Adeng Lukmantara
Peminat Studi Peradaban Sunda dan Islam
Asal Hariang - Sumedang - Jawa Barat
TEMPAT TEMPAT YANG PERNAH BUJANGGA MANIK SINGGAHI
Bujangga Manik setidaknya telah memberikan
informasi yang berharga mengenai nama
nama tempat, baik tempat tinggalnya atau tempat tempat yang pernah
dilaluinya dalam perjalanannya menuju tanah jawa dan bali.
Karena melakukan perjalanan ke Bali, maka
setidaknya telah memberikan informasi nama tempat dan sosial masyarakatnya tentang daerah daerah yang dilaluinya, baik
di Jawa Barat, Jawa tengah, Jawa timur dan Bali, meskipun tidak terlalu
lengkap. Tapi cukup memberikan info bahwa daerah daerah yang dilaluinya ternyata
banyak yang digunakan hingga kini.
Pakuan
Pakuan merupakan ibukota kerajaan Sunda, dimana
Bujangga Manik berasal. . Dari kisah perjalanan Bujangga Manik yang paling
berharga adalah kita bisa memperkirakan dengan jelas dimana lokasi Ibukota
Pajajaran itu berada, dan juga jalan-jalan utama menuju ibukota, baik ke
wilayah timur atau ke pelabuhan (pabeyan) kelapa (jakarta sekarang).
Dalam perjalanan pertama, setelah sang pangeran
meninggalkan rumahnya di pakancilan, setelah melewati Umbul, ia kemudian
sampai di Windu Cinta, aku tiba di halaman paling luar, melewati
Pancawara, untuk terus pergi ke alun-alun besar, pergi ke Pakeun
Caringin, aku melewatinya dengan segera. Aku pergi melewati Nangka Anak, dan
datang ke Tajur Mandiri. Setelah aku tiba di Suka Beureus (sekarang
Sukabirus),, aku pergi ke Tajur Nyanghalang (sekarang
Tajur), turun menuju Engkih, dan menyeberangi Sungai
Cihaliwung (sekarang Sungai Ciliwung).
Dan perjalanan kembalinya yang pertama, setelah
dari kalapa (jakarta sekarang), ia berjalan melalui Mandi Rancan,
Ancol Tamiang, (sekarang Ancol), Samprok. menyeberangi Sungai Cipanas, melewati
Suka Kandang, menyeberangi Sungai Cikencal, lewat Luwuk, menyeberangi
Sungai Ciluwer (Sungai Ciluar), sampai di Peteuy Kuru, berjalan lewat
Kandang Serang., Batur, menyeberangi Sungai Ciliwung. Sesampai di Pakuen
Tubuy, melewati Pakuen Tayeum.) (Tayem sekarang) Setelah sampai di Batur,
setiba di Pakancilan,.
Pada perjalanan kedua, Bujangga manik mengambil
jalan yang berbeda dengan jalan yang pertama. Dari Pakancilan, dan Umbul
Medang, ia pergi ke Gonggong, ke Umbul Songgol. Setelah melewati Leuwi Nutug,
dan pergi dari Mulah Malik, itulah jalan ke Pasagi, jalan menuju Bala Indra,
aku meninggalkan Paniis. Setelah melewati Tubuy, aku menyeberangi Sungai
Cihaliwung, naik menuju Sanghiang Darah, dan sampai di Caringin Bentik.
Pada perjalanan kedua, ia tidak pulang ke rumahnya
di Pakancilan, tetapi ia memilih menjadi pertapa di tempat suci
Karagcarencang Hulu Sungai Cisokan Gunung Patuha.
Jadi jelaslah kita bisa menentukan lokasi dimana
ibukota pajajaran berada, yaitu sekitar pakancilan, sebelah barat sungai
Ciliwung, sebelah barat Nangka anak dan Tajur. atau sebelah seatan Tayeum atau
Batur.
Pakancilan
Umbul
Windu
Cinta,
Pancawara,
Pakeun
Caringin,
Nangka
Anak
Tajur
Mandiri.
Suka
Beureus (sekarang Sukabirus),,
Tajur
Nyanghalang (sekarang
Tajur),
Engkih,
Bangkis
Talaga
hening
Peusing
Putih
birit
Puncak
Bukit
ageung
Eronan
Mandi
Rancan,
Ancol
Tamiang, (sekarang Ancol),
Samprok.
Suka
Kandang,
Luwuk
Peteuy
Kuru,
Kandang
Serang.,
Batur,
Pakuen
Tubuy
Pakuen
Tayeum. (Tayem sekarang)
Umbul
Medang
Gonggong,
Umbul
Songgol.
