Banyak orang berpikir
muluk-muluk jika menjadi penguasa, ingin mensejahterakan masyarakat, ingin membuat daerahnya
maju, atau idiom-idiom lainnya yang seolah akan terlaksana begitu mudahnya. Padahal
pada realitasnya mereka hanya seperti penguasa-penguasa lainnya yang punya
keberuntungan bisa dengan mudah berkuasa, dan tidak melakukan apa-apa, kecuali
kebiasaan-kebiasaan yang sebenarnya bisa dilakukan oleh setiap orang jika
berkuasa.
Jika seseorang berkuasa pada
intinya hanya melakukan tradisi-tradisi yang seolah bahwa dia telah begitu
berjasa dalam membangun daerahnya, padahal sesungguhnya masyarakat dibiarkan
stagnan, dan keeradaan sang penguasa hanya menggantikan tradisi-tradisi
sebelumnya yang sangat membosankan. Mengapa hal ini terjadi?
Karena para penguasa terlalu berpikir yang muluk-muluk padahal tidak melakukan
apa-apa kecuali upacara-upacara yang
stagnan.
Ada trik dari siabah jika anda
berkuasa menjadi penguasa suatu daerah. Menurut siabah banyak orang terlalu
muluk-muluk ketika berkuasa padahal realitasnya mereka tidak melakukan apa-apa, atau kebanyakan mereka tidak melakukan apa-apa karena memang mereka tidak tahu apa yang harus dilakukan.
Menurut siabah kebanyakan para penguasa sesungguhnya tidak melakukan apa-apa
karena dia terlalu rumit dalam berpikir, sehingga harus disederhanakan agar
prestasi selama berkuasa nampak jelas, yaitu:
1. Menurut siabah yang petama
kali ada kata-kata yang harus mulai ditinggalkan atau dihindari jika kita berkuasa, yaitu:
- Penguasa harus menghindari berkata “harus”. Kata harus ini, harus itu, harus demikian dan sebaginya. Kata harus adalah milik orang-orang males, sehingga tidak banyak pilihan. Menurut siabah ketika sesorang berkuasa mulailah pergunakan kata “bagaimana” atau dalam istilah sundanya “kumaha”. Kita harus berbicara bagaimana bukan harus. Jadi jika kita berpikir supaya masyarakat itu sejahtera itu bagaimana, bukan harus sejahtera. Jadi bagaimana masyarakat itu sejahtera. Setelah ada pertanyaan bagaimana atau kumaha? Maka menurut siabah menginjak ke point yang kedua yaitu pemetaan masalah.
- Penguasa harus menghindari kata-kata " Tergantung peran serta masyarakat atau tergantung kerja sama masyarakat". Atau kata-kata untuk menghindari tanggung jawab lainnya. Sang penguasa harus pandai mencari akar permasalahannya, kemudian mengungkapkan solusi-solusinya, dan mengungkapkan sisi kebaikan dan keburukan masa depan jika kebijakan diambil.
2. Pemetaan. Seorang penguasa
harus pandai memetakan masalah. Contoh jika kita ingin mensejahterakan masyarakat,
jangan terlalu muluk-muluk masyarakat harus berpendidikan tinggi atau yang lainnya. Tetapi
harus pada pokok permasalahan sebenarnya yaitu akses-akses menuju kesejahteraan.
Jika kita hanya berpikir bahwa dengan sekolah masyarakat akan berubah sehingga
akan tercapai kesejahteraan dikemudian hari. Mungkin hal itu benar atau betul,
tetapi sekolah perlu puluhan tahun, untuk itu. Jadi sebenarnya yang paling
utama menuju kesejateraan masyarakat adalah membuat akses menuju kesejahteraan.
Akses itu adalah akses jalan atau akes transformasi dari daerah ke daerah
lainnya. Karena jika akses apapun dibuka maka banyak peluang didepannya. Jadi intinya penguasa yang berhasil adalah yang banyak membuat
jalan yang manusiawi, yang tidak banyak
bolong-bolong seperti sekarang ini. Jika jalan bagus, akses ke berbagai kampung
biasa dengan mudah diakses maka perekonomian akan berjalan dengan sendirinya,
Jadi kita tidak usah banyak ngomong kesejahteraan rakyat padahal jalanya
rusak-rusak, itu adalah pembohongan yang nyata,
3. Maping. Setelah kita
memetakan masalah sebenarnya, kita harus belajar maping, atau mewanai
daerah-daerah yang bermasalah baik secara ekonomi, akses jalan atau mutu
pendidikan atau daerah-daerah yang sudah dibangun. Maping sagat bermamfaat
supaya tidak terjadi kebijakan yang bertumpuk pada suatu daerah, sedang daerah
lain dibiarkan terlunta-lunta.
4. Peta. Jika menonton film
tentang Muhammad Al fatih, sang penguasa Turki Utsmani yang menaklukan ibukota
Romawi, Konstantinopel, yang terkenal selama ratusan tahun tidak pernah
tertaklukan. Al atih adalah orang yang menguasai medan perang yang akan
dilakukannya, sehingga ia dapat menaklukan benteng konstantinopel yang terkenal
sangat kokoh, karena ia sangat menguasai medan perang. Di lantai ruang kerjanya
sang sultan terdapat peta daerah kekuasaanya dan daerah-daerah yang akan
ditaklukannya. Ia sangat menguasai peta, sehingga ia tahu lokasi mana saja yang perlu diabangun
benteng, dan dimana ia harus menyerang, kemana kalau terdesak dan sebagainya.
Dengan menguasai peta berarti menguasai peta permasalahan tiap daerah. Jadi
menurut siabah kalau kita jadi pengasa harus mengikuti apa yang dilakukan oleh
penguasa-penguasa besar. Kalau perlu diruang kerja harus ada peta besar daerah
kekyuasaan kita, dan jika perlu kita harus mewarnai apa-apa yang kurang dan
apa-apa yang sudah dikerjakan. Sehingga sangat jelas permasalahan yang
sebenarnya. Jika suatu daerah terisolir maka harus dibuat jalan, Jika daerah
itu sering banjir maka harus dicari permaslahannya, Jika daerah itu sumber
kemacetan maka harus ada penangannan yang lebih atau akses alternatif.
5. Sering Keiling daerah
kekuasaannya tanpa ada protokoler. Untuk
semua hal tersebut diatas kita harus sering berkeliling ke daerah kekuasaan
kita tanpa pengawalan yang ketat atau protokoler. Karena jika ada protokoler
sebenanya telah ada kebohongan dalam setiap kunjungan.
Itulah 5 tips dari siabah, jika kita berkuasa atau memimpin suatu daerah. Siabah tidak terlalu muluk-muluk mengharap kepada para penguasa di negeri ini, karena kebanyakan dari mereka lebih banyak faktor keberuntungan daripada prestasi. Tapi tiak masalah, hanya kata siabah itu hanya berpesan, jika kita berkuasa karena faktor apapun (keturunan, keberuntungan dan lainnya), maka kuasailah daerah kekuasaan kita dalam arti yang sebenarnya, kuasai permasalahannya, sehingga kita akan dengan mudah dalam menyelesaikannya. Dan menurut siabah yang terpenting dalam kita berkuasa adalah membuka semua akses daerah kekuasaan kita, yaitu membangun jalan-jalan yang bagus, yang menghubungkan antar daerah kekuasaan kita, Jika akses sudah bagus, maka masyarakat akan dengan sendirinya bergerak. Ekonomi akan dengan sendirinya meningkat, karena sumber daya alam yang mereka tanam akan dengan mudah di jual ke daerah lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar