NYUNDA,
NYANTRI, NYAKOLA
Kata
Pengantar
Bab I
Pendahuluan
Bab
II Nyunda
Bab
II Nyantri
Bab
IV Nyakola
Bab V
Mengenal Sejarah Sunda
Bab VI
Islam di Tanah Sunda
Bab VII Mengenal Sejarah Ilmu Pengetahuan dan Tekhnologi Di tanah Sunda
Bab VII Mengenal Sejarah Ilmu Pengetahuan dan Tekhnologi Di tanah Sunda
Bab VIII Mengenal Produk Hasil Budaya
Bab IX Sunda Kiwari Suatu Potensi
Bab X Penutup
Kata
pengantar
Spirit Nyunda, Nyantri dan Nyakola mulai ramai
diperbincangkan ketika Walikota Bandung, Ridwan Kamil menulis dalam statusnya
di Facebook, yang mengungkapkan nasehat kakeknya, yaitu harus mempertahankan 3
N ( Nyunda, Nyantri dan Nyakola). Padahal spirit Nyunda, Nyantri dan Nyakola ini telah
menjadi moto atau spirit dari organisasi Paguyuban Pasundan, yang telah berdiri
diawal abad ke-20 M.
Meskipun wacana ini mulai bergaung lagi, tetapi orang
masih bingung apa dan harus bagaimana supaya sesuai dengan konsep 3 N tersebut.
Apakah istilah sunda itu dicirikan hanya dengan memakai iket dikepala atau
memakai pakaian kebaya atau baju komprang.
Dengan demikian melalui tulisan ini semoga membawa
mamfaat yang besar. Setidaknya menggali kembali tradisi sunda yang hilang.
Karena bagaimanapun, tradisi yang dibangun ratusan tahun seolah telah
terputus dari generasinya yang baru.
Daripada merenungi tidak adanya pemimpin atau minimnya
pemimpin nasional dari dari kalangan kita seperti yang dikeluhkan
oleh orang orang yang prustasi tapi malas, mending kita mempersiapkan diri untuk
mencetak, mendidik dan mempersiapkan pemimpin masa depan yang berkualitas
Tulisan ini belum selesai dn masih dalm suatu proses
yang panjang. Karena itu ada peibahasa "Tiada gading yang tak retak".
Tulisan ini jauh daripada sempurna. Tetapi, ini merupakan awal dari suatu
pencarian, jika tidak dimulai dan oleh siapa. Jadi kapan lagi.
Sebagai orang yang dilahirkan di Sumedang. Saya
teringat akan perkataan Prabu Tajimalela selepas dari pertapaannya. Prabu
Tajimalelal berkata: “Insun medal insun madangan”. Yang artinya saya dilahirkan
saya menerangi / mencerahkan. Jadi intinya kita dilahirkan sebenarnya untuk
mencerahkan masyarakat sekitarnya. Dan sebagai seorang muslim kita mengenal
tokoh pencerah alam semesta, Nabi Muhammad SAW, pembawa risalah Islam.
BAB I
PENDAHULUAN
Pernyataan Walikota Bandung tentang nasehat kakeknya
terhadap dirinya agar tetap mempertahankan spirit orang Sunda dalam menghadapi
tantangan ke depan harus tetap berkomitmen terhadap apa yang dikatakan dengan
kata 3-N, yang merupakan singkatan dari kata Nyunda, Nyantri, Nyakola.
Nyunda secara global dapat diartikan sebagai suatu
istilah untuk menyatakan identitas kesundaan dalam konteks kehidupan,
berbudaya, berperilaku dan lainnya, yang merupakan identitas tersendiri dari
suatu bangsa. Istilah Nyantri secara umum merupakan suatu istilah bahwa dalam
menjalani kehidupan harus tetap dibarengi oleh spirit keagamaan (agama Islam).
Islam merupakan identitas urang sunda, karena hampir 100 persen urang Sunda
beragama Islam. Sedang Nyakola berarti berwawasan intelektual. Jadi urang Sunda
dalam menjalani kehidupannya harus dibarengi dengan semangat ingin belajar
dan memajukan ilmu pengetahuan.
Istilah Nyunda, Nyantri dan Nyakola merupakan suatu
proses, karena istilah ketiga tersebut juga adalah suatu proses untuk menjadi
orang sunda, yang selalu dibarengi dengan spirit keagamaan dan juga ilmu
pengetahuan. Nyunda berarti suatu proses belajar untuk menjadi orang
sunda. Nyantri berarti suatu proses untuk belajar keagamaan dan upaya menjalankan
keagamaan dalam konteks kehidupan. Nyakola merupakan suatu proses pembelajaran
secara berjenjang, sebagai suatu upaya bahwa segala tindakan dan perilaku kita
harus bisa dipertanggung jawabkan secara ilmu pengetahuan, berdasar pengetahuan
dan ada pembelajaran untuk generasi berikutnya.
1)
Walikota Bandung, Ridwal Kamil telah menggugah nasehat kakeknya dalam statusnya
di media sosial Facebook, tentang pentingnya memepertahankan spirit: Nyunda,
Nyantri dan Nyakola.
2)Istilah
Nyunda, Nyantri dan Nyakola dapat diartikan juga, bahwa Nyunda adalah
suatu identitas bangsa, Nyantri diartikan sebagai religius, dan Nyakola
diartikan dalam konteks berwawasan inteltual atau berdasar ilmu pengetahuan.
Jadi urang Sunda itu harus punya komitmen kesundaan, yang religius dan
berwawasan intelektual.
BAB II
NYUNDA
A. Nyunda Dalam Suatu Istilah
Nyunda berasal dari kata sunda dengan awalan Ny, yang
berarti sesuai dengan Sunda. Jika dikaitkan dengan tingkah laku masyarakatnya,
nyunda dapat diartikan bahwa perbuatan atau tingkah laku seseorang atau
masyarakat sesuai dengan budaya sunda atau sesuai dengan tradisi sunda. Dan
memang istilah nyunda lebih mengarah pada seseorang yang tingkah lakunya sesuai
dengan budaya sunda / tradisi sunda.
Ridwan Kamil ketika menjadi walikota Bandung membuat
suatu kebijakan yang bernama Rebo Nyunda. Dimana pada hari itu (hari Rabu)
para pegawai negeri sipil diwajibkan memakai pakaian khas Sunda.
Disamping sang walikota pada hari itu juga sang walikota mengimbau untuk
menggunakan bahasa sunda untuk berkomunikasi dengan orang lain. Rebo nyunda ini
mulai diberlakukan pada 6 November 2013. Hal ini merupakan implementasi
dari Peraturan Daerah (Perda) kota Bandung Nomor 9 Tahun 2012 pasal
10 ayat 1b yang menyebutkan bahwa setiap hari Rabu ditetapkan sebagai
hari berbahasa Sunda dalam semua kegiatan Pendidikan,
Pemerintahan dan kemasyarakatan.
Rebo Nyunda ini menurutnya bertujuan untuk
melestarikan budaya sunda sebagai salah satu budaya lokal yang berkembang di
tatar sunda. Rebo Nyunda ini kemudian dikuti oleh daerah lain,di tatar
Sunda seperti Garut, kemudian Bogor yang memberlakukan Rebo nyunda pada
November 2014. Cianjur juga memberlakukan yang sama..
Para pegawai negeri sipil setiaphari rabu diwajibkan
memakai atribut kesundaan, dan memakai bahasa sunda dalam beraktifitas dan
melyani masyarakat. Atribut yang biasa digunakan oleh laki laki terdiri dari
celana hitam dan baju hitam yang dikenal dengan baju kampret. Hal ini mirip
dengan pakaian pencak silat, tetapi agak resmi. Dengan kepala memakai iket
sepereti para pendekar silat.
B. Nyunda Dalam Suatu Proses
Nyunda disini bukan diartikan sebagai hanya memakai
atribut pakaian Sunda dan juga bahasa sunda. Juga lebih dari itu yaitu berusaha
mengimplementasikan budaya budaya sunda yang luhur dalam keseharian. Segala
pemakaian atribut akan bernilai absurb jika tidak ada upaya untuk memahami
kebudayaan dari budaya sunda itu sendiri. Karena itu disamping yang atribut
yang nampak, juga harus dibarengi membangkitkan kembali nilai nilai budaya
sunda itu sendiri...
Nyunda dalam arti proses berarti suatu upaya
pengkajiam yang terus menerus mencari dan meneliti budaya sunda dari masa ke
masa, dalam upaya mencari bahan pijakan untuk melangkah ke depan.
Produk budaya sunda dewasa ini dalam arti proses, dianggap
bukan sebagai cerminan asli budaya sunda egaliter. Penjajahan ratusan tahun
setidaknya telah menghilangkan begitu banyak hasil budaya dari peradaban yang
telah dibuat ratusan tahun. Sehingga seolah kiat masih meraba raba, apakah
budaya sunda sekarang merupakan cerminan asli budaya sunda yang dibangun oleh
nenek moyang kita selama ratusan tahun. Atau merupakan produk budaya bangsa
terjajah selama ratusan tahun, sehingga menghilangkan sikap egaliter..
C. Konsep Konsep Sunda Yang Mencerahkan
C. Konsep Konsep Sunda Yang Mencerahkan
Seperti yang sudah diungkapkan diatas, bahwa nyunda
berasal dari kata Sunda. Sunda pada awalnya merupakan nama ibukota,
tetapi kemudian menjadi nama negara , nama bahasa dan sekarang nama bangsa.
Nenenk moyang urang sunda dalam membangun
masyarakatnya dibangun dalam konsep yang mencerahkan. Dalam peradaban
sunda klasik, kita akan menemukan suatu konsep konsep-pencerahan yang sangat
menakjubkan, yang justru telah banyak ditinggalkan oleh masyarakat sunda kini.
Masyarakat kita kini telah begitu lama meninggalkan
akar budaya, dan terjebak menjadi pengekor yang penurut mengikuti irama
kaki-kaki didepannya. Dan peran sebagai pengekor tetap dinikmati dan
dipertahankan. Seolah hidup dibiarkan mengalir tanpa upaya-upaya memamfaatkan
potensi yang sebenarnya sangat menjanjikan. Menjadi bangsa pengekor
(bangsa buntut) mengikuti doktrin-doktrin yang sebenarnya sangat bertentangan
dengan tradisi sunda, karena telah mengalami pembenaran-pembenaran.
Diantara konsep konsep mencerahkan yang telah oleh
nenek moyang urang sunda antara lain:
1. Orang Sunda itu tidak Mengenal
Konsep"Meneng" (Diam)
Nenek moyang orang sunda ternyata telah memberikan
suatu doktrin doktrin yang sangat anti terhadap konsep diam, seperti orang
bertapa. Hal ini diungkapkan dalam naskah Carita Parahiyangan. Hal ini
diceritakan diawal naskah tersebut yang berkaitan dengan sejarah raja raja di
Galuh. dalam naskah tersebut diceritakan seorang resi yang alim, ahli dalam
bertapa, tetapi di kritik oleh sepasang burung yang bernama si Uwur uwur.
Ia dikritik oleh betina dari burung itu, yang katanya sang resi hanya diam
saja, dan akan celaka jika tidak mempunyai keturunan.
Jadi dalam tradisi sunda kesempurnaan itu bukan di
dapat hanya dari bertapa berdiam diri. Tetapi melalui suatu itikad dan usaha
dalam kehidupan realitas. Dunia realitas banyak memberi peluang, membangun
rumah tangga untuk mendapatkan keturunan, mencari rizki, dan segala
resiko yang harus dihadapi, itu merupakan suatu realitas hidup yang harus
dihadapi. Jadi inti kesmpurnaan orang sunda tidak pernah mengenal kata meneng
atau diam atau hanya bertapa. Tetapi yang sempurna adalah orang yang berproses
dalam dunia realitas.
Seperti halnya dalam kisah, bahwa nanti anaknya
menjadi istri dari Wretikandayun, sang pendiri dari kerajaan Galuh. Dan
nantinya melahirkan raja raja besar di tanah sunda, yang bergelar rahiyang.
Karena itu justru turunan sang pertapa yang mengambil dunia realitas dan
meninggalkan pertapaannya, nantinya melahirkan para rahiyang, raja raja sunda
dikemudian hari.
2. Idealisme Penamaan Nama negara, ibukota atau Suatu
tempat
a. Sunda
Sunda berarti suci, murni atau puritan. Dalam sejarah
nama sunda pertama kali diproklamirkan atau diperkenalkan oleh Maharaja
Purnawarman dari Kerajaan Tarumanagara, untuk menamai nama ibukotanya yang
baru, Sundapura, yang berarti kota suci (pura yang suci).
Jadi dengan menamai Sunda untuk ibukotanya ini,
mungkin purnawarman, ingin membuat identifikasi yang jelas dan tegas tentang
orientasinya ke depan, yaitu kesucian, kemurnian atau puritan, atau bisa juga
diartikan sebagai golongan putih. Bagaimanapun penamaan mencerminkan suatu
idealisme seseorang. Purnawarman adalah seorang maharaja besar, yang banyak
membangun pusat-pusat peradaban, membangun sarana-sarana infrastruktur seperti
jalan atau waktu itu sungai merupakan saranan lalulintas yang efektif. Maka ia
membangun terusan-terusan, irigasi dan lain sebagainya dalam rangka memakmurkan
bangsanya, dan itu tercatat dalam sejarah.
Sunda, berarti suci, putih, murni atau puritan
merupakan corak yang dicita-citakan Purnawarman. Jadi kemurnian , kesucian atau
puritanisme adalah cita-cita yang hendak dibangun oleh pendirinya.
b. Galuh
Ketika Wretikandayun menjadi pewaris tahta kerajaan
Kendan, yang merupakan negara bagian Tarumanagara, maka ia kemudian
membangun sebuah ibukota baru yang akan menjadi pusat pemerintahan, Sang
Wretikandayun manamainya dengan nama Galuh. Galuh adalah suatu kata yang
berarti permata. Jadi disini Wretikandayun sang pendiri galuh, adalah seorang
idealis. Dengan menamainya Galuh mengindikasikan tentang cita-citanya yang
luhur yaitu membangun permata, permata kehidupan, permata dunia, sehingga orang
selalu akan mengaguminya, atau membangun permata peradaban sehingga akan selalu
dikenang oleh generasi berikutnya, karena dia telah meletakan kerangka yang
baik, yaitu permata (galuh).
Karena itu tokoh-tokoh Galuh tempo dulu merupakan
permata-permata seorang ksatria sunda, seperti Ciung Wanara, Aki Balangantrang,
merupakan percik-percik sejarah sunda yang penuh dengan pelajaran tentang
ksatria, dan strategi disamping tetap menjunjung tinggi persaudaraan. Tidak
hanya itu, cerita Lutung Kasarung juga berlatar sejarah Galuh.
c. Pakuan
Pakuan berasal dari kata Paku, yang berarti
kokoh, berdiri kokoh, anceug, teguh, dan arti yang lain yang berhubungan dengan
kekuatan dan keteguhan. Pakuan adalah nama Ibukota kerajaan Sunda, yang sering
disambung dengan nama Pajajaran (karena berjajar). Jika paku berjajar
maka akan menjadi kekuatan yang amat kokoh. Nama yang sepadan dengan paku
sering juga digunakan sebagai nama raja-raja sunda, seperti Prabu Susuk
tunggal. Nama susuk tunggal fungsinya sama dengan paku. Hal ini mengindikasikan
bahwa pendiri ibukota Sunda,, adalah seorang idealis yang menginginkan
keteguhan dalam prinsip. Sehingga dalam sejarah, kerajaan Sunda adalah kerajaan
yang paling teguh dan paling lama berkuasa di tanah jawa, dengan sistem yang
paling baik.
d. Sumedang
Sumedang berasal dari kata 'insun medal
insun madangan' (saya dilahirkan saya menerangi), merupakan ungkapan yang
sangat mencerahkan, yang dilontarkan oleh Prabu Tajimalela, ketika dia selesai
bertapa. Prabu Tajimalela adalah putra Prabu Aji Putih. Prabu Tajimalela ini
dianggap sebagai pendiri kerajaan Sumedang Larang yang sebenarnyya.