Leuwi
Nutug,
Mulah
Malik,
Pasagi,
Bala
Indra,
Paniis.
Tubuy,
Sanghiang
Darah
Caringin Bentik.
Karagcarencang ( tempat suci Hulu Sungai Cisokan Gunung Patuha)
Hujung
Galuh
Geger
Gadung
Saung
Galah
Panggarangan
Pada
Beunghar
Pamipiran
Mandala
Dipuntang
Timbang
Jaya,
Danuh
Panenjoan,
Karang
Papak,
balawong
Pager
Wesi.
Majapura
Pasir
Batang
Maruyung
Losari
Kuningan
Talaga
Walang
Suji,
Panggarangan
Pamipiran
Medang
Kahiangan (Sumedang sekarang)
Gunung
Wangi
Sri
Manggala
Saung
Agung, Saung Agung dalam naskah ini
dikatakan wilayah atau kerajaan dengan Gunung Burangrang sebagai pilarnya
(perbatasannya). Kerajaan Saung Agung diperkirakan berada di daerah Wanayasa sekarang.
Hujung
Barat,
Dalam naskah ini dikatakan Gunung Burung Jawa,pilarnya Hujung Barat.
Gunung
Anten,Dalam naskah ini dikatakan Gunung Bulistir pilarnya
Gunung Anten. Gunung anten ini merupakan
suatu daerah, bukan nama gunung.
Batu
Hiang, dalam naskah ini dikataka Gunung
Nagarati,pilarnya Batu Hiang.
Kurung
Batu, dalam naskah ini dikatakan Gunung
Barang, pilarnya wilayah Kurung Batu.
Sajra,
dalam naskah ini dikatakan Gunung
Banasraya, pilarnya wilayah Sajra, ke barat gunng Kosala
Catih
Hiang. dalam naskah ini dikatakan Gunung Catih, pilarnya Catih Hiang.
Demaraja,
dalam naskah ini dikatakan Gunung Hulu Munding,pilarnya Demaraja,
Tegal
Lubu, dalam naskah ini dikatakan Gunung Parasi, pilarnya Tegal Lubu,
Sedanura,
Sinday.
Maja,
atau Alas Maja dalam naskah ini dinamakan alas diartikan wilayah Maja
Rumbia.
Atau Alas Rumbia dalam naskah ini
dinamakan alas
Mener,
Bojong
Wangi.
Kujang
Jaya, Itu Gunung Hijur,pilarnya Kujang Jaya.
Karangiang,
Itu Gunung Sunda, pilarnya Karangiang
Karang,
Itu Gunung Karang,pilarnya wilayah Karang.
Rawa,
Itu Gunung Cinta Manik, pilarnya wilayah Rawa.
Labuhan
Batu, Itu Gunung Kembang,pilarnya Labuhan Batu.
Panyawung,
pilar dari wilayah Wanten.
Wanten
Panenjoan,
Pamengker.
Mananggul,
Lingga Lemah.
Eronan
Hujung Kulan,
Mulah Mada,
Tapak Ratu,
Mandala Wangi,
Rancagoda
Sanghiang Talaga Warna, Menurut Bujangga Manik Sanghiyang Talaga
Warna merupakan danau / tempat suci yang paling disucikan oleh orang
di Pakuan, di gunung gede (dulu gunung ageung). Di gunung Ageung, terdapat hulu
sungai ciliwung, Disni diceritakan tentang tempat suci Pakuan,
Mandala Beutung,
Mulah Beunghar,
Tigal Luar,
Jampang Manggung.
2. NAMA SUNGAI
Sungai
Cihaliwung
Sungai
Citarum
Sungai
cilingga
Sungai
Cisaunggalah,
Sungai
Cihea,
Sungai
Cisokan, .
Pertapaan Terakhir Di Hulu Sungai Cisokan, di
gunung Patuha
Sungai
Cimarinjung
Sungai
Cihadea,
Sungai
Carengcang,
Sungai
Cisanti.
Sungai Cisanti merupakan hulu sungai citarum, yang
mengalir dari selatan Bandung. Di hulu sungai Cisanti ada danau Cisanti. Dan
danau ini terletak di kaki gunung Wayang.
Danau ini terletak di Desa Tarumajaya, Kecamatan
Kertasari, Kabupaten Bandung, Letaknya yang tersembunyi di pegunungan, serta
keindahan alam yang masih asri menjadi alternatif wisata bagi beberapa orang.
Selain itu, danau ini juga menyimpan peninggalan sejarah berupa petilasan
Adipati Ukur, yang memimpin pemberontakan melawan Mataram.
Hulu sungai cisanti ini berada di gunung Wayang,
yang berada di selatan bandung. Kata wayang dalam Gunung Wayang
bukan berasal dari kata wayang (golek) seperti yang kita kenal saat ini. Wayang
di sini berasal dari kata wa, yang berarti angin atau berangin lembut, dan yang
atau hyang artinya dewata. Jadi, kata wayang yang menjadi nama gunung ini
berarti angin yang berembus dari Dewata, atau angin surgawi atau angin dewata
yang lembut, yang mencirikan gambaran keindah-permaian alam yang abadi.
Berdasar sejarah sasakala Gunung Wayang, puncak gunung
tersebut menjadi tempat bersemedi Pangeran Jaga Lawang.
3. NAMA GUNUNG
a. Gunung Ageung (Gunung Gede)
Gunung Ageung demikian Bujangga Manik menyebut untuk dua puncak gunung kembar, yaitu gunung Gede dan Gunung Pangrango.
Gunung
Ageung terletak di dan wilayah kabupaten Cianjur dan Sukabumi, dengan
ketinggian 1000-2958 m dpl, dan berada di lintang 106*51’-107*02’ BT dan
64*1’-65*’1 LS. Gunung ini merupakan
sebuah gunung berapi type stratovolcano.
Gunung Ageung (Gunung gede & Pangrango) sekarang berada dalam lingkup Taman Nasional Gede Pangrango, yang merupakan 1 dari 5 taman nasional yang diumumkan di Indonesia pada tahun 1981. Gerbang utama menuju gunung ini adalah dari Cibodas dan Cipanas.
Gunung Ageung (Gunung gede & Pangrango) sekarang berada dalam lingkup Taman Nasional Gede Pangrango, yang merupakan 1 dari 5 taman nasional yang diumumkan di Indonesia pada tahun 1981. Gerbang utama menuju gunung ini adalah dari Cibodas dan Cipanas.
b. Gunung Tangkuban Parahu
Gunung Tangkuban Perahu berada di kabupaten bandung dan juga Subang. Gunung Tangkuban Parahu mempunyai ketinggian setinggi 2.084 meter dan termasuk gunung api aktif..
Asal-usul Gunung Tangkuban Parahu dikaitkan dengan legenda Sangkuriang, yang dikisahkan jatuh cinta kepada ibunya, Dayang Sumbi. Untuk menggagalkan niat anaknya menikahinya, Dayang Sumbi mengajukan syarat supaya
Sangkuriang membuat perahu dalam semalam. Ketika usahanya gagal, Sangkuriang marah dan menendang perahu itu sehingga mendarat dalam keadaan terbalik. Perahu inilah yang kemudian membentuk Gunung Tangkuban Parahu
Menurut
Bujangga Manik, Gunung Tangkuban Parahu merupakan pilar atau perbatasannya
wilayah Gunung Wangi. Dan dalam tulisannya Bujangga Manik tidak mengaitkan Gunung Tangkuban Parahu ini dengan Sangkuriang. Dan yang dikaitkan dengan Sangkuriang adalah Gunung Patenggeng. (Tentang dimana letak gunung Patenggeng, masih belum diketahui?)
c. Gunung
Burangrang,
Letak Gunung Burangrang mengelilingi kota Bandung
di sebelah barat laut yang berbatasan langsung dengan Purwakarta dan Subang.
Ada 3 lokasi jalur pendakian menuju Gunung Burangrang, yaitu melewati Legok
haji, Pos Komando dan Pangheotan.
Gunung Burangrang merupakan sebuah gunung api mati, ditataran Sunda yang mempunyai ketinggian setinggi 2.064 meter. Gunung ini merupakan salah-satu sisa dari hasil letusan besar Gunung Sunda di Zaman Prasejarah. Gunung Burangrang bersebelahan dengan Gunung Sunda.
Dikatakan oleh Bujangga Manik bahwa Gunung Burangrang, merupakan pilar /perbatasan/ tapal batas wilayah Saung Agung. Di kaki Gunung Burangrang, terdapat suatu daerah wanayasa sekarang, diyakini dulunya merupakan sebuah kerajaan yang dinamakan Saung Agung. Disana juga terdapat suatu situ (danau) yang bernama Situ Wanayasa.
