Siabah adalah orang selalu bersebrangan dengan pemahaman kebanyakan orang pada umumnya yang beranggapan seolah bahwa dunia politik adalah suatu kejahatan yang perlu ditinggalkan. Adalah suatu pandangan yang salah, karena jika kita meninggalkan semua dalam pentas politik maka kekosongan itu akan diisi oleh mereka-mereka yang berasal dari daerah lain yang justru tidak punya komitmen terhadap pembangunan daerah kita sendiri.
Siabah sebenarnya sangat miris melihat kondisi perpolitikan di tanah sunda, yang tidak punya keinginan untuk membangun daerahnya sendiri, karena sikap yang skeptis yang berlrbihan tetap dipegang teguh oleh generasi ke generasi berikutnya, sehingga memunculkan kekosongan berbagai kepemimpinan yang harusnya diisi oleh orang daerah yang punya komitment yang tinggi terhadap daerahnya.
Siabah tidak menyalahkan politisi sunda yang tidak bisa melenggang ke senayan yang justru diisi oleh orang orang yang tidak punya sejarah dalam membangun daerah pemilih nya itu sendiri. Karena masyarakatnya sendiri yang skeptis, suka menyalahkan orang lain yang berlebihan, dan tidak punya komitment untuk membangun daerahnya sendiri. Seolah masyarakat sudah siap untuk menerima kekecewaan yang satu ke kecewaan yang baru, karena mereka sendiri tidak mempunyai komitment untuk berusaha menjaga gengsinya sendiri dalam memilih orang yang akan dipilihnya.
Seolah kita sendiri telah membangun suatu masyrakat yang akan menerima kekecewaan demi kekecewaan yang berkrlanjutan, karena tidak kemauan dari diri kita sendiri untuk berusaha memilih yang pantas, yang punya komitmen terhadap pembangunan daerahnya.
Sebagai contoh daerah Sumedang, kampung siabah. Meskipun mungkin hanya 1 tahun 2 kali atau 1 kali pulang kampung, seolah tidak ada perubahan yang signifikan dari pembangunan daerahnya, bahkan cenderung menurun sama sekali. Jalan jelek dimana-mana. Masyarakat yang melewatinya hanya menggerutu tiap hari karena jalan yang dilalui sangat jelek sekali. Kata orang saking jeleknya seolah tidak ada pilihan untuk melaluinya dengan nyaman. Dan anehnya pemimpinnya dipilih 2 kali berturut-turut menjadi bupati, padahal berasal dari daerah lain, dan komunitas yang memilihnya juga kadang menggerutu seolah mereka tidak sadar bahwa mereka sendiri punya andil dalam jalan yang rusak itu, karena mereka memilih pemimpinnya tersebut. dan anehnya lagi ketika mereka sering menyalahkan politisi dari partai lain, padahal mereka tidak memilih partai tersebut.
Dari kasus seperti itu seolah kita tidak pernah menyadari bahwa akibat dari ketidakkritisan kita terhadap berbagai masalah sehingga justru kita terjebak pada kekecewaan- demi kekeccewaan yang tiada henti dalam seumur hidup.
Mengapa hal ini bbisa terjadi? Hal ini diakibatkan oleh karena sikap skeptis masyarakat yang berlebihan terhadap dunia politik. Jika setiap orang sunda sudah skeptis terhadap dunia politis, maka keterwakilan dalam bidang politik akan jatuh ke pihak lain, dari daerah lain, yang justru akan lebih parah lagi, karena komitmen terhadap daerah pemilihnya yang tidak ada.
Jadi intinya, kita harus menyadari kekeliruan kita dalam memahami berbagai masalah, karena jika kita meninggalkanpun bukan berarti tidak ada sama sekali, justru akan mengakibatkan dengan muudahnya pihak lain menguasai daerah kita dengan semena-mena.
Jadi kepada para pemuda sunda yang punya komitment terhada daerahnya sendiri, mempunyai cukup kecerdasan dalam memimpin, mempunyai kecerdasan dalam ilmu pengetahuan, dan mempunyai sedikit kekayaan, mulailah dari sekarang bangun keperayaan-kepercayaan itu untuk membuat suatu komitmen membangun daerahnya sendiri. Karna kitalah sebenarnya yang mempunyai suatu tanggung jawab yang besar untuk mebangun daerahnya sendiri. Mulai sekaranglah, bangun jiwa petuallang, jiwa siap kalah, jiwa siap menang, jiwa inovasi, jiwa kreasi, untuk membangun celah baru dalam usaha memajukan wlayahnya sendiri. karena semua komitmen itu harus dibangun, kepercayaan itu harus mulai dipulihkan, dan pemahaman masyarakat juuga harus muai dirubah sedikit-demi sedikit.
Politik itu bukan sesuatu hal yang haram. jika ada yang mengharamkan berarti orang itu tidak punya kemauan atau punya maksud tertentu untuk kita supaya tetap bodoh, supaya kita tetap tidak mengerti. Politik itu adalah seni dalam mengambil kebijakan. Untuk membuat suatu kebijakan berarti kita harus memimpin. Dan jika kita tinggalkan pun maka kekosongan itu akan diisi oleh orang-orang yang tidak bertangggung jawab, tidak mempunyai komitmen tterhadap pembangunan daerahnya, sehingga akhirnya kecewa dan kecewa.
Skeptis adalah suatu sikap yang banyak menyalahkan orang lain, terutama karena pemahaman yang beda, atau karena akibat kekecewaan-kekecewaan yang berkelanjutan. Orang-orang skeptis sebenarya adalah orang yang telah menilai dirinya dengan kemampuan maksimal dirinya, seolah pemahaman dirinya terhadap sesuatu telah final adanya. Karena itu sering menyalahkan orang lain atau ikut-ikutan dalam membuat opini dalam menyalahkan orang lain. Bukan mengkaji tapi lebih kepada ikut-ikutan opini orang lain, pemeritah atau mainstream pemikiran yang dominan.
Komitmen hars mulai dibangun, pragmatisme bukan suatu cara untuk membangun. Karena hampir setiap orang yang terpilih menjadi anggota DPR atau DPRD misalnya adalah mereka orang yang belum siap secara mental, atau secara ilmu pengetahuan. Karena hal tersebut harus dibangun bertahun-tahun. dan jikapun yang kita pilih memenangkan dalam pemilu, belum tentu bisa membantu kita dalam mengatasi permasalahan hidup, karena kebanyakan orang yang kita pilih hanya mengandalkan uang, terkenal dan lain sebagainya, bukan kepada komitmen membangun daerahnya.
Jadi siabah hanya ingin mengajak kepada kaum muda urang sunda, supaya mulai membangun jiwa petualang. Untuk membangun daerah sendiri juga perlu membandingkan dengan daerah lain. Jadi mumpung masih muda bangunlah jiwa petualang, bangunlah jiwa pernantau, tetapi mempunyai cita-cita untuk kembali ke daerahnya, mulailah menggkaji dan bangun diskusi diskusi politik yang mencerahkan, bukan mengarahkan pada pemahaman yang memaksakan. Dan bangulah pusat-pusat ekonomi masyarakat supaya mereka lebih merasakan bahwa mereka merasa diuntungkan oleh keberadaan kita.
Gbr. Selamat Datang di Sumedang Kota Jalan berlubang (suatu sindiran yang cerdas dari sipembuat gambar,
terhadap realitas daerahnya (gbr diambil dari FB statusdee kiswaya))
By. Adeng Lukmantara
\\
Tidak ada komentar:
Posting Komentar