Pada awalnya Prabu Aji Putih mendapat restu dari Prabu
Suryadewata untuk membangun suatu kerajaan keagamaan (kabuyutan) yang ia namai
dengan nama Tembong Ageung (kelihatan besar). Prabu Aji Putih merupakan seorang
idealis yang menginginkan generasi penerusnya akan menampakan diri menjadi
bangsa yang besar, sehingga ia namai tembong ageung (kelihatan besar).
Dan ketika Prabu tajimalela berkuasa, setelah ia
kembali dari pertapaanya, dan ia berkata 'insun medal insun madangan' , maka
setelah itu nama kerajaan tembong ageung menjadi sumedang larang yang berasal
dari "inSUN MEdal insun maDANGan' (saya dilahirkan saya menerangi) yang
berarti pula 'saya dilahirkan saya mencerahkan'.
Dengan demikian Prabu Tajimalela lebih ingiin
mengokohkan peranannya dalam kehidupan,(eksistensi sunda dalam kehidupan) bahwa
kita dilahirkan mempunyai suatu tugas yang sangat mulia yang itu menerangi atau
mencerahkan manusia. Mencerahkan berarti menjadikan agar orang lain itu menjadi
manusia2 yang cerdas dan pinter, sehingga dengan kecerdasannya maka akan diraih
suatu kemakmuran dan kesejahteraan. Pencerahan juga berarti, jangan membiarkan
orang lain hidup dalam kebodohan, hidup dalam kezumudan. Karena kebodohan
adalah sumber utama dari segala malapetaka dan kemiskinan.. Ada idiom, orang
bodoh pasti miskin....
2. Dari Kosa Kata
a. . Rancage
Dulu orang tua sering mengajari bahwa hidup itu harus
rancage. Yang menjadi pertanyaan adalah apa arti 'rancage' itu, sehingga tokoh
besar sunda, Ayip Rosidi, menamai piagam atau penghargaan yang bernama
"Rancage" bagi orang yang berprestasi dalam hal kebudayaan.
Rancage adalah kosa kata Sunda yang sangat
dinamis, yang berarti menuju ke tingkatan yang lebih tinggi (lebih baik).
Seperti kita ketahui, dalam proses perjalanan manusia, ada tahapan untuk bisa
berdiri tegak, jalan dan lari. Untuk bisa berjalan dikala kecil harus diajari
berjalan selangkah demi selangkah, kemudian nantinya bisa berjalan sendiri dan
kemudian lari. Contoh lain adalah dalam pencapaian ilmu, untuk menuju ke
tahapan yang lebih tinggi, kita harus mengalami tahapan-tahapan pendidikan, dari
SD, SMP, SMA dan perguruan tinggi.
Dengan demikian arti rancage disini berarti suatu
proses atau tahapan atau upaya-upaya menjadi manusia yang lebih baik, (derajat
lebih tinggi) dalam semua aspek kehidupan. Rancage adalah konsep otimistis dan
konsep dinamisasi manusia sunda bahwa kita menjalani hidup harus tetap
berproses secara bertahap menuju yang lebih baik.
Dan dalam bahasa sehari hari kata rancage sering
diidentikan dengan kata "tanginas, rancingeus, cakep, rea kabisa,
kreatif", suatu kata yang dinamis yang tidak puas dengan apa yang dicapai
sekarang, dan berusaha terus untuk mencapai yang lebih baik.
b. Motekar
Dulu orang tua selalu menasehati “ jadi jeuleuma teh
kudu motekar” (jadi orang itu harus motekar. Dalam bahasa sunda motekar berarti
“ Ngalampahkeun rupa rupa usaha pikeun nambahan kanyaho atawa pikeun
ngomean nasib” (berusaha dengan berbagai cara / metode untuk menambah ilmu
pengetahuan atau mengubah nasib).
Jadi nenek moyang sunda telah memberi gambaran yang
jelas tentang suatu usaha atau metode dalam mencapai suatu tujuan itu, tidak
hanya dengan satu cara saja, tetapi harus menggunakan berbegai metode atau
cara. Tentu hal ini dengan menggunakan cara car yang positip, karena dalam
tradisi sunda bentul ideal adalah kebenaran, yang berasal dari kata sunda itu
sendiri yang berarti suci atau kesucian.
3. Dari Peribahasa
a. "Lamun hayang ngakeul kudu ngakal"
Dalam konsep Sunda untuk mendapatkan nafkah tidak
langsung berkata harus kerja, tapi harus ngakal, yang berarti harus menggunakan
akal. Suatu konsep yang intinya bahwa dalam mencari nafkah harus
menggunakan ilmu pengetahuan.
Kerja biasanya diidentikan dengan hanya penggunaan
otot atau fisik. Jadi nenek moyang Sunda tempo dulu mengajarkan kepada
generasi sesudahanya agar dalam mencari nafkah itu harus mengedepankan ilmu
pengetahuan.
'Lamun hayang ngakeul kudu ngakal" artinya kalau
mau 'ngakeul' harus menggunakan akal". Ngakeul adalah proses pasca
penanakan nasi yang akan disajikan. Orang sunda tempo dulu (dan hingga kini
dikampung) ketika nasi telah selesai ditanak, dan akan disajikan, harus
mengalami suatu proses yang disebut ngakeul, yaitu nasi yang sudah mateng dari
dandangan diolah supaya 'pulen' dengan menghilangkan unsur-unsur asap dalam
nasi, yaitu dimasukan pada suatu tempat yang disebut dulang, dan diaduk-aduk
dan dikipasi dengan kipas yang dinamai hihid. Jadi ngakeul adalah proses panca
penanakan dan pengolahan nasi agar 'pulen' dalam penghidangan.
Sedang ngakal adalah penggunaan akal. Jadi sebenarnya
konsep mencari nafkah yang ingin diajarkan oleh nenek moyang sunda sangatlah
ideal, gunakan akalmu. Karena dengan akal banyak sekali cara yang bisa
dilakukan, tidak hanya menggunakan otot saja, tetapi melalui metode atau
tekhnik yang benar. Buah akal adalah pikiran dan strategi. Dengan menggunakan
pikiran dan strategi maka akan mudahlah mencari nafkah.
Nah inilah sebenarnya yang banyak ditinggalkan oleh
orang sunda kini. Penjajahan yang lama membuat semua potensi akal tertutupi
bahkan ditutupi. Ketakutan yang berlebihan membuat manusia-manusia sunda kurang
kreatif. Padahal nenek moyang sunda mengajarkan sangat ideal bagi pencapaian
derajat manusia yang sangat mumpuni, tapi sekarang banyak ditinggalkan, karena
mencari nafkah cenderung hanya menggunakan otot, dan kebiasaan turun temurun
bangsa terjajah, taklid, jumud dan tidak kreatif.
Jadi intinya, nenek moyang sunda tempo dulu
menginginkan generasi berikutnya menjadi manusia-manusia profesional, yang
menggunakan akalnya. Profesi itu banyak sekali, bisa sebagai pengajar, bisa
sebagai penulis buku, bisa sebagai penyair atau pengarang, tani,
dipabrik-pabrik dan lain-lain.
Jadi sangat sayang dan mungkin sangat kita
kasihani jika banyak orang sunda yang mempunyai profesi sebagai buruh kasar,
dengan gaji tidak seberapa, dan hak-haknya juga biasanya jarang diperhatikan
baik oleh pemerintah maupun pengusaha karena memang mereka lemah dan tidak
berdaya. Harusnya hal demikian bagi manusia sunda itu tidak diharapkan oleh
para pendirinya, karena sunda sendiri merupakan daerah parahiyangan, yang
merupakan turunan-turunan rahiyang. Bukan berarti menjadi buruh tidak boleh,
tapi kita harus kasihan,....dan ini merupakan tugas dari para pemimpinnya,
meskipun hal yang demikian sangat sulit, dan yang paling mungkin adalah
merevolusi diri, jangan biarkan diri berada dalam kebodohan dan selalu
mempertahankan kebodohan, konon orang bodaoh itu lebih sombong karena
ketidaktahuannya. Karena kebodohan merupakan sumber malapetaka awal manusia.
Orang bodoh itu pasti miskin, dan orang miskin belum tentu bodoh.
Perbanyak membaca, perbanyak membaca, cari tahu yang
tidak tahu, dan cara-cara lain agar kita meningkat pengetahuannya. Karena
dengan pengetahuan adalah kesempatan, kesempatan awal untuk memulai menjadi
manusia kompetitor, yang siap memenangkan persaingan. Meskipun persaingan bukan
tujuan, tapi di dunia ini akan selalu bersaing, dan dengan pengetahuan kita
akan selalu siap bersaing.
BAB III
NYANTRI
A. Istilah Nyantri Dalam Suatu Definisi
Istilah nyantri dari suku kata asalnya santri. Istilah nyantri dalam suatu definisi berarti sesuai
dengan santri. Sedang santri merupakan suatu istilah untuk seseorang yang
sedang belajar di pondok pesantren. Dan Istilah nyantri menurut sejarah
adalah sebutan bagi orang orang yang mematuhi atau menjalankan perintah agama
Islam. Atau bagi mereka yang tingkah lakunya selalu berdasar kepada agama
Islam.
Istilah santri telah
menjadi suatu nama julukan dari seorang pemimpin atau raja dari sumedang
Larang, yaitu Pangeran Santri. Pangeran santri adalah julukan dari pangeran
Kusumah Dinata, yang berasal dari didikan pesantren yang menikah dengan Ratu
Pucuk Umun Sumedang Larang. Dari pernikahannya kemudian lahir salah seorang
pemimpin besar dari Sumedang Larang yang bernama Prabu Geusan Ulun. Prabu Geusan
Ulun inilah dalam sejarah dianggap sebagai penerus Raja Pajajaran yang sudah
hancur karena serangan Banten tahun 1579 M.
Prabu Geusan Ulun menjadi raja Pajajaran dengan
kekuasaan di Eks kerajaan pajajaran selain yang dikuasai oleh Cirebon dan
Banten, karena dianugrahi mahkota kerajaan Pajajaran yang diselamatkan oleh 4
Kandaga Lante (senopati utama) Pajajaran dari serangan Banten..
B. Mengenal Konsep Sunda Tradisi Dalam Beragama
1.. Konsep Monotheisme dalam Peradaban Sunda
Sebelum agama Islam masuk ke tanah sunda dengan
konsep monotheismenya, menurut para ahli dalam tradisi sunda klasik dalam
kebudayaannya juga telah mempunyai konsep monotheisme. Jadi ketika Islam masuk
seolah telah dipersiapkan jalan yang begitu lebar untuk menuju sistem monotheisme
dalam Islam.
Meskipun dalam sejarah bahwa agama Hindu dan Budha di
tanah sunda menjadi agama resmi dan menjadi agama raja raja, tetapi masyarakat
umum masih berpegang teguh pada ajarannya. Karena itu konsep dewa dalam tradisi
sunda nyaris tidak dikenal. Dan tingkatan kelas kelas kasta yang ada dalam
tradisi Hindupun seolah tidak ada bekasnya. Karena kepercayaan terhadap Hindu
tidak begitu kuat.
Tentang mengapa dalam tradisi sunda tidak banyak
didapati candi candi, meskipun di akhir tahun 1980-an mulai ditemukan candi
candi di sekitar Karawang, seperti di Batujaya dan Cibuaya dan merupakan
penemuan terbesar Candi candi di abad 20 M.
Sebenarnya bukan tidak ditemukan, tetapi mungkin
belum. Hal ini karena mungkin peneyelidikan yang belum maksimal, atau terlalu
cepat mengambil kesimpulan karena prustasi. . Dengan penemuan komplek candi
batujaya di era tahun 1990-an , yang dianggap merupakan penemuan candi terbesar
di zamannya. Hal ini menandai babak baru anggapan bahwa candi juga
ditemukan di tataran sunda. Tetapi hal ini belum begitu dominan. Karena
kebanyakan yang ditemukan di tataran sunda adalah jenis yang berkaitan dengan
simbol simbol kepercayaan tradisi yang dianggap lebih monotheistik.
2. Konsep Demokratis Egaliter
Dalam tradisi sunda dari awal sudah mengakui bahwa
manusia itu sederajat. Makanya meskipun raja raja sunda kebanyakan menganut
agama Hindu, tetapi konsep kelas kelas / tingkatan tingkatan kasta yang
ada dalam masyarakat Hindu tidak pernah mendapat tempat di tanah sunda ini.
Jadi orang sunda dalam tradisinya lebih
demokratis egaliter. Hal ini sangat berbeda dengan tradisi Jawa yang hierarkis
Feodal dengan konsep kaula gustinya.
Dalam sistem pemerintahanpun kerajaan sunda lebih
mengarah kepada negara federal. Setiap negara mempunyai kekuasaan masing masing
dan bersifat independen. Tetapi mereka tetap setia menginduk kepada
kerajaan Sunda. Hal ini dapat dilihat dari gelar Prabu. Gelar prabu merupakan
gelar raja, yang dipakai hampir di tiap kerajaan dibawahnya.
BAB IV
NYAKOLA
A. Nyakola Dalam Suatu Definisi / Istilah
Nyakola berasal dari kata dasar Sakola (sekolah).
Seperti halnya kata nyunda dan nyantri, nyakola berarti seperti orang yang bersekolah.
Sakola adalah nama untuk Sekolah dalam bahasa sunda.
Sedangkan nyakola adalah orang yang bersekolah tetapi dalam arti khusus lebih mengarah kepada seseorang yang tingkah lakunya
seperti orang sekolahan atau terpelajar atau intelek, meskipun ia sendiri sekola formilnya
rendah.
Nyakola disini bisa berarti intelek atau berdasar ilmu
pengetahuan atau berpendidikan. Dalam istilah sunda ada suatu sindiran “Teu
Nyakola pisan jeuleuma teh” atau “Teu nyakola pisan maneh mah”. Yang artinya orang tersebut sangat bodoh atau kurang terpelajar.
B. Konsep Akal Dalam Tradisi Sunda
Yang paling hebat yang diwariskan oleh nenek moyang Sunda adalah konsep
akal, yang jarang ditemui dalam masyarakat lain. Karena itu mengapa nyakola seolah menjadi suatu kebutuhan bagi masyarakat sunda. Mungkin hal ini di karenakan karena konsep akal dalam tradisi sunda.
Ada suatu peribahasa dalam bahasa sunda yang berbunyi
“Lamun hayang ngakeul kudu ngakal”.
Ngakeul adalah suatu proses akhir dalam menanak nasi supaya menjadi pulen yang
dilakukan dalam suatu media yang dinamakan dulang. Nasi diakeul tersebut
akan mempunyai rasa yang enak dan juga gurih, dalam istilah sunda disebut
puleun.