Wanayasa
adalah sebuah daerah di kaki Gunung Burangrang, dan sekian juta tahun yang lalu
berada di kaki Gunung Sunda. Ketika Gunung Sunda meletus, abu volkaniknya melahirkan
tanah yang subur di daerah sekitarnya, termasuk Wanayasa. Selain itu juga,
melahirkan cekungan-cekungan dalam radius 100 km, yang kemudian di bagian
selatan Gunung Sunda dikenal dengan sebutan cekungan Danau Bandung Purba. Di
bagian utara, diduga cekungan tersebut masih menyisakan jejaknya yang kini
dikenal dengan nama Situ Wanayasa dan Situ Cibeber, yang disebut masyarakat
setempat sebagai pangparatan Situ Wanayasa.
d. Gunung
Sembung,
Gunung Sembung yang diungkapkan oleh Bujangga Manik merupakan nama gunung sembung tempat salah satu mata air sungai Citarum berasal. Karena banyak sekali nama gunung sembung, seperti di Cirebon misalnya.
Setelah mengagumi semua hal dari perjalanannya, Bujangga Manik kemudian pergi untuk bertapa di Gunung sembung, di hulu sungai citarum, selama 1 tahun. Disana ia beribadah dan mendirikan Lingga dan memahat patung serta membuat tugu, yang ia katakan akan menjadi bukti bagi generasi mendatang, bahwa ia pernah pergi ke sana, seperti yang ia ungkapkan:
Setelah mengagumi semua hal dari perjalanannya, Bujangga Manik kemudian pergi untuk bertapa di Gunung sembung, di hulu sungai citarum, selama 1 tahun. Disana ia beribadah dan mendirikan Lingga dan memahat patung serta membuat tugu, yang ia katakan akan menjadi bukti bagi generasi mendatang, bahwa ia pernah pergi ke sana, seperti yang ia ungkapkan:
Gunung
Pategeng,
peninggalan Sang Kuriang, ketika akan membendung Citarum,tetapi gagal karena matahari keburu terbit. gunung Pategeng, yang oleh Bujangga Manik, dikatakan sebagai peninggalan Sang Kuriang, ketika akan membendung Citarum, tetapi gagal karena matahari keburu terbit.
Seperti yang diungkapkan dalam naskahnya:
peninggalan Sang Kuriang, ketika akan membendung Citarum,tetapi gagal karena matahari keburu terbit. gunung Pategeng, yang oleh Bujangga Manik, dikatakan sebagai peninggalan Sang Kuriang, ketika akan membendung Citarum, tetapi gagal karena matahari keburu terbit.
Seperti yang diungkapkan dalam naskahnya:
............Berjalan
melewati Gunung Pala.
Setiba
ke tempat suci,
menyeberangi
Sungai Cisaunggalah,
aku
berjalan ke barat,
tiba
di Gunung Pategeng,
peninggalan
Sang Kuriang,
ketika
akan membendung Citarum,
tetapi
gagal karena matahari keburu terbit..............
Gunung
Patuha,.
Gunung Patuha merupakan sebuah gunung yang terdapatdi wilayah Bandung Selatan, Tingginya 2.386 meter diatas permukaan laut. Gunung patuha memiliki kawah yang sangat eksotik, yaitu kawah putih.
Di gunung Patuha ini di era Bujangga Manik ada tempat suci yang namanya Ranca Goda, Tempat suci di Gunung Patuha (daerah ciwidey sekarang),
Gunung
Wayang,
Gunung Wayang mempunyai ketinggian 2.181
meter diatas permukaan laut. Kawasan Gunung Wayang Windu-Gunung Malabar-Gunung
Patuha, kini terbentang hamparan perkebunan teh yang telah dibangun sejak zaman
Belanda atas jasa Karel Albert Rudolf Boscha, astronom Belanda yang mendirikan
perkebunan Teh Malabar, sekitar 300 tahun lebih setelah kunjungan Bujangga
Manik.
Dinamakan Gunung wayang, berasal dari kata "wa" yang artinya desir angin dan "Hyang" yang berarti dewa, dan jika digabung berarti Hembusan angin dewa. Gunung Wayang merupakan tempat dimana hulu sungai Citarum berasal ( Sungai Cisanti).
Sungai Cisanti merupakan hulu sungai citarum, yang mengalir dari selatan Bandung. Di hulu sungai Cisanti ada danau Cisanti. Dan danau ini terletak di kaki gunung Wayang. Danau ini terletak di Desa Tarumajaya, Kecamatan Kertasari, Kabupaten Bandung, Letaknya yang tersembunyi di pegunungan, serta keindahan alam yang masih asri menjadi alternatif wisata bagi beberapa orang. Selain itu, danau ini juga menyimpan peninggalan sejarah berupa petilasan Adipati Ukur, yang memimpin pemberontakan melawan Mataram.
