakukan. Menurut siabah kebanyakan para penguasa sesungguhnya tidak melakukan apa-apa karena dia terlalu rumit dalam berpikir, sehingga harus disederhanakan agar prestasi selama berkuasa nampak jelas, yaitu:

1. Menurut siabah yang petama kali ada kata-kata yang harus mulai ditinggalkan atau dihindari jika kita berkuasa, yaitu:
  • Penguasa harus menghindari berkata “harus”. Kata harus ini,  harus itu, harus demikian dan sebaginya. Kata harus adalah milik orang-orang males, sehingga tidak banyak pilihan. Menurut siabah ketika sesorang berkuasa mulailah pergunakan kata “bagaimana” atau dalam istilah sundanya “kumaha”. Kita harus berbicara bagaimana bukan harus. Jadi jika kita berpikir supaya masyarakat itu sejahtera itu bagaimana, bukan harus sejahtera. Jadi bagaimana masyarakat itu sejahtera. Setelah ada pertanyaan bagaimana atau kumaha? Maka menurut siabah menginjak ke point yang kedua yaitu pemetaan masalah.
  • Penguasa harus menghindari kata-kata " Tergantung peran serta  masyarakat atau tergantung kerja sama masyarakat". Atau kata-kata untuk menghindari tanggung jawab lainnya. Sang penguasa harus pandai mencari akar permasalahannya, kemudian mengungkapkan solusi-solusinya, dan mengungkapkan sisi kebaikan dan keburukan masa depan jika kebijakan diambil.

2. Pemetaan. Seorang penguasa harus pandai memetakan masalah. Contoh jika kita ingin mensejahterakan masyarakat, jangan terlalu muluk-muluk masyarakat harus berpendidikan tinggi atau yang lainnya. Tetapi harus pada pokok permasalahan sebenarnya yaitu akses-akses menuju kesejahteraan. Jika kita hanya berpikir bahwa dengan sekolah masyarakat akan berubah sehingga akan tercapai kesejahteraan dikemudian hari. Mungkin hal itu benar atau betul, tetapi sekolah perlu puluhan tahun, untuk itu. Jadi sebenarnya yang paling utama menuju kesejateraan masyarakat adalah membuat akses menuju kesejahteraan. Akses itu adalah akses jalan atau akes transformasi dari daerah ke daerah lainnya. Karena jika akses apapun dibuka maka banyak peluang didepannya. Jadi intinya penguasa yang berhasil adalah yang banyak membuat jalan  yang manusiawi, yang tidak banyak bolong-bolong seperti sekarang ini. Jika jalan bagus, akses ke berbagai kampung biasa dengan mudah diakses maka perekonomian akan berjalan dengan sendirinya, Jadi kita tidak usah banyak ngomong kesejahteraan rakyat padahal jalanya rusak-rusak, itu adalah pembohongan yang nyata,

3. Maping. Setelah kita memetakan masalah sebenarnya, kita harus belajar maping, atau mewanai daerah-daerah yang bermasalah baik secara ekonomi, akses jalan atau mutu pendidikan atau daerah-daerah yang sudah dibangun. Maping sagat bermamfaat supaya tidak terjadi kebijakan yang bertumpuk pada suatu daerah, sedang daerah lain dibiarkan terlunta-lunta.

4. Peta. Jika menonton film tentang Muhammad Al fatih, sang penguasa Turki Utsmani yang menaklukan ibukota Romawi, Konstantinopel, yang terkenal selama ratusan tahun tidak pernah tertaklukan. Al atih adalah orang yang menguasai medan perang yang akan dilakukannya, sehingga ia dapat menaklukan benteng konstantinopel yang terkenal sangat kokoh, karena ia sangat menguasai medan perang. Di lantai ruang kerjanya sang sultan terdapat peta daerah kekuasaanya dan daerah-daerah yang akan ditaklukannya. Ia sangat menguasai peta, sehingga ia tahu lokasi mana saja yang perlu diabangun benteng, dan dimana ia harus menyerang, kemana kalau terdesak dan sebagainya. Dengan menguasai peta berarti menguasai peta permasalahan tiap daerah. Jadi menurut siabah kalau kita jadi pengasa harus mengikuti apa yang dilakukan oleh penguasa-penguasa besar. Kalau perlu diruang kerja harus ada peta besar daerah kekyuasaan kita, dan jika perlu kita harus mewarnai apa-apa yang kurang dan apa-apa yang sudah dikerjakan. Sehingga sangat jelas permasalahan yang sebenarnya. Jika suatu daerah terisolir maka harus dibuat jalan, Jika daerah itu sering banjir maka harus dicari permaslahannya, Jika daerah itu sumber kemacetan maka harus ada penangannan yang lebih atau akses alternatif.


5. Sering Keiling daerah kekuasaannya tanpa  ada protokoler. Untuk semua hal tersebut diatas kita harus sering berkeliling ke daerah kekuasaan kita tanpa pengawalan yang ketat atau protokoler. Karena jika ada protokoler sebenanya telah ada kebohongan dalam setiap kunjungan.

Itulah 5 tips dari siabah, jika kita berkuasa atau memimpin suatu daerah. Siabah tidak terlalu muluk-muluk mengharap kepada para penguasa di negeri ini, karena kebanyakan dari mereka lebih banyak faktor keberuntungan daripada prestasi. Tapi tiak masalah, hanya kata siabah itu hanya berpesan, jika kita berkuasa karena faktor apapun (keturunan, keberuntungan dan lainnya), maka kuasailah daerah kekuasaan kita dalam arti yang sebenarnya, kuasai permasalahannya, sehingga kita akan dengan mudah dalam menyelesaikannya. Dan menurut siabah yang terpenting dalam kita berkuasa adalah membuka semua akses daerah kekuasaan kita, yaitu membangun jalan-jalan yang bagus, yang menghubungkan antar daerah kekuasaan kita, Jika akses sudah bagus, maka masyarakat akan dengan sendirinya bergerak. Ekonomi akan dengan sendirinya meningkat, karena sumber daya alam yang mereka tanam akan dengan mudah di jual ke daerah lain.