Peribahasa tersebut dapat diartikan bahwa bagi
masyarakat sunda, kalau mau makan (mencari nafkah) gunakan akal. Jadi bukan
hanya bekerja tapi gunakan akal. Keberadaan akal sering diidentifikasikan
berada dalam otak manusia. Jadi ada orang yang berkata bahwa menggunakan akal
sama dengan menggunakan otak. Jadi sebenarnya ada korelasi antara kerja dengan akal.
Kita mengenal suatu istilah bahwa kerja itu harus kerja dengan cerdas (kerja
cerdas) bukan hanya kerja, tetapi tidak terkonsep, tidak berilmu, sehingga yang
di dapat mungkin hanya kebutuhan pokok saja. Tetapi dengan kerja yang cerdas
akan memebrikan banyak peluang peluang untuk kesejahteraan baik dirinya maupun
masyarakat sekitarnya. Dalam istilah sunda kerja yang tidak pakai akal di sebut
dengan kerja dengan okol, suatu kerja yang tidak terkonsep.
Jadi intinya dalam konsep dasar urang sunda sebenarnya
dalam mencari nafkah harus banyak menggunakan akal, atau memfungsikan kerja
otak manusia. Orang terkaya. Atau orang tersukses di dunia sebenarnya adalah
orang orang yang memfungsikan otak manusia dengan oftimal. Sampai sekarang
orang terkaya di dunia dikuasai oleh orang orang yang cerdas. Seperti Bill
Gates pemilik microsoft dan lain lain.
Jadi banyak orang mengeluhkan bahwa kita kerja dari
subuh sampai malem, yang didapat hanyalah mendapat sesuap nasi atau hanya untuk
memenuhi kebutuhan keluarga (puluhan ribu). Sedangkan orang semaacam Bill Gates
dan orang orang yang menggunakan keahliannya mendapat jutaan dalam satu detik.
Jadi disinilah perbedaan kerja biasa dengan kerja menggunakan akal, perbedaan
kerja okol dengan kerja cerdas. Jadi konsep inilah sebenarnya yang banyak
dilupakan oleh urang sunda generasi sekarang, masih jarang menggunakan konsep
akal dalam bekerja.
Akal adalah cara kerja otak. Untuk bisa menggunakan
akal atau kerja otak yang maksimal atau oftimal, harus melalui suatu proses
pendidikan yang berjenjang, dari dasar, menengah hingga ahli. Nah proses
pendidikan itu adalah sekolah. Orang yang bersekolah yang sering menggunakan
akalnya atau intelektualnya dalam bahasa sunda disebut nyakola.
Ada peribahasa umum dalam bahasa indonesia yang berbunyi
“ Seperti padi semakin berisi semakin merunduk”. Jadi orang yang berilmu
sebagai produk dari nyakola, semakin tinggi ilmunya maka justru banyak
merendahkan hati. Berbeda dengan padi yang tidak ada isinya yang cenderung
menunjuk ke atas. Jadi orang yang tidak berilmu atau tidak nyakola itu
cenderung sombong, padahal isinya tidak ada. Istilah debat kusir biasa
dilakukan oleh orang orang seperti ini, atau dengan kata lain orang yang tidak
nyakola.
Dan orang yang nyakola itu kepercayaan dirinya sangat
tinggi, tetapi tidak pernah sombong. Jadi bagi mereka kemampuan diri itu sangat
dihormati. Ketergantungan terhadap orang lain minim, sehingga kita bisa
menentukan arah dan opini berpikir kita. Dan tidak akan pernah mnjadi buih
ombak di lautan. Seperti besar, realitasnya tidak punya kekuatan diri yang bisa
menentukan arah hidupnya.
Dan bagi orang yang menggunakan ilmunya atau tinggi
ilmunya tidak akan pernah menyalahkan orang lain. Betul apa yang dikatakan oleh
ulama besar indonesia, Buya hamka, semakin tinggi ilmu sesesorang, semakin
sedikit menyalahkan orang lain.
Dengan konsep akal itu manusia bisa sangat praktis
dalam menjalankan hidupnya.
C. Konsep Orang Pinter Dalam Tradisi Sunda
Dalam konsep orang sunda sebutan kepada orang pinter
mengarah kepada orang yang mempunyai kelebihan dalam bidang akademik.
Berbeda dengan konsep di jawa sebutan bagi orang pinterlebih mengarah kepada
seseorang yang mempunyai kelebihan terhadap hal hal diluar akal, suatu
pengertian lebih mengarah kepada arti dukun.
Disni bukan dalam rangka membandingkan, tetapi
disinilah justru menunjukan penggunaan jenjang pendidikan dan ilmu pengetahuan
sangat dihormati di tanah sunda.
D. Antara Nyakola, Sekolah dan Orang
Bersekolah
Mengapa sekolah dalam arti pendidikan
berjenjang sangat penting sekali. Hal ini karena merupakan standar awal. Karena
itu, mengapa sekolah itu harus berstandar international. Bukan sekolah
berstandar lokal dan selalu membanggakan kekurannganya.
Ilmu pengetahuan adalah netral. Kadang
orang takut terhadap ilmu pengetahuan, karena memang keterbatasannya dalam
menerima ilmu pengetahuan. Atau memang ada gerakan pembodohan dari penguasanya
agar anak bangsanya mudah diatur dan digiring kemana saja sesuai dengan keinginan
sang penguasa.
Seperti diungkap diatas bahwa ilmu
pengetahuan adalah netral. Yang membuat baik dan jahatnya ilmu penegtahuan
adalah orangnya. Jadi mengapa kita jika sudah punya suatu konsep diri yang
bagus, mengapa harus takut terhadap ilmu pengetahuan. Karena dengan ilmu
pengetahuan juga kita bisa mengkonsep atau menemukan jati diri suatu bangsa.
Jadi jika ada orang yang takut terhadap
ilmu pengetahuan, mungkin karena dia picik, atau mungkin juga takut tersaingi.
Atau ada orang yang mengecam ilmu pengetahuan, mungkin juga karena
ketakutannnya akan dominasi dirinya tersaingi. Atau mungkin juga dirinya akan
tidak dihormati. Suatu ketakuatan yang berlebihan.
Bagaimana mungkin suatu bangsa yang
mempunyai konsep jatidiri yag hebat, justru takut terhadap ilmu
pengertahuan.orang yang sering mengecam ilmu penegtahuan, biasanya orang yang
tidak berpengetahuan. Atau setidaknya termasuk orang yang malas. Jadi apa yang
dibanggakan dari suatu bangsa yang mempunyai konsep yang bagus tapi takut
terhadap ilmu penegtahuan atau tidak berilmu pengetahuan. Kemungkinan konsep
yang hebat itu hanya penilaian diri sendiri saja untuk menutupi kebodohan dan
pembodohan yang dilakukannya.
Sunda mempunyai suatu konsep yang bagus
tenang akal, dan penghormatan yang tinggi terhadap ilmu. Karena itu harusnya
kita memberikan jalan yang sangat lebar untuk menunjukan kehebatannya sebagai
manusia sunda. Karena itu pendidikan yang benjenjang (sekolah) harusnya
di dorong dan dibuat kemudahan, sehingga jalannya semakin lebar untuk di rasakan
oleh masyarakatnya.. Suatu kebohongan besar, membanggakan kebesaran tanpa suatu
upaya mendorong masyarakatnya untuk sekolah. Karena itu konsep nyakola itu
sangat penting dan harus dibuat jalan selebar lebarnya,
Untuk membanggakan suatu konsep bangsa
yang besar, tentu harus mempunyai minimal ukuran standar yang sama dalam ilmu
pengetahuan. Karena itu standarisasai pendidikan yang berjenjang harus minimal
sama dengan bangsa bangsa lain di dunia. Karena untuk menepuk dada kita harus
mempunyai standar yang sama dulu, baru bisa tepuk dada dengan busungnya. Tanpa
itu hanya suatu kebohongan belaka, dan kebesaran hanya ada dalam wacana, sedang
dalam realitas adalah nol besar.
Dengan konsep nyakola saja sebenarnya
sudah memberikan jalan yang luas untuk pengembangan ilmu pengetahuan
masyarakatnya. Apalagi ada upaya upaya dari para pempimpin, pembuat kebijakan
politik untuk merealisasikannya. Jadi kloplah apa yang dicita-citakan oleh
nenek moyang kita akan menjadi suatu kenyataan.
Meskipun sekolah berjenjang tidak menjadi
jaminan untuk apa yang dikatakan nyakola. Karena orang yang berpendidikan
sekolah toinggi belum tentu dikatakan nyakola. Karena nyakola itu bersiafat
pada sifat orang yang berilmu. Semakin orang berilmu tinggi semakin rendah
hati. Tetapi hal ini bukan suatu pembenaran bahwa kita tidak usah
bersekolah.Karena sekolah itu penting untuk menilai standar awal.
Nyakola itu bersifat orang
berpendidikan. Untuk mencapai suatu ilmu yang tinggi sebenarnya banyak cara
untuk mendapatkannya. Msaki dengan rajin membaca. Karena ada istilah
bahwa dengan membaca kita sebenarnya telah membuka jendela dunia.
Jadi jangan seperti kebanyakan orang
kita dan mungkin masyarakat sunda mayoritas sekarang ini. Sekolah berjenjang
biasanya menjadi akhir prndidikan dan bukan dalam arti awal cara berpikir.
Karena jika setelah pendidikan tamat maka berakhirlah proses belajar. Buku
dijual atau dibuang, karena sudah tamat sekolah. Sehingga dirumahnya tidak ada
satu bukupun, karena dia telah lulus dalam suatu jenjang pendidikan. Sehingga enggan
membaca buku buku.
Nah yang demikian juga tidak bisa
dikategorikan nyakola. Karena jika sudah menutup proses belajarnya, atau
membaca buku, maka sudah berhentilah kemajuan ilmu pengetahuan orang tersebut.
Dan orang tersebut dikategorikan orang malas, orang yang tidak boleh dijadikan
panutan dalam hidupnya.
Makanya benarlah kata orang. Jika ingin
melihat intelektual seseorang maka lihat yang dibacanya atau koleksi buku di
rumahnya. Semakin banyak buku yang dibacanya, maka semakin tinggi ilmu
pengetahuan orang tersebut. Dan jika tidak mendapati buku bacaan dirumahnya
maka orang tersebut dapat dikategorikan orang yang sudah menutup diri, orang
malas berpikir dan biasanya orang seperti ini akan sombong, dengan
ketidaktahuannya, meskipun dia sudah menmpuh jenjang pendidikan yang tinggi.
Dan yang demikian dalam istilah sunda tidak bisa termasuk dalam istilah
nyakola.
Jadi jika pendidkan kita sarjana maka
jangan menjadi akhir pendidkan. Sehingga setelah lulus tidak pernah
membaca buku lagi.Tidak ada proses belajar. Jadi ketika kita menempuh
pendidikn sarjana harusnya cara awal berpikir. Dengan demikian jika kita sudah
menuntaskan pendidikan sarjana maka justru harus rajin belajar, dan membaca
buku. Karena kita telah memproklamirkan bahwa sarjana adalah awal dari cara
berpikir.
Dan jika kita termasuk dalam lulusan
sekolah menengah atau dibawahnya. Jika tidak memungkinkan untuk melakukan
pendidikan yang berjenjang lebih tinggi lagi, harusnya membuka lebar lebar
harus terus belajar, harus giat membaca buku, sehingga ilmu pengetahuan bisa
diraih tidak hanya dengan sekolah berjenjang. Dan yang demikiam lebih mendapat
tempat disebut dengan orang yang nyakola.
Jadi suatu kesimpulan yang bisa didapat
dari istilah nyakola itu adalah bisa meraih pendidikan setinggi tingginya,
terus membaca untuk mengejar ketertinggalan. Dan jika kita di golongan orang
yang mempunyai kebijakan (seperti gubernur, bupati) ,maka buat lah jalan
selebar lebarnya agar masyarakatnya bisa sekolah setinggi tingginya, dan
membangun media yang mendukungnya seperti membangun perpustakaan perpustakaan.
Bab VI
ISLAM DI
TANAH SUNDA
Meskipun yang terakhir di Pulau Jawa dalam menerima Islam sebagai agama resmi masyarakat Sunda. Islamisasai di tanah Sunda justru seolah sudah final. Hampir seluruh masyarakat Sunda adalah penganut Islam.
A. Sejarah Islam Di Tanah Sunda
Pada zaman kerajaan Sunda di era Pajajaran, Islam sebenarnya sudah dikenal dikalangan Istana. Bahkan salah seorang istri Sri Baduga Maharaja Jayadewata atau dikenal juga dengan nama Prabu Siliwangi, yang bernama Nyi Subang Larang adalah seorang muslimah. Darinyalah kemudian Islam mulai dikenal di kalangan Istana, meskipun pada awalnya juga Islam sudah dikenal di Istana di era Prabu Bunisora. Salah seorang anak dari Prabu Bunisora ini ada yang dikenal dengan julukan Haji Purwa. Karena dialah haji pertama di kalangan istana kerajaan Sunda di era Kawali. Subang larang sendiri masih turunan dari Prabu Bunisora ini.
Dari turunan Nyi Subang Larang. Istana Pajajaran semakin akrab dengan agama Islam. Bahkan anaknya yang bernama Walangsungsang atau Prabu Cakrabuana merupakan tokoh Islam yang sangat disegani, dan oleh ayahnya diangkat menjadi penguasa di Cirebon. Tetapi yang dianggappaling berpengaruh dalam cerita cerita sunda tentang proses islamisasi adalah yang bernama Kiansantang. Tokoh Kiansantang ini merupakan nama lain dari Sangara, putra bungsu Prabu Siliwangi dari Subang Larang. Kiansantang meruapakan tokoh yang paling berpengaruh dalam proses islamisasi dalam cerita masyarakat Sunda. Dan dikenal dengan tokoh yang sangat mewakili dalam islamisasi di tanah sunda.
Proses pencarian Islam oleh Kiansantang dianggap paling mewakili,karena dialah yang dianggap seorang pencari Islam di tanah sunda yang paling berpengaruh. Sedang tokoh yang paling berpengaruh dalam islamisasi di tanah sunda adalah Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati. Syarif hidayatullah merupakan anak dari Rarasantang, anak kedua dari Prabu Siliwangi dengan Nyi Subang Larang. Rara Santang kemudian menikah dengan bangsawan Meka, dan mempunyai anak yang bernama Syarih Hidayatullah. Dia (Syarif) kemudian menggantikan ua-nya, Cakrabuana atau Walangsungsang menjadi penguasa Cirebon. Dan dialah tokoh dibalik penaklukan Kuningan, Majalengka, Banten dan Jakarta dari Pajajaran.
B. Tokoh Tokoh yang Sangat Berpengaruh Dalam Islamisasi Awal
Dalam kisah kisah lisan, maupun tulisa kita menemukan banyak tokoh Islam awal yang dianggapsebagai tokoh tokoh penting dalam islamisasi awal di tanah sunda. Meskipun seolah cerita lisan tumpang tindih, tetapi ada kesamaan dalam islamisasi di tanah sunda,yaitu lebih rasional. Karena itu ciri dari masyarakat sunda lebih sintesis dalam konteksnya dengan Islam. Cerita Kiansantang atau Prabu Borosngora yang dikalahkan oleh Sayidna Ali (meskipun cerita ini sulit dibuktikan, karena perbedaan waktu yang jauh). tetapi hal ini menujukan ketundukan yang jelas terhadap Islam. Jadi Islam di tanah Sunda dalam cirinya lebih sintesis (perpaduan), nilai nilai keislaman lebih ditinggikan daripada adat itu sendiri.