Dinamakan Gunung wayang, berasal dari kata "wa" yang artinya desir angin dan "Hyang" yang berarti dewa, dan jika digabung berarti Hembusan angin dewa. Gunung Wayang merupakan tempat dimana hulu sungai Citarum berasal ( Sungai Cisanti).
Sungai Cisanti merupakan hulu sungai citarum, yang mengalir dari selatan Bandung. Di hulu sungai Cisanti ada danau Cisanti. Dan danau ini terletak di kaki gunung Wayang. Danau ini terletak di Desa Tarumajaya, Kecamatan Kertasari, Kabupaten Bandung, Letaknya yang tersembunyi di pegunungan, serta keindahan alam yang masih asri menjadi alternatif wisata bagi beberapa orang. Selain itu, danau ini juga menyimpan peninggalan sejarah berupa petilasan Adipati Ukur, yang memimpin pemberontakan melawan Mataram.
Gunung
Malabar,
Gunung Malabar terletak di bagian selatan
Kabupaten Bandung dengan titik tertinggi 2.343 meter di atas permukaan laut.
Malabar merupakan salah satu puncak yang dimiliki Pegunungan Malabar. Beberapa
puncak yang lain adalah Puncak Mega, Puncak Puntang, dan Puncak Haruman.
Gunung Tampomas
Sebuah Gunung berapi type stratovolcano yang terletak di Kabpaten Sumedang Jawa barat. Letaknya di sebelah utara kota Sumedang, yang berada di 5 kecamatan: Buahdua, conggeang, paseh, cimalaka, tanjungkerta. Di kaki gunung tampomas terdapat banyak sumber mata air panas: mata air panas Cileungsing Buahdua, mata air panas Conggeang dan lainnya.
Gunung Guntur,
Sebuah Gunung berapi type stratovolcano yang terletak di Kabpaten Sumedang Jawa barat. Letaknya di sebelah utara kota Sumedang, yang berada di 5 kecamatan: Buahdua, conggeang, paseh, cimalaka, tanjungkerta. Di kaki gunung tampomas terdapat banyak sumber mata air panas: mata air panas Cileungsing Buahdua, mata air panas Conggeang dan lainnya.
Gunung Ciremai
Menurut
Bujangga manik, Gunung Ciiremay merupakan pilar / perbatasan Pada Beunghar.
Diselatannya merupakan wilayah Kuningan, dan di baratnya Walang Suji yang
merupakan wilayah Talaga.
Gunung ciremai atau gunung cereme adalah gunung berapi kerucut yang secara administratif berada di 2 kabupaten: kabupaten Majalengka dan Kuningan Jawa Barat. Gunung ini mempunyai ketinggian 3.076 m diatas ketinggian laut, dan merupakan gunung tertinggi di jawa barat. Gunung ini mempunyai kawah ganda, Kawah barat yang beradius 400 m terpotong oleh kawah timur yang beradius 600 m. Pada ketinggian sekitar 2.900 m dpl di lereng selatan terdapat bekas titik letusan yang dinamakan Gowa Walet. Nama gunung ini berasal dari kata cereme (Phyllanthus acidus, sejenis tumbuhan perdu berbuah kecil dengan rada masam),
Gunung ciremai termasuk gunung api kuarter aktif type A, gunung api magmatik yang masih aktif sejak tahun 1600 M dan berbentuk strato.
Jad
menurut Bujangga manik di sekitar Gunung Cereme itu ada 3 negara, yaitu: Pada
Beunghar, Kuningan dan Talaga. Bujangga Manik tidak pernah menyebut nama
Cirebon, yang mungkin waktu itu belum begitu dikenal.
Gunung Papandayan
Gunung papandayan
merupakan gunung berapi strato yang terletak di kabupaten garut Jawa barat,
tetaptnya di kecamatan cisurupan , yang mempunyai ketinggian 2663 m diatas
permukaan laut.
Gunung Papandayan
mempunya beberapa kawah, diantaranya: Kawah Baru, Kawah Nangklak, kawah manuk.
Gunung Guntur,
Bujangga Manik juga menyebut Gunung Guntur, gunung ini terdapat di wilayah barat Garut, Jawa Barat, yang mempunyai ketinggian 2.249 meter. Gunung Guntur merupakan salah satu gunung berapi paling aktif pada dekade 1800-an. Tapi sejak itu aktivitasnya kembali menurun.