1.. Haji Purwa (Bratalegawa)
Bratalegawa atau kemudian terkenal dengan nama Haji
Purwa adalah pemeluk agama Islam pertama di kalangan istana Kerajaan Sunda. Bratalegawa merupakan putera kedua
Prabu Guru Pangandiparamarta Jayadewabrata atau Sang Bunisora, raja sunda
penggati Prabu Linggabuana. Prabu Bunisoraini adalah adik kandung dari Prabu
Lianggabuana yang gugur dalam perang bubat. Prabu Bunisora menggantikan Prabu
Linggabuaba yang gugur dalam perang bubat sebagai raja pendamping , karena putra
mahkotayang bernama Wastukancana yang masih kecil ( 9 tahun).
Bratalegawa memilih
hidupnya sebagai saudagar besar yang biasa berlayar ke Sumatera, Cina, India,
Srilangka, Iran, sampai ke negeri Arab. Ia menikah dengan seorang muslimah dari
Gujarat bernama Farhana binti Muhammad. Kemudian menunaikan ibadah haji
dan mendapat julukan Haji Baharudin. Sebagai
orang yang pertama kali menunaikan ibadah haji di kerajaannya, ia pun dikenal
dengan sebutan Haji Purwa.
Setelah menunaikan
ibadah haji, Haji Purwa beserta istrinya kembali ke kerajaan Galuh pada tahun
1337 Masehi. Disini ia kemudian mengajak saudara saudaranya (ratu Banawati,penguasa
Galuh, dan Giridewata )Ki Gedeng kasmaya, penguasa Cirebon Girang) untuk masuk islam,
tetapi tidak ada yang mau. Haji Purwa menetap
di Cirebon Girang.
Kedatangan Haji Purwa
di tanah Sunda dijadikan titik tolak masuknya agama Islam ke Tatar Sunda pada
pertengahan abad ke-14 M. Dengan demikian Islam di era Bratalegawa Islam sudah masuk
ke tatar sunda sebelah selatan (ibukota Galuh letaknya di selaatan tatar sunda).
Dan pada masanya juga di karawang telah kedatangan ulama besar yang mendirikan pesantren,
dan dianggap sebagai penyebar isllam di tatar sunda bagian utara, yaitu Syekh Quro
(syekh hasanuddin yang mendirikan pesantrn di Karawang. Di cirebon juga mulai kedatangan
Syekh Nurjati atau terkenal dengan nama Syekh Datuk kahfi ke Cirebon, yang menikah
dengan cucu dari Baratalegawa (Haji Purwa) yang bernama Hadijah. .
2. Syekh Quro
Syekh Quro sebagai
penyebar dan guru agama Islam pertama di daerah Karawang. Syekh Quro nama aslinya adalah Syekh
Hasanuddin putra Syekh Yusuf Sidik, seorang ulama yang datang dari negeri Campa
(daerah Vietnam sekarang). Ia datang di
Pulau Jawa pada abad ke-14 sezaman dengan kedatangan Syekh Datuk Kahfi atau
Syekh Nurjati., menumpang kapal yang dipimpin Laksamana Cheng Ho .
Dalam pelayarannya
itu, armada Cheng Ho tiba di Pura Karawang. Syekh Hasanuddin beserta para
pengiringnya turun di Karawang dan bertempat tinggal di sana. Di Karawang ia
menikah dengan Ratna Sondari, puteri Ki Gedeng Karawang, dan membuka pesantren
yang diberi nama pondok Quro yang khusus mengajarkan al-Qur’an, karena itulah
Syekh Hasanuddin kemudian dikenal dengan nama Syekh Quro.
Syekh Quro bermukim di
Karawang sampai meninggal dan dimakamkan di Desa Pulo Kalapa, Kecamatan Wadas,
Karawang.dari pesantrennyalah, nantinya salah seorang Istri Sri Baduga Maharaja
Prabu Jayadewata belajar, yaitu Nyi. Subang Larang.
3. Syekh Datuk Kahfi
Syekh Datuk
Kahfi merupakan seorang ulama keturunan Arab Hadramaut, yang beasal dari Mekah
dan menyebarkan Islam di berbagai penjuru tatar sunda. Ia dikenal juga dengan
nama Syekh Nurjati atau Syekh Nurul Jati. Ia merupakan nenek moyang raja raja
Sumedang Larang. Cicitnya yang bernama Pangeran Kusumah dinata yang kemudian
dikenal dengan Pangeran Santri menikah dengan Ratu PucukUmun, Ratu Sumedang
Larang ketika itu
Syekh datuk
Kahfi atau dikenal juga dengan nama Syekh Nurjati, Syekh Idofi atau Syekh Nurul jati datang ke tatar Sunda sezaman dengan Syekh
Quro dari Karawang pada abad ke 14 M. Syekh
Datuk Kahpi atau Syekh Nurjati menikah
dengan cucu Bratalegawa (haji Purwa) bernama Hadijah.
Syekh Nurjati datang sebagai utusan Raja
Parsi bersama 12 orang pengikutnya sekitar abad ke-14, pada masa Ki Gedeng
Jumajanjati. Atas izin dan kebaikan penguasa pelabuhan itu, Syekh Nurjati
kemudian menetap dan bermukim di Pasambangan, di bukit Amparan Jati dekat
Pelabuhan Muarajati, kurang lebih lima kilometer sebelah utara Kota Cirebon
sekarang.
Di Cirebon Syekh Datuk Kahfi mendirikan pesantren
di cirebon, dan merupakan tempat berguru Pangeran Cakrabuana dan Nyi Rara Santang (ibu Sunan Gunung Jati). Keduanya
merupakan anak penguasa kerajaan Sunda waktu itu, Sri baduga Maharaja Prabu Jayadewata.
Dengan demikian sebenarnya Islam di tatar
sunda sudah dikenal pada abad 14 M, jauh sebelum era walisongo di jawa.
4. Nyi Subang Larang
Nyi Subang larang adalah istri dari maharaja Sunda,
Sri Baduga mahara Prabu jayadewata. Meskipun bukan sebagai prameswari utama,
tetapi ia dianggap tokoh awal dalam
islamisasi di kalangan istana kerajaan
sunda di Pakuan .Dalam sejarah tidak terlalu bbanyak diceritakan perannya dalam
islamisasi di kalangan istana. Tetapi justru dari Nyi Subang Larang inilah
keturunannya menjadi tokoh tokoh penting dalam islamisasi di Tanah sunda.
Dari turunan Nyi Subang Larang. Istana Pajajaran
semakin akrab dengan agama Islam. Bahkan anaknya yang bernama Walangsungsang
atau Prabu Cakrabuana merupakan tokoh Islam yang sangat disegani, dan oleh
ayahnya diangkat menjadi penguasa di Cirebon. Tetapi yang dianggappaling
berpengaruh dalam cerita cerita sunda tentang proses islamisasi adalah yang
bernama Kiansantang. Tokoh Kiansantang ini merupakan nama lain dari Sangara,
putra bungsu Prabu Siliwangi dari Subang Larang. Kiansantang meruapakan tokoh
yang paling berpengaruh dalam proses islamisasi dalam cerita masyarakat Sunda.
Dan dikenal dengan tokoh yang sangat mewakili dalam islamisasi di tanah
sunda.
5. Walangsungsang
Walangsungsang
merupakan anak tertua dari raja Sunda, Sri baduga maharaja dari istrinya
yang beragama islam, Nyi Subang larang. Kadang ia dikaitkan dengan nama
Kiansantang. Tetapi para sejarawan lebih sering menyatakan bahwa Kiansantang
itu adalah putra bungsu Sang raja, Sri baduga maharaja Prabu jayadewata dari
istrinya Nyi Subang larang yang bernama Sangara. Seperti diungkapkan di atas,
bahwa Sri baduga maharaja dari istrinya yang beragama Islam, Nyi Subang larang,
mempunyai 3 orang anak, yaitu Walangsungsang, Nyi lara santang, dan Sangara.
Walangsungsang merupakan tokoh yang paling berpengaruh
sebagai pembuka islamisasi di tanah Sunda.
Sebagai putra sulung dari salah seorang istri raja. Walangsungsang
termasuk tokoh yang disegani di kalangan istana kerajaan Sunda. Meskipun ia
sendiri bukan putra mahkota. Tetapi karena sama sam putra sulung, maka ia juga
termasuk yang paling disegani secara silsilah. Ia kemudian memamfaatkan
kedududkan sebagai penguasa di Cirebon yang diberikan ayahnya. Tetapi ia kemudian
menjalin kerjasama dengan Demak yang sedang agresif melakukan islamisasi di
tanah jawa. Hal ini kemudian membuat sang raja mulai cemas terhadap masa depan
kerajaannya terhadap dominasi Islam.
Karena itu sang raja mengutus putra mahkota, Pangeran Surawisesa untuk
melakukan kerjasama dengan Portugis. Dan hal justru menjadi sumber perpecahan
semakin tajam di kalangan istana. Terutama ketika Sang raja Sri baduga maharaja
meninggal.
Ia sendiri tidak begitu berambisi dalam perebutan
kekuasaan. Justru keponakannya, Syarif Hidayatullah yang menggantikannya sebagai penguasa Cirebon,
mulai berani mengutak atik kekuasaan pamannya, Prabu Surawisesa, raja di
kerajaan Sunda pengganti kakeknya.
6. Kiansantang
Kiansantang diyakini adalah anak bungsu dari Sri Baduga Maharaja dengan Nyi Subang Larang.
Dan nama lain dari Sangara.Tidak ada yang menulis secara detail tentang tokoh
ini. Tetapi tokoh in seolah merupakan tokoh yang sangat berpengaruh dalam
islamisai di tanah sunda secara idea.
Kiansantang merupakan tokoh yang dianggap paling mewakili dalam Islamisasi di tanah Sunda. Dia
seolah tokoh yang ingin mencari kebenaran dengan suatu logika yang mungkin
logika tertinggi waktu itu. Ia mencari kebenaran dengan mencari dari sumber
aslinya.
Kita mungkin teringat cerita lisan tentang
Kiansantang. Ia adalah orang yang sangat sakti.Konon di tatar sunda dan jaa
tidak ada yang bisa mengalahkannya. Karena itu iangin sekali melihat darahnya
sendiri. Sehingga ia kemudian pergi ke Mekah untuk bertemu dengan Sayidina Ali
yang sangat terkenal akan kesaktiannya. Karena itu ia kemudian berencana ke
Mekah untuk menantang Sayidina Ali. Tetapi di perjalanan ia bertemu dengan
seorang yang sudah sepuh. Setelah perbincangan antara kedua belah puhak, dan
sang kiansantang menguatarakan maksudnya untuk menemui Sayidina Ali. Sang
Kakek kemudian meminta tolong
Kiansantang mengangkat tongkatnya yang tertancap.Tetapi tongkat tersebut tidak
tercabut, meskipun tenaga sudah dikeluarkan semua, yang akhirnya kiansantang
menyerah dan tunduk. Karena sudah menyerah. Kemudian sang kakek menceritakan
bahwa dia adalah Sayidina Ali, yang menasehatinya setelah ke Mekah agar kembali
lagi ke tatar sunda.
Meskipun seolah tokoh cerita karena media lisan yang
dominan dalam kisah kisah mengenai Kiansantang ini. Tetapi hal ini
mengindikasikan tentang pencarian kebenaran Islam, menjadi tonggak dalam ciri
Islam di tanah Sunda yang lebih rasional, patuh sehingga islamisasi cenderung
lebih sintesis. Lebih mneyukai perpaduan daripada mencampur adukan (sinkretis).
Dalam kisah Kiansantang diceritakan tentang pencarian
kebenaran dan juga pengujian kesaktian. Dia tidak pernah mau menyerah untuk
mencari kebenaran dan juga pengujian kesaktian. Pengujian kesaktian juga
diartikan pengujian secara intelektual. Ia ingin mencari orang yang dapat
mengalahkan dirinya, yang nantinya akan menjadi suatu bentuk kepatuhan pada
yang mnegalahkannnya. Konon hingga tanah suci mekah ia datangi. Dan konon ia
dapat dikalahkan oleh Ali, sehinga ia kemudian patuh dan tunduk terhadap Ali.
Ali disni dapat dartikan keterwakilan kebenaran Islam. Sehingga dengan
sendirinya tunduk dan patuh terhadap kalam ilahi. Karena jikalihat secara
urutan tahun terlalu jauh, jika Kiansantang adalah tokoh Islam di akhir abad ke
15 dan awal abad ke16 M, sedang tokoh Ali hidup
pada abad ke 7 Masehi.
1) Kisah kiansantang menunjukan bahwa proses
islamisasi menunjukan sifat menerima Islam dengan patuhnya (taat). Karena itu
dalam kelanjutannya Islam di tanah sunda sebenarnya lebih rasional dan bersifat
ditinggikan, berupa kepatuhan seperti yang ditunjukan oleh Kiansantang. Para
ahli mngkatagorikan islam di tanah sunda dengan istilah sintesis
(perpaduan). Islam lebih ditinggikan daripada adat. Hal ini berbeda dengan ciri
Islam di Jawa yang bersifat sinkretis (campur aduk). Karena ada suatu kisah
yang menjelaskan tentang Islam di tanah Jawa itu. Diceritakan bahwa ada seorang
ulama dan pendeta berjalan bersamaan. Satu sama lain ingin saling menonjolkan .
Sang kiai membawa keris atau pedang, sedang sang pendeta hindu membawa kendi
berisi air. Keduanya melempar barang yang dibawanya ke atas. Dan pecahlah kendi
tersebut dengan pedang atau keris. Dengan bangganya sang kia mengatakan, bahwa kendinya
telah pecah. Yang berarti Islam lebih tinggi daripada Hindu. Tetapi sang pendeta
hindu mengatakan jangan girang dulu, lihatlah
keris ata pedang itu basah kena air kendi, berarti Islam akan tertutup atau terbasahi atau tercampur oleh tradisi Hindu (sinkretis)
7. Syarif hidayatullah (Sunan Gunung
Jati)
Syarif Hidayatullah merupakan yang paling berpengaruh dalam islamisasi di
tanah sunda secara praktis. Jika Kiansantang berbicara tentang idea,maka Syarif
Hidayatullah lebih ke dalam islamisasi secara praktis.
Syarif Hidayatullah adalah cucu dari penguasa besar
tanah Sunda, cucu dari Sri Baduga maharaja. Ia merupakan anak dari putri raja,
Rara santang, yang menikah dengan pembesar dari Mesir. Rara santang adalah anak
dari Sri Baduga maharaja Prabu jayadewata, atau sekarang lebih dikenal dengan
nama Prabu Siliwangi, dari istrinya Nyi Subang larang.
Sebagai pangeran dari kalangan istana sunda, maka
Syarif Hidayatullah sangat dihormati baik di daerahnya dan juga di kerajaan
Demak. Ia disegani dalam kaitannya dengan masalah keagamaan dan dalam tingkatan
sosial kemasyarakatan dan juga dalam bidang kemiliteran. Dan ia mamfaatkan itu dalam upaya islamisasi
di tanah sunda.
Ia memamfaatkan kekisruhan para pangeran di istana
pajajaran setelah ditinggal kematian kakeknya, Sri baduga maharaja. Dan ia
memamfaatkan momen penolakan para pangeran yang menentang kerjasama kerajaan
Sunda dengan kaum Portugis, dalam upayanya membangun benteng Portugis di kota
pelabuhan Kalapa (sunda kalapa atau jakarta sekarang).
Dengan dibantu oleh kerajaan Demak, ia kemudian
melakukan penyerangan terhadap kota Kalapa dan banten, yang merupakan dua kota
pelabuhan terpenting dari kerajaan Sunda. Setelah kedua kota itu dapat
ditaklukan maka ia juga berupaya untuk menaklukan daerah di timur dan selatan kerajaan ini. Kuningan,
Majalengka, dan galuh kemudian dapat ditaklukan. Dan Sumedang juga menerima
islam secara damai melalui perkawinan. Meskipun Sumedang larang tetap menjadi
bagian dari kerajaan pajajaran dan tidak berusaha untuk memberontak, meskipun
agama mereka sudah berbeda.
Syarif Hidayatullah sangat dihormati karena perannya
dalam islamisasi secara menyeluruh di tanah Sunda. Sehingga Islam mulai banyak
dianut oleh masyarakat Sunda, meskipun ia sendiri tidak berhasil menguasai
ibukota kerajaan Sunda, pakuan. Baru cucunya, Maulana Yusuf, bisa menaklukan pusat kerajaan tersebut di
tahun 1579 M.
8. Maulana Hasanuddin
Merupakan anak pertama Sunan gunung
Jati, dan dianggap sebagai pendiri kesultanan Banten yang sebenarnya, yang
merdeka, yang lepas dari Demak.
Maulana hasanuddin berjasamenjadikan banten sebagai pusat Islam di tatar sunda sebelah barat.
9. Maulana Yusuf
Merupakan sultan Banten yang kedua yang berkuasa dari tahun 1570 hingga 1580
M. Pada masanyalah Pakuan yang merupakan ibukota kerajaan Pajajaran,
kerajaan Hindu terakhir di daerah sunda dapat ditaklukan.
Maulana Yusup merupakan Putera dari
Sultan Hasanudin dari istrinya Ratu Ayu Kirana. Pada masanya penaklukan ibukota
Pajajaran menjadi prioritasnya, dan berhasil. Ia berjasa dalam mengukuhkan kekuasaan
kesultanan islam di Banten, meskipun ia tidak berhasil menguasai seluruh
wilayah eks. Kerajaan Pajajaran.
10. Pangeran Santri (1505-1579 M)
Pangeran
Santri atau Pangeran Kususmah Dinata atau terkenal juga dengan nama Ki Gedeng
Sumedang merupakan suami dari Ratu PucukUmun, penguasa Sumedang keturunan raja
raja kuno Sumedang. Ia kemudian memerintah Sumedang Larang dengan istrinya, Ratu Pucuk Umun Ratu Intan
Dewata (1530-1558 M). Ia merupakan putra
dari Pangeran Pamelekaran (dipati Tetarung) cucu dari Syekh Maulana Abdurrahman
dancici dari Syekh Datuk Kahfi. Ia
dijuluki Pangeran Santri karena asalnya dari pesantren dan perilakunya terkenal
sangat alim.
Sumedang
Larang merupakan wilayah yang paling berpengaruh saat itu di wilayah kerajaan
Sunda. Wilyahnya yang luas, meliputi Sumedang itu sendiri, Majalengka, Bandung, Subang, Karawang dan Indramayu.
Pada masa Ratu
pucuk Umun, ibukota kerajaan yang pada awalnya di daerah Ciguling dipindahkan
ke daerah Kutamaya sekarang. Dengan menikahi Ratu Pucuk Umun , Pangeran Santri kemudian melakukan
islamisasi di daerah kekuasaannnya.
11. Prabu Geusan Ulun
Prabu Geusan Ulun atau Pangeran
Angkawijaya merupakan putra pertama Pangeran Santri dengan Ratu PucukUmun. Ia menjadiRaja sumedang Larang menggantikan
ayahnya, pangeran Santri.
Sumedang Larang dimasanya, meskipun
sudah memeluk Islam tetapi Sumedang Larang masih setia kepada kerajaaan Sunda
di Pakuan. Sehingga ketika Pakuan jatuh pada tahun 1579 M, ia dianggap sebagai
penerus dari kerajaan Sunda. Empat mentri utama Pajajaran yang disebut Kandaga
Lante menyerahkan mahkota / Siger raja Sunda kepada Prabu Geusan Ulun, sebagai
perlambang bahwa wilayah wilayah kerajaan Sunda yang tidak dikuasai oleh Banten
dan Cirebon merupakan daerah kekuasaannya.
C. Ulama dan Tokoh Besar Selanjutnya
Setelah peran para ulama dan juga penguasa di tatar sunda yang berpengaruh terhadap islamisasi di tanah sunda. Kemudian muncul ulama ulama yang begitu besar perannya dalam menambah wawasan islam di tanah sunda. Disamping para penguasa lokal di tatar sunda yang dengan gigih menyebarkan Islm di tatar sunda, ada juga beberapa ulama yang berjasa dalam pengembangan Islam di tanah sunda, diantaranya: Syekh Abdul Muhyi (Syekh Pamijahan), dan lain lain. Dan juga ulama ulama yang mencoba mengembangkan wacana Islam dalam konteks pengembangan ilmu baik keislaman maupun sosialkemasyarakatan dan tekhnologi. Dan yang mungkin termasuk dalam golongan ini diantaranya : Syekh Nawawi Albantany, yang mengarang banyak buku tentang keislaman, dan lain lain.
Setelah peran para ulama dan juga penguasa di tatar sunda yang berpengaruh terhadap islamisasi di tanah sunda. Kemudian muncul ulama ulama yang begitu besar perannya dalam menambah wawasan islam di tanah sunda. Disamping para penguasa lokal di tatar sunda yang dengan gigih menyebarkan Islm di tatar sunda, ada juga beberapa ulama yang berjasa dalam pengembangan Islam di tanah sunda, diantaranya: Syekh Abdul Muhyi (Syekh Pamijahan), dan lain lain. Dan juga ulama ulama yang mencoba mengembangkan wacana Islam dalam konteks pengembangan ilmu baik keislaman maupun sosialkemasyarakatan dan tekhnologi. Dan yang mungkin termasuk dalam golongan ini diantaranya : Syekh Nawawi Albantany, yang mengarang banyak buku tentang keislaman, dan lain lain.
1.. Syekh Abdul Muhyi
Syekh Abdul Muhyi seorang ulama yang
hidup pada abad ke17 M. Ia lahir pada tahun 1650 M. Aqyahnya, Lebe warta
Kusumah, masih bangsawan sunda yang tinggal di Gresik/ ampel.
Pada usia 19 tahun ia pergi ke Aceh
untuk berguru kepada ulamabesardi Aceh waktu itu, Syekh Abdurrauf Singkel
selama 8 tahun (1090-1098 H/ 1669-1677). Pada usia 27 tahun pergi ke Baghdad
untuk ziarah ke makam Syekh Abdul Qodir jailani dan bermukim disana selama 2
tahun. Dan setelah itu ia bersama gurunya (syekh abdurrauf Singkel) pergi ke
Mekah untuk menunaikan ibadah haji. Tahun 1677 ia kembali ke Aceh, dan kemudian
kembali ke Gresik. Dan ia kemudian pergi ke tatar sunda, dan menikah dengan
seorang wanita masih keturunan bangsawan sunda.
Pada awalnya ia menetap di DarmoKuningan
selama 7 tahun (1678-1685 M), .Kemudian perg ke Pameungpeuk (1 tahun)
(1685-1686), kemudian ke Batuwangi hingga Lebaksiu dan bermukim disana selama 4
tahun (1686-1690), kemudian ke kampung Cilumbu diatas gunung, sambil bertafakur.
Karena diatas gunung tersebut sering menenangkan hatinya, maka gunung tersebut dinamakan
dengan nama gunung Mujarod, yang berarti gunung untukmenenangkan hati. Setelah itu
iakemudian ke daerah pamijahan sekarang, dan menemukan goa yang dicarinya karena
mimpinya ketika di baghdad. Ia tinggal di dalam goapamijahan dan mengajar para santrinya
di sana.
Setelah itu, ia kemudian menyebarkan agama
islam di kampung Bojong, kemudian ke Safarwadi disini ia membangu rumah dan masjid,
dan mengajar hingga ia meninggal. Ia dimakamkan di daerah pamijahan sekarang.
Syekh abdul Muhyi berjasa dalam pengisalaman
masyarakat di sekitar di tatar sunda bagian selatan (kuningan, Garut, tasikmalaya),
yang waktu itu masih banyak yang menganut agama Islam.
2.. Syekh Nawawi Albantani (1230-1314 H / 1813-1897
M)
Seorang ulama besar asal Banten, ahli hukum Islam (fiqih) dan
ushul (fiqih). Ia tinggal lama di Mekah dan mengajar di Masjidil Haram. Ia
terkenal karena tulisannya yang sangat banyak (ledih dari 80 buah) dalam
berbagai disiplin ilmu keagamaan.
Nama Abu Abdul Mu’thi
Muhammad Nawawi bin Umar bin Arabi, dan kemudian terkenal dengan nama Nawawi al Bantany atau Nawawi
al Jawi. Ia lahir di Tanara, Serang, Banten. Ayahnya, Umar ibn Arabi,
adalah seorang ulama dan menjadi penghulu di Tanara.
Pada usia 15 tahun, ia
pergi ke Mekah dan bermukim disana selama 3 tahun untuk belajar ilmu keagamaan.
Ia juga pernah belajar di Madinah. Pada
tahun 1248 H / 1831 M, ia kembali ke Banten dan mengajar di pondok yang
didirikan ayahnya (selama 3 tahun), tetapi ia kemudian kembali lagi ke
Mekah dan tidak pernah kembali. Ia belajar
kepada guru-gurunya selama 30 tahun (1830-1860 M), dan akhirnya mengajar di
Masjidil Haram.
Banyak ulama besar yang pernah berguru padanya, antara lain: KH.
Cholil bangkalan, KH. Ahmad Dahlan (Pendiri Muhammadiyah), KH. Hasyim Asy’ary
(pendiri NU), KH Asnawi Kudus, KH Tb. Bakrie Purwakarta, KH. Arsyad
Thawil, dan lain-lain.
Ia juga pernah diundang
ke Al Azhar Mesir untuk memberi ceramah dan fatwa-fatwa pada beberapa perkara
khusus. Ia meninggal di Mekah pada 25 syawal 1314 H /
1897 M, tetapi ada yang mencatat 1316 H /1899 M.
Kelebihan dari Syekh Nawawi adalah terkenal sebagai seorang penulis yang
produktif. Karya-karyanya sangat populer dimasanya dan banyak dibaca oleh
kalangan pelajar Timur Tengah dan Asia Tenggara. Karena
kepakarannya, Dr. Snouck Horgronje (seorang orientalis dan penasehat pemerintah
Hindia Belanda untuk urusan Islam di Indonesia) menggelarinya sebagai doktor ilmu ketuhanan. Sedang
kalangan intelektual waktu itu menggelarinya Al
Imam wa al Fahm al Mudaqiq (Tokoh
dan pakar dengan pemahaman yang sangat mendalam). Tentang pengaruhnya, Dr.
Snouck H., mengakui pengaruh besar yang ditularkan oleh syekh Nawawi ini,
hingga mendorong masyarakat Melayu / Indonesia untuk mengkaji Islam secara
seksama. Ia (Snouck) juga mengakui bahwa Syekh Nawawi juga mampu membangun
cita-cita politik Islam.
Berikut ini adalah beberapa karyanya, antara lain:
- Tafsir al Munir (Yang memberi Sinar), merupakan karyanya dalam tafsir yang cukup monumental.
- Kasifah al Saja, suatu kitab tentang fiqih, yang merupakan syarah/ komentar terhadap kitab fiqih Safinah an Najah karya Salim bin Sumeir al Hadrami. Para pakar menyebut, karyanya ini lebih praktis daripada yang dikomentarinya.
- Syarh al ‘Uqud al Lujjayn fi Bayan al Huquq al Zawjain, suatu karyanya tentang fiqih yang terkenal dikalangan pesantren Jawa. Hampir semua pesantren memasukan kitab ini dalam daftar paket bacaan wajib terutama dalam bulan Ramadhan. Kitab ini berisi tentang segala persoalan keluarga yang ditulis secara detail, hubungan antara suami dan istri dijelaskan secara rinci.
- Nihayah al Zayn. Tentang ushul fiqih.
- Sallam al Munajah (tangga untuk Mencapai Keselamatan).Tentang fiqih yang merupakan syarah Safinah as Salah .
- At Tausyiah. Dalam bidang fiqih, yang merupakan syarah darikitab Fath al Qarib al Mujib karya Ibn Qasun al Ghazi.
- Fath al Majid (Pembuka bagi yang mulia) dalam bidang tauhid / akidah, yang merupakan syarah kitab Ad Durr al Farid fi At Tauhid.
- Tijan al Durar, tentang akidah / tauhid yang merupakan syarah dari kitab Fi at Tauhid karya Al Balajury.
- Nur al Dhalam, tentang akidah.
- Tangih al Qaul (Meluruskan pendapat) karyanya dalam bidang hadits, yang merupakn syarah dari kitab Lubab al Hadits karya As Suyuthi.
- Salalim al Fudala (Tangga bagi para ulama terpandang), karyanya dalam bidang akhlak / tasauf, yang merupakan syarah dari kitabManzhumah Hidayah al Azkiya.
- Misbah adz Dzalam (Penerang kegelapan), karyanya dalam bidang tasauf /akhlaq.
- Maraqi fi Ubudiyah
- Al Qami’ al Thugyan, tentang tasauf.
- Nashaih al Ibad, tentang tasauf.
- Minhaj al Raghibi, tentang tasauf.
- Al Ibriz ad Dani (Emas yang dekat)
- Bughyah al Awam (Kezaliman orang awam)
- Fathu Shomad ( Kunci untuk mencapai yang maha pemberi)
- Fathu Ghafir al Khatiyah (kunci untuk pengampunan kesalahan)
- Lubab al Bayan (Inti penjelasan)
3. Tokoh dan Ulama Abad 20 dan 21 M
Pada awal abad 20 M, mulai bermunculan organisasi
keagamann di Indonesia dengan berbagai konsep dan pemikirannya.Hal ini sebagai
akibat dari mulainya terjadi perubahan pemikirran di timur tengah. Baik
munculnya kaum Wahabi dan juga muncul tokoh pembaharu universal waktu itu, seperti
jalaluddin Al Afghani, yang dikuti oleh muridnya Muhammad Abduh dan juga
muridnya Rasyid Ridla.
Proses pembaruan juga melanda tatar sunda. Lahirnya
Organisasi Syarikat Islam sangat berpengaruh terhadap pembaharuan pemikiran di
tatar sunda, meskipun organisasi ini lebih dominan berorientasi terhadap
politik, perbaikan umat dan terakhir wacana kemerdekaan. Setelah itu muncul
organisasi pembaharu pemikiran keagamaa, seperti Al Irsyad,Persis dan juga
Muhammadiyah.
Lahirnya organissai pembaharu di Indonesia membuat
ragam pemikiran keagamaan mulai semarak. Dengan munculnya organisai al Irsyad, Muhammadiyah
dan juga Persis menandai era baru dalam pemikiran keagamaan di indonesia, yang
justru menimbulkan suatu penolakan dari
kaum yang sebelumnya ada yang kemudian mendirikan organisasa Nahdatul Ulama,
yang mempunyai corak keagamaan Islam jawa timuran dan jawa tengah.