Gunung Kendan,
Gunung Bojage.
Gunung Karesi,
Gunung Langlayang,
Gunung Palasari.
Gunung Pala.
Gunung Marucung, pilarnya Sri Manggala.
Gunung Burung Jawa, pilarnya Hujung Barat.
Gunung Bulistir,
pilarnya Gunung Anten. Gunung Bulistir. Itu hulu Sungai Cimarinjung, peninggalan Patanjala, ketika ia gagal menjadi raja.
Gunung Nagarati, pilarnya Batu Hiang.
Gunung Barang, pilarnya wilayah Kurung Batu.
Gunung Banasraya, pilarnya wilayah Sajra,
Gunung Catih, pilarnya Catih Hiang.
Gunung Hulu Munding, pilarnya Demaraja,
Gunung Kembang, tempat segala macam pertapa, Gunung Kembang,pilarnya Labuhan Batu.
Gunung Hijur, pilarnya Kujang Jaya.
Gunung Sunda, pilarnya Karangiang
Gunung Karang,pilarnya wilayah Karang.
Gunung Cinta Manik,pilarnya wilayah Rawa.
Gunung Karesi,
Gunung Langlayang,
Gunung Palasari.
Gunung Pala.
Gunung Marucung, pilarnya Sri Manggala.
Gunung Burung Jawa, pilarnya Hujung Barat.
Gunung Bulistir,
pilarnya Gunung Anten. Gunung Bulistir. Itu hulu Sungai Cimarinjung, peninggalan Patanjala, ketika ia gagal menjadi raja.
Gunung Nagarati, pilarnya Batu Hiang.
Gunung Barang, pilarnya wilayah Kurung Batu.
Gunung Banasraya, pilarnya wilayah Sajra,
Gunung Catih, pilarnya Catih Hiang.
Gunung Hulu Munding, pilarnya Demaraja,
Gunung Kembang, tempat segala macam pertapa, Gunung Kembang,pilarnya Labuhan Batu.
Gunung Hijur, pilarnya Kujang Jaya.
Gunung Sunda, pilarnya Karangiang
Gunung Karang,pilarnya wilayah Karang.
Gunung Cinta Manik,pilarnya wilayah Rawa.
(Gunung] Lembu Hambalang.
B DAERAH JAWA TENGAH
Dalam
kisah perjalanannya menuju Bali, Bujangga Manik telah melwati daerah Jawa
Tengah, 3 kali, yang prtama ketika perjalanan pertamanya hanya sampai Pemalang
tetapi kemudian ia kembali lwat Laut. Dan kemudian perjalanan yang kedua adalah
keergianya ke Bali, dan yang ketiga adalah perjalannya setelah dari Bali.
C. DAERAH JAWA TIMUR
Dalam perjalanannya ke tempat suci yang berada di
tataran sunda, dan jawa serta Bali, ia setidaknya telah singgah dibeberapa
tempat penting untuk ziara penting di Jawa timur.
Bujangga Manik melewati daerah Jawa Timur 2 kali,
yaitu perjalanannya ketika ia berangkat ke Bali, dan ketika ia pulang dari
Bali.
1. Sekitar Gunung bromo, Gunung Semeru dan Gunung
Kawi
Setelah pergi dari sana,
aku datang ke Sarampon.
Setelah aku tiba di Cakru,
beranjak dari tempat itu,
aku berjalan ke baratdaya,
pergi ke wilayah Kenep,
tiba di Lamajang Kidul,
melewati Gunung Hiang,
datang ke Padra.
Lereng Gunung Mahameru,
aku lewati dari sisi selatan.
Setelah datang ke Ranobawa,
berjalan melewati Kayu Taji.
Setelah berangkat dari sana,
tibalah aku di Kukub,
aku pergi ke Kasturi,
tiba di Sagara Dalem,
berjalan melalui Kagenengan,
mendaki Gunung Kawi,
yang kulewati dari sisi selatan.
Setiba ke Pamijahan,
aku berjalan ke arah barat,
melewati Gunung Anyar,
tibalah aku di Daliring.