Kaum ulama dan tokoh kegamaan di awal era kemerdekaan juga
mempengaruhi pemikiran Islam di tatar sunda. Banyak dari pemikir dan ulama
tatar sunda juga ikut pada suatu organisai pembaharu ( Muhammadiyah, Persis dan
lain lain) dan juga ikut pada organisasi Islam bercorak ke jawa timuran atau
jawa tengah (Nahdatul Ulama). Tetapi kebanyakan dari mereka mengambil jalan
tengah, meskipun dalam corak kegamaan tradisional hampir sama dengan kaum NU,
tetapi secara pemikiran berbeda. Karena itu mengapa organisai semacam Nu tidak
begitu berkembang di tatar sunda. Karena berbeda tradisi dalam berpikir,meskipun hingga kini belum menjadi ciri
dari masyarakat Islam di tatar sunda. Dan hingga kini masih terjebak pada upaya
upaya mengikuti tradisi bepikir organisasi apa yang diikutinya. Atau dengan
kata lain Islam di tatar sunda belum menjelma menjadi suatu corak islam yang benar
benar asli sunda.
Jika dilihat dalam sejarah, muslim sudah masih
berahati hati dalam menentukan arah. Seolah belum ada yang mewakili pemikiran
yang menjadi ciri di tatar sunda. Organisasi Nu tidak mewakili islam di tatar sunda. Karena
organisasi ini lebih banyak diinspirasi dari tradisi Islam jawa timuran dan
jawa tengahan. Yang secara tradisi berbeda.
Organisasi Persis rupanya mendapat dukunga dari kalangan
pemikir muda sunda perkotaan. Tetapi karena organisasi ini juga lahir di
surabaya, maka seolah sentuhan sunda nya juga tidak begitu banyak, sehingga
meskipun secara global dalam pemikiran mendapat tempat yang lebih, tetapi
secara tradisi belum banyak diterima. Jika Persisi lebih berorientasi fiqih yang lebih bersifat
mengusung pemikiran Imam hambali, meskipun cara mengambil kesimpulan yang
berbeda. Tetapi secara prinsif tidak begitu berbeda.
Muhammadiyah sebagai organisasi pemikiran Islam yang
bertolak dari keinginan perbaiakn nasib umat Islam juga belum mendapat
tempat yang begitu kuat. Meskipun
sebenarnya mempunyai cita cita yang sangat kuat dalam perbaikan kualitas umat.
Organisasi ini sebnarnya lebih berpikir global, umat yang harus lebih berdaya.
Karena itu organisasi ini lebih agresif dalam bidang pendidikan umum. Karena
realitas dalam hidup menunjukan bahwa kita hidup harus mempunyai standar yang
sama dengan bangsa lain atau umat lain. Dan hal ini hanya bisa diraih jika umat
mempunyai pendidikan yang sama dengan umat lainnya atau bangsa lainnya. Yang
membedakan adalah keislamannya. Jadi yang diraih dalam pemikiran muhammadiyah
sebenarnya adalah kesetaraan dalam pendidikan sehingga mempunyai star awal yang
sama dengan bangsa lain. Sehingga nilai keislaman itulah kelebihannya. Karena
itu organisasi ini lebih mengembangkan pendidikan berco9rak umum daripada
bercorak pesantren.
Di tatar sunda sebenarnya muncul ulama ulama yang
mengambil jalan tengah, mengambil mamfaat dari sistem pembaharuan dan
tradisonalisme, seperti yang dikembangkan oleh 2 ulama asal Sukabumi yang
bernama Ajengan KH. Ahmad sanusi, dan dan ulama asal Majalengka yang bernama Ajengan
KH. Abul Halim Tetapi hal ini juga tidak berkembang karena tidak mengembangkan
ke dalam level pemikiran. Sehingga seolah terputus.
Sebagaimana masyarakat nusantara pada umumnya waktu
itu, dalam agama mereka kebanyakan belajar dalam mazhab syafi’i. Jadi secara
tradisonal seolah ada keengganan untuk mninggalkan madzhab tersebut. Makanya
keduannya sangat hati hati dalam hal ini, sehingga ia mengambil suatu sikap
konservatif dalam masalah madzhab ini. Tetapi secara berpikir, mereka sangat
terbuka.Mereka mengganggap dan percaya pintu ijtihad masih terbuka, meskipun
mereka sendiri belum melakukan ijtihad. Padahal ijtihadnya dalam hal penolakan
pengumpulan zakat fitrah melalui perpanjangan penjajah Hindia belanda,
sebenarnya sudah merupakan ijtihad waktu itu.
Yang membedakan dengan islam yang bercorak jawa
timuran dan jawa tengah adalah, mereka sangat menentang keras terhadap upacara
upacara kematian 3 hari, 7 hari dan seterusnya. Atau dalam istilah sekarang
disebut tahlilan. Jadi mereka sangat menentang tahlilan yang menjadi ciri dari
organisasi Nahdatul ulama. Jadi disinilah perbedaan dalam hal berpikir mereka,
karena mungkin upacara kematian seperti tahlilan sekarang ini bukan suatu
tradisi sunda.karena disamping tidak ada contoh dari Nabi, dan hal ini menjadi
kecaman dari para pembaharu waktu itu. Karena hal tersebut dianggap bid’ah,
sesuatu yang tidak berdasar.
Kedua ulama tersebut sebanarnya mungkin relevan dengan
pemikiran yang dianut oleh Kiansantang. Kepatuhan yang jelas terhadap Islam.
Karena itu kedua ulama ini termasuk yang dianggap mewakili. Dia tidak mengambil
konsep islam bercorak jawa timuran dan jawa tengahan atau konsep cara berpikir
bebas yang berlebihan. Tetapi lebih berpikir cara berpikir seorang yang nyunda.
Setidaknya segala sesautu harus berdasar yang jelas.
Pemikiran yang berkembang di tatar sunda juga adalah pemikiran yang
digagas oleh organisasi persis, terutama di kota kota dan kaum urban. Pemikiran
fiqih yang tanpakompromistis, yang menjadikan hadits nabi yang terkuat sebagai
rujukan. Karena itu pemikian ini
menyerang tradisi tradisi beribadah yang tidak ada contoh dari nabi, yang
dikatakan bid’ah, mengada ngada dalam urusan agama.
Pemikiran yang berasal dari organisasi persis sangat
berkembang di tatar sunda. Hal ini berbeda dengan daerah asal pemikir utama
persis yaitu Ahmad hasan di Surabaya atau jawa timur, pemikiran ini tidak
begitu berkembang, kecuali di Bangil. Oleh karena itu seolah basis persis telah bergeser dari Surabaya
Jawa timur ke kota bandung.
Organisasi ini seperti halnya NU (nahdatul Ulama)
lebih membidik pendidikan pesantren sebagai basisi pengkaderannnya. Dari
organisasi ini banyak melahirkan ulama ualam di tatar sunda. Persis seolah
telah menjadi sunda, terutama bagikaum urban dan perkotaan.Meskipun dominasi
tetap masih kaum tradisi. Tetapi dalam konteks keulamaan, ulama ulama tatar
sunda begitu sangat mendominasi. Meskipun dalam tataran pemikiran
kemasyarakatan tidak begitu berkembang. Jadi persis seolah berkutat pada fiqih
ansich.
Organisasi yang ada di wilayah tatar sunda adalah
Muhammadiyah. Berbeda dengan organisasikeagamaan lainya. Muhammadiyah lahir
sebagai bentuk dari keprihatinann ssang pendidrinya, KH Ahmad dahlam terhadap
pendidikan rakyat non priyayi (bukan bangsawan) atau masyarakat umum.Seolah
mereka tidak punya akses ke dakam pendidikan formal,sehingga mau tidak mau akan
selalu tersisish. Muhammadyah mengadopsi ide pencerahan dlam agama, dan ia
berusaha masuk pada tatanan yang dominan, baik secara politik, ekonomi dan
pendidikan. Karena itu ia lebih menekankan kepada formalisme yang diakui negara.
Dengan mengembangkan pendidikan seperti yang dikembangkan oleh negara, tentu
dengan memasukan nilai nilai agama islam.
Disamping itu ia juga mengembangkan konsep pencerahan
dalam agama, dan berusaha meninggalkan kejumudana dalam agama. Konsepnya yang
terkenal yaitu membasmi apa yang dikatakan dengan TBC (Tahayul, Bid’ah dan
Khurafat)., merupakan bentuk pencerana dalam masyarakat agama. Jadi disnilah
kelebihan Muhammadiyah yang lebih mengedepankan universalisme islam.
Bentukpencerahan, perubahan nasib menuju masyarakat islam yang lebih berdaya.
Di tanah Sunda juga terdapat organisasi NU (nahdatul
ulama), yang berarti kebangkitan ulama. Organisasi ini berdiri sebagai reaksi
dari kritikannya kaum muda islam yang energik, terhadap kaum tradisional.
Organisasi ini mengembangkan tradisi islam jawa timuran dan juga jawa tengahan.
Karena itu budaya tahlilan, yasinan, tradisi bacaan tarawih yang telah di
tradisikan bacaannya (tiap hari hanya itu itu saja) , dan juga upacara kematian
3 hari, 7 hari, 40 hari, setahun dan seterusnya. Hal ini justru menjadi obyek kecaman dari para
pembaharu. Yang mereka katakan sebagai bid’ah,mengada ada dalam urusan ibadah.
Di tatar sunda organisasi ini erat kaitannya dengan latar belakang berguru dari
guru pesantren di jawa tengah dan juga jawa timur.
Di tatar sunda pemikiran yang berasal dari Syi’ah juga
berkembang. Banyak paraintelektual yang energik yang dihubungkan dari
oraganisasi ini, seperti tokoh Jalaluddin Rahmat, yang sering dikaitkan dengan
masyarakat Syi’ah. Syi’ah selalu dkaitkan dengan Ali Bin Abi Thalib. Dan dalam
tradisi Sunda asli sangat erat kaitannnya dengan tokoh Ali ini. Cerita
Kiansantang menandai hal itu. Takluk kepada sayidina Ali. Dan sistem pembacaan
awal pengajaran Islam dalam tradisi sunda lebih mengarah ke penggunaan kosa
kata Persia. Dan tradisi tardisi tempo dulu banyak yang mengarah ke dalam
tradisi syi’ah, seperti hajat uar dan lain sebagainya. Penggunaan jabar,jeer
dan pees, bukan fathah,dhomah dan ..,menandai hal tersebut.
Sulit memang menjadikan dalam satu pemikiran besar
islam yang orsisnil, yang tidak terpecah pecah karena kotak kotak pemikiran
yang sempit. Tetapi kata sunda mengindikasikan bahwa yang menjadi utama dalam
tradisi sunda adalah orisionalitas. Karena sunda berartii suci atau puritan. Jadi
islam yang islam yang harus menjadi spirit dari urang sunda. Islam yang tidak
terpecah menjadi ahli sunnah dan ahli syi’ah. Islam yang murni dan mencerahkan.
Bukan Islam yang jumud yang terjebak oleh kebodohan umatnya, sehingga keindahan
dan kebesaran Islam tidak begitu tampak.
Semua memang harus di kaji. Organisasi berorak tradisionalisme misalnya, banyak diakibatkan oleh keterikatan guru dan murid. Karena kebanyakan dari mereka
memang dididik dari peesantren pesantren kaum ini, terutama mereka yang belajar
di timur dan tengah pulau jawa.Tradisi
yang dikembangkan oleh pemikiran seperti organisasi persis juga
demikian.Pada awalnya yang bergairah dalam organisasi ini berasal dari kaum
urban urang minangkabau yang ada di tatar sunda,yang kemudian menyebar ke masyarakat
sunda. Demikian juga Muhammadiyah, suatu organisasi pencerahan, meskipun secara
agresifitas untuk di tatar sunda kalah
dibandingkan organisasi Persis.
a.. Tokoh Ulama Sunda Pra Kemerdekaan
a.1. KH. Ahmad Sanusi (1306-1369 H/ 1889-1950 M),
Seorang ulama produktif tataran Sunda, asal
Sukabumi. Kelebihan KH. Ahmad Sanusi, ia termasuk dari sedikit ulama indonesia yang produktif dalam menulis. Ia menulis , lebih dari 120 judul tulisannya dalam bahasa Sunda, dan lebih 22 judul diterbitkan dalam bahasa Melayu.
Ia lahir di desa Cantayan, CiBadak, Sukabumi, yang merupakan anak
ketiga dari Ajengan Abdurrahim bin H. Yasin, seorang pengasuh pesantren
Cantayan.
Sejak kecil ia dibesarkan dalm
lingkungan pesantren. Dan pendidikannya di dapat dari berbagai pesantran. Ia mempunyai berpikir yang kritis. Ketika
belajar di pesantren Guntur ia berani mendebat gurunya (Ajengan Ahmad Satibi),
suatu tindakan yang dianggap kurang ajar (waktu itu) oleh rekan-rekannya.
Pada tahun 1909 M, ia pergi ke Mekah dan bermukim
disana selama 7 tahun dan berguru kepada ulama-ulama Madzhab Syafi’I (antara
lain: Syekh Shaleh Junaidi, Syekh Shaleh Bafadil, Sayid Jawani (mufti madzhab
Syafi’I di Mekah) dan lain-lain). Di Mekah ini ia mendapat kehormatan menjadi
imam di Masjidil Haram. Di Mekah ini juga ia bergabung dengan SI (Syarikat
Islam) dan terlibat perdebatan dengan ulam-ulama Indonesia perihal SI,
disamping menulis buku.
Pada tahun 1915 M, ia kembali ke
Cantayan dan mengajar di pesantren ayahnya, dan segera menarik banyak pengikut.
Pada tahun 1931 ia mendirikan Al ittihadiyatul Islamiyah (AII). Ia juga
membangun perguruan Syamsul ‘Ulum, yang sekarang terkenal dengan pesantren
Gunung Puyuh. Disamping soal agama (Al Qur’an dan hadits) ia juga mengajarkan permasalahan kemasyarakatan.
Di bidang politik di Indonesia awal
ia menempati beberapa jabatan penting,
antara lain: dewan penasehat keresidenan Bogor (Shungikai), wakil resioden
Bogor, anggota BPUPKI, anggota KNIP, dan lain-lain.
Peran dan Pemikiran
Para pengamat sering
memasukan Ahmad Sanusi sebagai ulama tradisional / konservatif (madzhab
Syafi’I), tetapi ia percaya pintu ijtihad masih terbuka, meskipun ia sendiri
tidak melakukan ijtihad. Tetapi ide dan semangatnya sangat
berbau pembaharuan (kadang ia berbeda pendapat dengan kelompok tradisi, kadang
berbeda juga dengan penganjur pembaharuan).
Perselisihannya
dengan kaum tradisi dan pemerintah, menyangkut soal fatwanya yang menentang
pengumpulan zakat dan zakat fitrah lewat perpanjangan tangan pemerintah
penjajah Hindia Belanda; Dan kritikan yang keras terhadap upacara ke-3,
ke-7 hari dan seterusnya (slametan) bagi orang yang meninggal. Ia juga
menfatwakan tidak wajibnya mendo’akan bupati (yang waktu itu menjadi kebiasaan
khutbah Jum’at selalu mendo’akan bupati) dalam khutbah Jum’at, dan lain-lain.
Karena aktifitas dan
kritikannya, ia kemudian termasuk orang yang dianggap membahayakan
pemerintah Hindia Belanda. Tatkala terjadi pemberontakan di Banten, ada
alasan bagi Belanda untuk menangkapnya. Ia kemudian dipenjara selama 7
bulan di Sukabumi, setelah itu ia diasingkan ke Jakarta. Tetapi justru semasa
di tahanan ia pengaruhnya semakin meluas dan ia tetap beradu
argumentasi dengan kaum tradisi dan juga kaum pembaharu diluar tahanan.
Karya
Dalam bidang tafsir,
Raudhlatul Irfan fi Ma’rifat Al Qur’an
Maljau at Thalibin
Tamsyiyatul Muslimin fi tafsir Kalam Rabb al ‘Alamin, suatu kitab tafsir Al Qur’an yang diterbitkan pada oktober 1932. tafsir
ini merupakan yang pertama kali terbit di Sukabumi dan merupakan sesuatu yang
baru dalam masyarakat Sukabumi bahkan di daerah Pasundan, maka
penerbitannya tidak luput dari kecaman dan tantangan.
Ushul al Islam fi Tafsir Kalam al Muluk al alam fi
Tafsir Surah al Fatihah
Kanzur ar rahmah wa Luthf fi tafsir Surah al Kahfi
Tajrij qulub al Mu’minin fi Tafsir Surah Yasin
Kasyf as sa’adah fi tafsir Surah Waqi’ah
Hidayah Qulub as Shibyan fi Fadlail Surah tabarak al
Mulk min al Qur’an.
Kasyf adz Dzunnun fi Tafsir layamassuhu ilaa al
Muthahharun
Tafsir Surah al falaq
Tafsir Surah an Nas
Dalam bidang fiqih,
Al Jauhar al Mardliyah fi Mukhtar al Furu as
Syafi’iyah
Nurul Yaqin fi Mahwi Madzhab al Li’ayn wa al
Mutanabbi’in wa al Mubtadi’in.
Tasyfif al auham fi ar Radd’an at Thaqham.
Tahdzir al ‘awam fi Mufiariyat Cahaya Islam.
Al Mufhamat fi daf’I al Khayalat
At tanbih al mahir fi al Mukhalith
Tarjamah Fiqh al Akbar as Syafi’i.
Dalam bidang ilmu kalam
Kitab Haliyat al ‘Aql wa al Fikr fi bayan Muqtadiyat
as Syirk wa al Fikr.
Thariq as Sa’adah fi al Farq al islamiyah
Maj’ma al fawaid fi Qawaid al ‘Aqaid
Tanwir ad Dzalam fi farq al Islam
Miftahh al jannah fi bayan ahl as Sunnah wa al jama’ah
Tauhid al Muslimin wa ‘Aqaid al Mu’minin
Alu’lu an Nadhid
Al Mufid fi Bayan ‘ilm al tauhid
Siraj al Wahaj fi al Isra wa al
Mi’raj
Al ‘Uhud wa al Hudud
Bahr al Midad fi tarjamah
Ayyuha al Walad
Dalam bidang tasauf
Al Audiyah as syafi’iyah fi Bayan
Shalat al hajah wa al Istikharah
Siraja al afkar
Dalil as sairin
Jauhar al bahiyah fi Adab al
mar’ah al Mutazawwiyah
Mathla’ul al anwar fi Fadhilah al istighfar
Al tamsyiyah al Islam fi manaqib al
Aimmah
Fakh al albab fi Manaqib Quthub al Aqthab
Siraj al Adzkiya fi Tarjamah al
Azkiya.
D. Islam Sunda dan Peradaban Islam
Meskipun islamisasi Islam di tanah Sunda sudah dikatakan
sudah final, karena Islam sudah dianut oleh hampir seratus persen bangsa asli, tetapi
belum mencapai ke taraf peradaban Islam di tanah Sunda.
Islam yang baru tahaf embrio, seolah harus lahir secara premature,
karena pengaruh bangsa lain atau penjajahan bangsa eropa / belanda ke tanah Sunda yang terlalu
cepat. Sehingga Islam di tanah sunda belum mencapai ke dalam upaya upaya mencapai
tahap peradabannya. Bagai bayi yang datang prematue, karena itu ke depannya perlu
penanganan yang serius supaya sunda dan Islam menemukan bentuk peradaban sunda yang
islam yang lebih maju (modern).
Mengikuti bangsa lain, atau doktrin doktrin bangsa tetangga adalah
suatu kesalahan besar, karena kita punya karakter dan latar belakang yang berbeda.
Karena itu upaya upaya pembodohan yang selalu dipertahankan harus diurai sedikit
demi sedikit, suapay tidak mengganggujalan mulus untuk mencapai tatar sunda pada
peradaban islam yang modern.
Tatar sunda sekarang ini merupakan bagian dari negara indonesia.
Tentu hal ini menjadi peluang bagi bangsa ini untuk menata peradabannya yang modern,
sehingga nantinya akan menjadi barometer atau percontohan untuk kemajuan bangsa
bangsa tetangga lainnya.Jadi jangan menjebakan diri menjadi buih buih dilautan yang
mengikuti gerak langkah yang membuat opini, sehingga kita setia menjadi pengekornya.
Jika aceh dikatakan sebagai serambi mekah, maka harusnya tatar
sunda bisa dikatakan sebagai serambi medinahnya indonesia. Sebagaipousat kemajuan
umat islam indonesiasia yang modern.
BAB VII
MENGENAL SEJARAH ILMU PENGETAHUAN DAN TEKHNOLOGI DI TANAH SUNDA
Untuk menghancurkan suatu bangsa biiasanya, yaitu
dengan menghancurkan kebudayaanya. Dan hal inilah yang mungkin terjadi pada
urang Sunda. Seolah tidak ada yang tersisa dari hasil peradaban dari generasi
ke generasi.
Kadang kita membayangkan bahwa
tekhnologi dalam peradaban sunda klasik terlalu sederhana. Seperti yang
diungkapkan dalam film film dari kerajaan Jawa. Rakyatnya tidak memakai baju,
dan senjatanya hanya tumbak dan pedang, itupun jarang digunakan.
Tetapi ternyata jauh dari persangkaan kita, bahwa
tekhnologi telah berkembang demikian pesat, sesuai zamannya. Masyarakat kita
mengira bahwa senjata meriam berasal dari negeri barat. Seolah kita tidak
pernah menggunakan sebelumnya. Banyak dari cerita cerita atau
tulisan tulisan yang tersisa seolah mengggambarkan kebudayaaan kita yang
kaya. Sedikit informasi bukanlah halangan untuk tetap menyelediki. Justru
membuat kita harus tetap melakukan penyelidikan dan penyeldikan.
Sebenarnya sejarah peradaban di tanah sunda bagai
misteri besar yang masih belum terungkap. Tenntu dalam mengungkapnya
perlu dokumen yang banyak. Karena itu meskipun ada sedikit informasi, justru
disanalah kita memulainya. Yang pertama kita hars mengumpulkan data sebanyak
banyaknya, kemudian meletakannya ditempat yang tepat, Kemungkinan data data
yang kita dapat hanya sekumpulan data sampah yang penuh rekayasa dan
kebohongan, atau hanya cerita cerita yang mungkin kita anggap sesuatu yang
kurang berguna. Tetapi disanalah sebnenarnya uniknya dari berbagai
permasalahan. Kesimpulan belum bisa didapat dari data data yang kita dapat.
tetapi disnalah kita mulai berangkat, kita harus mengumpulkan data data yang
banyak.
Dengan ditemukannya prasasti yang dibuat di era
Tarumanagara, dan 2 naskah dalam bahasa sunda yang ditulis pada abad
ke-15 dan ke-16 Masehi, yaitu kitab Bujangga Manik dan Kitab Naskah Carita
Parahiyangan. Cukup membuat revolusi pemahaman terhadap peradaban Sunda mulai
terbuka, hal ini ditambah dengan penemuan naskah Wangsakerta yang ditulis pada
abad ke 18 M, membuat benang peradaban sunda masa lampau seolah mulai ada
benang merahnya. Hal ini ditambah dengan naskah naskah lainnya yang mulai
banyak membantu dalammengungkap kebudayaan sunda yang sebenarnya, misal naskah
Amanat Galunggung, yang banyak mengajarkan tentang gengsi sebagai sunda sebagai
suatu bangsa,yang harus menjaga identitasnya, dan kehormatann sebagai suatu
bangsa. Dan berita dari Tomie Fires cukup menggambarkan kita sebagai negara
yang makmur. Danmungkin banyak naskah naskah yang belum kita dapati yang
sebenarnya ada, tetapi kita tidak punya daya untuk mengungkapnya.
Jadi sedikit informasi bukan berarti kita prustasi,
terus mengambil kesimpulan yang gegabah dan tergesa gesa yang menafikan
tentang keberadaan peradaban di tanah Sunda. Apalagi hal ini sebenarnya
merupakan program dari saingan kita untuk membuat bangsa kita menjadi bangsa
yang inferior, bukan bangsa yang superior.
Musnahnya peradaban suatu bangsa diawali dengan
menyusutnya tekhnologi bangsa sendiri. Ada suatu teori yang kembangkan
oleh Ibn Khaldun dalam Mukadimahnya yang terkenal. Menurutnya yang intinya
kemunduran peradaban suatu bangsa karena menurunnya profesi profesi yang
beragam ke arahyang mneyempit. Banyak orang meninggalkan profesi profesi
dimasa kemajuannya. Dan mungkin dihancurkan tekhnologinya karena kalah perang.
Sehingga seolah bangsa kehilangan kemampuannya. dan bangsa tersebut lambat laun
akan terjebak ke arah kemundurannya.
Karena itu mengungkap kembali peradaban yang sudah
lama hilang adalah suatu upaya untuk membangun lagi peradaban ke ddepan. Seolah
harus ada benang merah antara masa lampau dan masa sekarang, dan mungkin masa
depan. Karena untuk membangun peradaban ke depan, harus membuat benang merah
ini sebsar besarnya, sehingga setiap orang nantinya akan berpartisipasi danam
memajukan bangsanya sendiri.
Setidaknya disini akan mengungkap ungkapan ungkapan
atau hasil tekhnologi masa lampau sebagai upaya membangun gairah baru
generasi mda kita, bahwa sesungguhnya kita itu merupakan keturunan bangs abesar
yang terjebak pada genangan lumpur kebodohan, sehingga sangat sulit untuk
keluar dari hal tersebut. adi perlu mengungkap benang merah, agar generasi
berikutnya bisa keluar dari kebodohan, keterbelakangan yang sebenarnya dibuat
oleh kita sendiri, karena mempertahankan kebodohan, karena mempertahankan
ketidaktahuan, dan karena mempertahankan keungin tidak tahuan.
Banyak dari bangsa kita mempunyai pemahaman terhadap
sejarah kita. Dalam perang kemerdekaan mislanya yang diagung agungkan adalah
bambu runcing. Padahal kita dalam perang melawan tentara inggris atau sekutu,
dan belanda menggunakan senjata. Seolah kita ingin mempromosikan bahwa bangsa
kita hebat, hanya dengan bambu runcing saja penjajah sudah tunggang langgang.
Hal ini adalah pemahaman yang sangat keliru dan pemutar balikan fakta. Bambu
runcing adalah senjata pertahanan di kampung kampung atau di kota,sbegai upaya
berjaga jaga, bukan untuk perang. Tentara kita dalam berperang sudah
menggunakan senjata yang didapat dari rampasan perang. dan harus diingat,
bahwa pejuang pejuang kita dimotori oleh tentara tentara kita yang dididik oleh
Jepang, baik melalui jalur Peta maupun tentara bantuan Jepang sebelumnya. dan
yang tergabung dalm organisasi tersebut ada ratusan ribu.
Jadi disini terdapat pembodohan sejarah, karena penyepelean terhadap ilmu pengetahuan dan tekhnologi. Seolah ingin membuat logika sederhana bahwa dengan bambu runcing saja kita menang melawan penjajah. Dsisnilah sebenarnya letak kemampuan kita. Kita seolah ingin mengedepankan nilai nilai yang tidak masuk akal ke dalam dunia realtias yang ada. Dan hal ini seolah menjadi suatu doktrin. doktrin pembodohan yang tetap dipetahankan.
Jadi disini terdapat pembodohan sejarah, karena penyepelean terhadap ilmu pengetahuan dan tekhnologi. Seolah ingin membuat logika sederhana bahwa dengan bambu runcing saja kita menang melawan penjajah. Dsisnilah sebenarnya letak kemampuan kita. Kita seolah ingin mengedepankan nilai nilai yang tidak masuk akal ke dalam dunia realtias yang ada. Dan hal ini seolah menjadi suatu doktrin. doktrin pembodohan yang tetap dipetahankan.
Berikut ini adalah tekhnologi atau hasil budaya yang
memang sudah ada sejak zaman dahulu kala,baik transfortasi, persenjataan, budi
daya tanaman, perkapalan dan kebudayaan lainnya.
1. Konstruksi
1. Konstruksi
Bidang Konstruksi ditanah sunda selalu dihubungkan
dengan tokoh Sangkuriang, yang mampu membendung sungai citarum menjadi suatu
danau hanya dalam semalam.
Meskipun Sangkuriang, sekarang ini hanya dikenal
dengan tokoh legenda yang berkaitan dengan legenda cerita Gunung Tangkuban
Perahu dan Danau bandung. Tokoh Sangkuriang ini diyakini adalah tokoh nyata
dalam peradaban Sunda. Dan Karya sunda yang ditulis pada abad ke-15 Masehi ada
yang menceritakan tokoh Sangkuriang ini, meskipun hanya 1 kata, yang dikaitkan
dengan nama suatu tempat.
Kebanyakan orang indonesia termasuk orang sunda
gampang menyimpulkan sesuatu dan enggan melakukan penyelidikan. Sehingga segala
sesuatu dimudahkan. Tokoh nyata dikatakan tokoh legenda. Karena sifat bangsa
ini yang tidak pandai dalam menyelidiki dan mempunyai kemalesan dalam
berpikir. Karena jika sesuatu sudah divonis cerita legenda, seolah
permasalahan sudah selesai. Padahal mungkin banyak literatur yang menceritakan
itu, tetapi kita masih belum mendapatkannya.
Pelancong Sunda dan penulis abad ke15 Masehi yang bernama Bujangga Manik
telah menyinggung nama sangkurian ini dalam tilsannya (L:ihat naskah Bujangga
manik).
Masalah konstruksi juga dikaitkan dengan perannya raja
raja dari Tarumanagara yang membuat sodetan sodetan Sungai Citarum dalam
upayannya untuk transfortasi ke ibukota juga pencegahannnya terhadap banjir.
Hal ini bisa di lihat dalam prasasti prasasti yang ditemukan yang dibuat di
zamannya. Dan juga bisa dibaca secara detail di suatu naskah yang disebut
dengan naskah Wangsakerta.
Dan mungkin juga cerita dari prabu Hariang banga yang
membuat benteng ibukota negara di pakuan (nu nyusuk di Pakuan), sebagai upaya
membuat ibukota yang kokoh (lihat naskah carita parahiyangan). Dan juga bis adikaitkan
dengan Prabu Susuk Tunggal yang membangun istana.
2. Tekhnologi Perang dan perlengkapannya
Teknologi dalam berperang
atau persenjataan telah banyak dibahas di era kerajaan tarumanagara, terutama
sang Raja Purnawarman, seorang maharaja yang gagah perkasa di abad 5 masehi (2
abad sebelum Nabi Muhammad lahir). Hal ini bisa ditemui dalam prasasti
peninggalan kerajaan tarumanagara, dan juga telah diceritakan dengan lengkap di
naskah wangsakerta.
BAB VIII
MENGENAL
PRODUK HASIL BUDAYA
Dalam perjalanannya selama ratusan tahun budaya Sunda
berkembang seiring dengan perkembangannya sesuai dengan pengaruh yang dominan
waktu itu. Hasil produk budaya tidak bisa dikatakan mencerminkan budaya
keseluruhan dari masyarakat sunda, tetapi merupakan hasil dari kreasi dari
zamannya.