Dalam perjalanan pulang ke tanah sunda dari Blambangan,
Bujangga Manik melewati banyak tempat di sekitar gunung Bromo dan
Semeru. Beberapa nama tempat masih dapat dikenali hingga sekarang seperti
Kagenengan, Sagara Dalem, Gajah Mungkur, Mahameru, Brahma. Dan beberapa nama
tempat lainnya sudah tidak dikenali lagi sekarang, seperti Kayu Taji, Kukub dan
Kasturi. Beberapa nama tempat lainnya dapat ditelusuri dengan membuat
perbandingan dengan naskah-naskah lain seperti Nagarakretagama, Tantu
Panggelaran, Babad Tanah Jawi, Serat Kanda, Aji Saka, dan lain-lainnya.
Sebelumnya juga ia melewati Sarampon, Cakru,
wilayah Kenep, Lamajang Kidul, Gunung Hiang, dan .Padra.
Gunung Raung
Talaga Wurung
Baru, dalam tulisan Bujangga Manik merupakan lurah
kategan atau daerah para biara.
Padang Alun
Gunung watangan
Nusa Barong, pulau ini bisa dilihat ketika
Bujangga Manik dalam perjalanan melwati gunung Watangan
Sarampan
Cakru
Bujangga Manik menyebut nama Cakru. Sekarang
daerah itu menjadi nama desa di kecamata Kencong kabupaten jember. Dan sekarang
desa tersebut sudah dimekarkan menjadi desa cakru dan desa Paseban. Bujangga
Manik sempat mampir didesa ini, yang letaknya sebelah selatan Lumajang. Selain
desa cakru, Bujangga manik juga menyebut nama Gunung Watangan dan melihat
Nusabarong.
Kenep
Lamajang
Kidul
Gunung
Hiang
Pacira,adalah sebuah kategan (Tantu Panggelaran) atau
katyagan (Nagarakertagama ), yang dalam pandangan Bujangga Manik rute itu
mungkin terletak di sebelah timur Gunung Mahameru, mungkin sekarang tidak jauh
dari Candipura dekat Pasirian.
Gunung
Mahameru
Ranobawa
Kayu
Taji adalah sebuah patapan (TP)
Kukub
adalah sebuah mandala (TP,. Nag).
Kayu Taji dan Kukub keduanya terletak di dekat Gunung Mahameru/ Gunung Semeru.
Jika merunut rute yang dilalui Bujangga Manik mungkin di sisi selatan atau
barat dari Gunung Semeru. Hal itu berarti bahwa pusat keagamaan Kukub yang
memainkan peran dalam Kidung Panji Margasmara terletak di selatan agak timur
dari Singosari dan tidak di wilayah Gunung Hyang.
Kasturi, terdaftar
sebagai sebuah mandala di Nagarakertagama, dan di bagian lain disebutkan
bersama-sama dengan Kukub dan Sagara sebagai kelompok tiga mandala dekat Gunung
Mahameru.
Sagara
Dalem
Nama Sagara Dalem dalam uraian kisah perjalanan
Bujangga Manik ini terletak di antara Gunung mahameru (sekarang semeru) dan
Kagenengan yang berada di sebelah barat Gunung Semeru. nama Sagara Dalem
mungkin sekarang nama sebuah kampung Segaran yang terletak di Desa Kendalpayak,
Kecamatan Pakisaji, Kabupaten Malang. Di kampung ini pernah ditemukan benda
arkeologi yang berupa batu bata kuno di Punden Mbah Cengkaruk.
Sagara dalam Nagarakertagama mungkin dapat
disamakan dengan Sagara Dalem menurut Bujangga Manik, yang harus ditempatkan di
antara Gunung Mahameru dan Kagënëngan. Sagara adalah sebuah dharma (Nag) yang
letaknya tidak jauh di selatan Kota Malang. Sagara Dalem ini berbeda dengan
mandala terkenal Sagara di Gunung Hyang, yang pernah dikunjungi oleh Hayam
Wuruk (Nag) dan disebutkan juga di Prasasti Batur dan Tantu Panggelaran (TP).
Kagenengan
Setelah melewati Sagara Dalem, Bujangga Manik
melanjutkan perjalanan menuju Kagenengan. Nama Kagenengan pada saat ini diduga
merupakan nama Desa Genengan yang terletak di sebelah barat Desa Kendalpayak,
Kecamatan Pakisaji, Kabupaten Malang. atau Dukuh Kagenengan di Desa
Parangargo, Kecamatan Wagir. Kagenengan pada masa lampau merupakan tempat suatu
kelompok komunitas keagamaan. Dalam uraian Kitab Nagarakrtagama disebutkan
bahwa Kagenengan merupakan sebuah pendharmaan dari Raja Rajasa (Ken Angrok).
Gunung
Kawi
Pamijahan
Gunung
Anyar. Di antara Gunung Kawi dan Gunung
Kampud (sekarang: Kelud) Bujangga Manik melewati Gunung Anyar, yang
mengingatkan kita pada catatan Pararaton bahwa pada tahun 1376 “hana gunung Anyar“,
ada (munculnya) sebuah gunung baru (Par). Gunung Kelud merupakan vulkanik,
sangat mungkin bahwa bukit baru yang telah terwujud itu adalah Gunung Anyar
yang dimaksud dalam catatan Pararaton.
Dariling
2. Sekitar
Gunung Kampud / Gunung Kelud
Sesampai di Gunung Kampud,
aku datang ke Rabut Pasajen.
Tempat ini dataran tinggi Rabut Palah,
tempat suci Majapahit,
yang dimuliakan oleh orang Jawa.
Aku membaca Darmaweya,
juga Pandawa Jaya.
Setelah itu keingintahuanku terpuaskan,
aku dapat bicara bahasa Jawa,
juga mampu menerjemahkannya.
Di sana aku tidak tinggal terlalu lama,
selama satu tahun lebih.
Aku tidak tahan suara yang terus bunyi,
yang datang untuk beribadah dan mempersembahkan
emas,
yang beribadah tanpa henti,
berkelana di sekitar ibukota
Gunung
Kampud (Gunung Kelud)
Dalam upayanya mengunjungi beberapa tempat suci
Hindu-Buddha baik di wilayah Jawa bagian tengah ataupun Jawa bagian
timur, Bujangga Manik menceritakan bahwa ia sempat singgal di Rabut
Palah di gunung kampud (sekarang gunung kelud), dan tinggal di kompleks
bangunan suci itu sekitar satu tahun. Disana ia tidak hanya melakukan pemujaan,
tetapi juga meningkatkan pengetahuannya dalam bidang kesusastraan dan
memperdalam bahasa Jawa.
Rabut
Pasajen, Bujangga Manik menerangkan bahwa
Rabut Pasajen merupakan hulu atau dataran tinggi Rabut Palah , tempat suci atau
kabuyutan Majapahit, yang disakralkan oleh orang Jawa..
Rabut
Palah, Nama Palah merupakan nama sebuah
tempat suci yang termuat dalam prasasti di Komplek Candi Penataran. Dalam
prasasti yang berangka tahun 1119 Saka atau 1197 Masehi yang dikeluarkan oleh
Raja Crengga dari kerajaan Kadiri, menyebutkan tentang peresmian sebuah
perdikan untuk kepentingan Sira Paduka Batara Palah. Menurut para sarjana yang
dimaksud Palah adalah Panataran. Candi Panataran ditemukan pada tahun 1815, oeh
gubernur jendral inggris di indonesia Sir Thomas Stamford Raffles (1781-1826).
Rabut Palah bukan merupakan candi pendharmaan,
karena merupakan kompleks yang relatif luas. Rabut Palah adalah candi kerajaan
yang telah disucikan sejak zaman Kadiri hingga periode akhir Majapahit, jadi
masa berfungsinya percandian itu membentang sejak temuan prasasti tahun 1197
Masehi (jaman Kadiri) hingga tahun 1454 Masehi dari zaman kemunduran Majapahit.
Sebelum mengunjungi Rabut Palah Bujangga Manik terlebih
dahulu mendatangi Rabut Pasajen yang merupakan bangunan suci yang juga
disakralkan oleh orang Jawa. Lokasi bangunan Rabut Pasajen itu letaknya di
lereng yang lebih tinggi dari lokasi Rabut Palah pada lereng Gunung Kelud yang
sekarang menjadi Candi Gambarwetan
Ia kemudian meninggalkan tempat itu karena tidak
tahan terhadap kegaduhan pendatang yang melakukan ritual keagamaan dan
persembahan
Waliring
Polaman
Balitar
Sungai
Cironabaya
Pasepahan
Saput
Talun
Sekitar
Gunung Wilis, Gunung Lawu
Gunung
Willis
Pasugihan
Dawuhan
Gunung
Lawu
Urawan
Pamanikan
Sida
Lepas
Oyong
Campagan
Pamaguhan
Pahul
Caturan
Roma
Sungai
Ciwuluyu
Bobodo
Taji
D. DAERAH BALIi
E. DAERAH LAIN
Daerah
Daerah Lainnya yang disebut, meskipun tidak disinggahi
Artikel
Setiawan, Hawe, Bujangga Manik dan Studi Sunda
.