Berikut ini adalah hasil produk budaya Sunda, sebagai
hasil dari pergulatan dengan pengaruh dominan waktu itu, diantaranya:
A. Bahasa
Dalam perkembangannya, biasanya bahasa berkembang
seiring dengan kemajuan suatu bangsa. Tetapi bahasa Sunda justru mengalami
kemunduran. Pengaruh penjajahan dan juga pengaruh bangsa lain yang dominan
menyebabkan bahasa sunda mengalami distorsi, dari suatu bahasa yang egaliter
terjebak menjadi bahasa feodal, mengikuti kebudayaannya yang terjajah.
Meskipun tidak serumit dalam bahasa jawa yang
mempunyai tingkatan tingkatan bahasa, tingkatan bahasa dalam bahasa sunda
justru merumitkan untuk menjadi bahasa yang egaliter.
Bahasa feodal adalah bahasa satu arah. Bahasa anggah
inggih yang penggunaannya harus melihat strata sosial. Jika ke orang biasa
pakai bahasa ngoko (biasa), tetapi ke kalangan pejabat atau orang tua harus
halus. Jadi bahasa hanya satu arah, yang menunjukan tingkatan strata sosial
atau kasta dalam masyarakat. Orang tua bisa berkata kasar terhadap anaknya atau
anak anak, tetapi yang muda harus sopan terhadap yang tua. Jadi bahasa feodal
yang mengenal tingkatan tingkatan bahasa sesungguhnya tidaklah demokratis,
tidak menjunjung tinggi egaliterisme manusia. Dan kurang menghargai orang orang
kecil atau masyarakat biasa. Dan bahasa seperti ini tetap dijaga untuk menunjukan
strata sosial atau kasta secara materi atau jabatan.
1. Evolusi Bahasa Sunda Egaliter ke
Bahasa Feodal
Penjajahan selama ratusan tahun menimbulkan perubahan
bahasa dari tanah Sunda. Bahasa sunda telah banyak mengalami distorsi dan
cenderung terjebak menjadi bahasa feodal. Bahasa Sunda egaliter telah mengalami
distorsi menuju bahasa feodal.
Menurut sejarah, pada awalnya bahasa sunda tidak
bertingkat-tingkat, tidak mengenal istilah kasar dan halus. Bahasa kasar dan
halus biasa dikembangkan dalam masyarakat feodal yang otoriter.
Jadi bahasa sunda yang awalnya egaliter kemudian
mengalami feodalisasi di era tanah sunda karena ada pengaruh dari
Mataram dan juga akibat penjajahan belanda.
Bahasa sunda yang tetap mempoertahankan sifat
egaliternya adalah bahasa Baduy. Bahasa yang dipakai oleh suku baduy merupakan
bahasa asli sunda, yang tiak mengenal strata sosial. Bahasa yang digunakan oleh
masyarakat Baduy adalah bahasa yang digunakan dalam keraton sunda, hal ini bisa
dilihat dalam tulisan bujangga Manik dalam naskahnya,
2. Bahasa Sunda Kiwari
3. Perlunya Mengembalikan Egaliter Bahasa Sunda
4. Fungsikan Bahasa Sunda Menjadi Bahasa Ilmu
pegetahuan Suatu Harapan
B. Budaya
Kebudayaan Sunda berkembang seiring dengan
berkembangnya waktu. Kadang turun naik hasil kebudayaan sesuai dengan kondisi
masyarakat atau zamannya waktu itu. Perpolitikan yang selalu berubah membuat
produk produkbudaya yang dihasilkan menyesuaikan dengan kebudayaannya
dizamannya.
1. Seni Budaya
a. Wayang Golek
Wayang golek merupakan produk budaya hasil dari budaya
di era islamisasi di tanah Sunda. Dalam cerita wayang golek hampir sama dengan
cerita Wayang Kulit dalam budaya Jawa, yaitu berkisar diantara cerita yang ada
dalam kisah Mahabarata dan juga Kisah Ramayana, dengan pendekatan yang lebih
islami. Seperti halnya dengan wayang kulit dalam tradisi Jawa, dalam
menyelipkan da’wahnya, para penybar agam Islam menyelipkan suatu tokoh keluarga
yang disebut punakawan. Semar sebagi sentral dalam tokoh punakawan, dengan
ajian jamuslayang kalimusadat, dan ketiga anaknya: Cepot, Dawala dan Gareng.
Wayang golek merupakan suatu hasil jerih payah dari
upaya upaya islamisasi melalui budaya yang dilakukan oleh para penyebar Islam
awal. Berbeda dengan tradisi Jawa, tokoh tokoh wayang telah menjadi filsafat
dalam kehidupan, tetapi di tataran sunda lebih mengarah ke dunia hiburan saja.
Filsafat yang berkaitan dengan tokoh tokoh wayang tidak berkembang. Jadi
meskipun wayang golek telah menjadi tontonan yang memasyarakat, terutama di
zamannya, tetapi tidak menjadikannya sebagai filsafat pola hidup masyarakatnya.
1)Ada perbedaan antara Punakawan Wayang Kulit dalam budaya Jawa dengan Wayang Golek dalam budaya sunda, yaitu tentang tokoh anak anak semar, yaitu cepot, dewala dan Gareng. Cepot dalam wayang golek adalah kakak tertua, sedang dalam cerita wayang kulit, tokoh cepot ini disebut dengan Bagong, merupakan anak bungsu. Gareng dalam budaya wayang golek merupakan anak bungsu, sedang dalam wayang kulit merupakan anak tertua. Sedang tokoh dewala, sama sama merupakan anakkedua baik dalam cerita Wayang Golek maupun Wayang kulit, dan yang membedakan adalah istilah nama dari tokoh ini. Jika diwayang golek disebut Dewala, sedang dalam wayang kulit lebih dikenal dengan nama petruk.
2. Pakaian
Budaya membuat pakaian sebenarnya merupakan budaya
sunda yang paling tua. Produk membuat pakaian atau dalam istilah lama disebut
menenun, sudah dikenal diera Sangkuriang. Ibunya, Dayang Sumbi dan proses
kelahiran anaknya yang bernama Sangkuriang dikaitkan dengan menenun pakaian
ini. Jadi budaya membuat pakaian telah begitu tua dikenal di negeri sunda.
3. Beladiri
a. Pencak Silat
Pencak silat atau juga dikenal dengan nama maenpo
suatu kata yang diyakini berasal dari daerah Pasundan. Karena di daerah ini
telah lahir suatu aliran pencak silat tertua yang dikenal di Indonesia. Silat
aliran Cimande diyakini merupakan aliran tertua yang telah melahirkan berbagai
perguruan silat di Indonesia. Tidak hanya aliran Cimande, tetapi juga kemudian
lahir aliran silat Cikalong, Subandar dan lain lain.
Dan tokoh tokoh tersebut kebanyakan berasal dari
daerah Cianjur (dan juga bogor). Karena itu Cianjur dikenal dengan Seni Bela
Diri Pencak Silat yang menghasilkan berbagai aliran terkenal, antara lain
aliran Cikalong, Cimande dan Sabandar. Dalam perkembangannya, Pencak Silat
Cianjur menghasilkan aliran-aliran baru seperti aliran Cikaret, Bojongherang,
dan lain lain..
Cianjur juga banyak menghasilkan tokoh-tokoh
persilatan antara lain : R. Abah M. Sirod, R. Didi Muhtadi (Gan Didi), R.O.
Saleh (Gan Uweh), Abah Aleh, R. Idrus, R. Muhidin dll. Sedangkan tokoh Maenpo
(Pencak Silat Peupeuhan) antara lain : Rd. H. Ibrahim, H. Toha, Aa Dai, Wa Acep
Tarmidi, Abah Salim, Adung Rais dan yang lainnya.
a.1. Aliran Cimande
Pencipta dari aliran Cimande adalah Abah Kahir (ada
yang mengatakan Abah Sakir, Abah Khaer dan lain lain). Pencak silat aliran
Cimande sering disebut juga dengan nama Maenpo Cimande. Kata Maenpo
berasal dari kata maen poho (bahasa sunda), yang berasal dari kata maen dan
poho (lupa), yang dapat diartikan sebagai menipu gerakan. Karena itu
kemudian dipersingkat menjadi maenpo..
Ia diyakini berasal dari daerah Tatar sunda selatan
(Garut, Tasikmalaya atau Cianjur Selatan). Ia belajar beladiri justru dari
istrinya yang ahli dalam beladiri. Istrinya diceritakan selain mempunyai
keahlian dalam beladiri juga menyaksikan pertarungan antara Harimau (Macan
dalam bahasa sunda) dan 2 ekor Monyet. Salah seekor monyet membawa ranting
dalam melawan harimau tersebut. Sedang yang satunya bertangan kosong. Dari
peristiwa ini Sang Istri kemudian menciptakan jurus pamacan,
pamonyet dan pepedangan yang merupakan salah satu jurus andalan dari
aliran ini.
Karena kehebatannya dalam beladiri, Abah Kahir
kemudian dijadikan pamuk (guru beladiri) dilingkungan kabupatian oleh
Bupati Cianjur yang bernama Rd. Aria Wiratanudatar VI (1776-1813) atau
dikemudian hari dikenal dengan nama Dalem Enoh.
Bupati Aria Wiratanudatar VI memiliki 3 orang anak,
yaitu: Rd. Aria Wiranagara (Aria Cikalong), Rd. Aria Natanagara (Rd.Haji
Muhammad Tobri) dan Aom Abas (ketika dewasa menjadi Bupati di Limbangan-Garut).
Satu nama yang patut dicatat di sini adalah Aria Wiranagara (Aria Cikalong),
karena dialah yang merupakan salah satu murid terbaik Abah Khaer dan nantinya
memiliki cucu yang menciptakan aliran baru yang hebat.
Setelah Bupati Aria Wiratanudatar VI (tahun
1813), meninggal. Pada tahun 1815 M Abah Kahir pergi ke Bogor mengikuti anak
sang bupati Cianjur tersebut, Rd. Aria Natanagara yang menjadi Bupati di
Bogor. Mulai saat itulah dia tinggal di Kampung Tarik Kolot – Cimande hingga
meninggal pada tahun 1825 M (dalam usia yang tidak tercatat).
Abah Khaer sendiri memiliki 5 orang anak Endut, Ocod,
Otang, Komar dan Oyot. Mereka inilah dan murid-muridnya sewaktu dia bekerja di
kabupaten yang menyebarkan Maenpo Cimande ke seluruh Tatar Sunda. Sementara di
Bogor, salah seorang muridnya yang bernama Ace yang meninggal di Tarikolot,
yang hingga kini keturunannya menjadi sesepuh pencaksilat Cimande Tarikolot
Kebon Jeruk Hilir.
Abah Kahir pernah datang ke Sumedang di era Pangeran
Kornel. Oleh penulis buku Pangeran Kornel, Rd Memed Sastradiprawira, Abah
Kahir digambarkan sebagai selalu berpakain kampret dan
celana pangsi warna hitam. Dan juga dia selalu memakai ikat
kepala warna merah, digambarkan bahwa ketika dia ngibing di atas panggung
penampilannya sangat ekspresif, dengan badan yang tidak besar tetapi otot-otot
yang berisi dan terlatih baik, ketika ngibing (menari) seperti tidak mengenal
lelah. Terlihat bahwa dia sangat menikmati tariannya tetapi tidak kehilangan
kewaspadaannya, langkahnya ringan bagaikan tidak menapak panggung, gerakannya selaras
dengan kendang (Nincak kana kendang suatu istilah sunda).
a.2. Aliran Cikalong
Pencipta dan penyebar aliran Pencak Silat Cikalong
adalah R. Djajaperbata atau dikenal dengan nama R.H. Ibrahim. R.H. Ibrahim
meninggal tahun 1906 dimakamkan di pemakaman keluarga Dalem Cikundul, Cikalong
Kulon Cianjur.
Aliran ini mempunyai ciri permainan rasa yaitu
sensitivitas atau kepekaan rasa yang mampu membaca segala gerak lawan ketika
anggota badan saling bersentuhan dan dapat melumpuhkannya. Ciri lain adalah
ilmu pukulan (ulin peupeuhan-bahasa sunda) yang mengandalkan kecepatan gerak
dan tenaga ledak.
Di era kelahiran pencak silat aliran cikalong,
di Cianjur muncul tokoh Pencak Silat bernama Muhammad Kosim di Kampung Sabandar
Karang Tengah Cianjur dikenal sebagai Mama Sabandar,. Karena itu aliran silat
ini kemudian dikenal dengan nama Subandar.
Salah satu ciri aliran ini ialah kemahiran dalam
mengeluarkan tenaga yang dikenal dengan nama Liliwatan.
b. Boxer
Di era modern muncul tokoh ahli bela diri yang
justru lahir dari pergesekan karena lingkungan yang keras, yang bernama Achmad
darajat atau dikenal dengan Aa Boxer. Dan metodenya ia kemudian namakan Tarung
Darajat.
Tarung Darajat diciptakan oleh Achmad Darajat atau
yang kemudian terkenal dengan nama Aa Boxer. Ia lahir di Garut pada tahun 1951
M, yang merupakan putra dari pasangan Adang Latif dan Mintarsih.
Meskipun bertubuh tidak terlalu tinggi, ia sangat
menggemari olahraga keras seperti beladiri dan juga sepak bola. Karakter yang
berani, ulet dan lingkungannya yang keras membuat ia harus berhadapan dengan
berbagai kekerasan.
Aa Boxer membuat suatu filosofi dari Tarung Derajat,
yaitu : Ilmu, tindakan moral dan sikap hidup yang memanfaatkan kemampuan daya
gerak otot, otak dan nurani secara Realistis dan Rasional, terutama pada upaya
penguasaan dan penerapan 5 (lima) daya gerak moral, yaitu : Kekuatan -
Kecepatan - Ketepatan - Keberanian - Keuletan pada sistem ketahanan dan
pertahanan diri yang agresif dan dinamis pada bentuk-bentuk gerakan pukulan,
tendangan, tangkisan, bantingan, kuncian, hindaran dan gerakan anggota tubuh
penting lainnya yang terpola pada teknik, taktik, dan strategi bertahan dan
menyerang yang praktis dan efektif bagi suatu ilmu olahraga seni beladiri.
Dan semboyannya yang terkenal adalah Aku ramah
bukannya takut, aku tunduk bukannya takluk.
Beladiri Tarung Darajat ini kemudian dijadikan
beladiri resmi kepolisian Indonesia. Dengan alasan karena bermula dari
kegusaran para pimpinan Polri tentang kondisi riil saat ini, di mana anggota
Polri sering kalah berduel dengan penjahat, dan bahkan senjata pun dirampas.
Maka Polri pun membutuhkan suatu beladiri yang bisa melumpuhkan lawan dengan
cepat, bahkan jika lawan lebih dari satu.
Bab VIII
Sunda
Kiwari Suatu Potensi
A.
Kekayaan Alam dan Potensi Wisata
B.
Kekayaan Sosial Budaya Suatu Potensi
C.
Kuliner Suatu Potensi
D.
Kekayaan Kreativitas Suatu Potensi ke Arah Pusat Mode
E. Tempat
Lahir Para Artis, Suatu Potensi
Tanah Sunda memang di takdirkan untuk
melahirkan para artis papan atas di Indonesia. Setidaknya sederet artis,
baik dalam bidang biduan suara, seni peran dan lain lain. Dibawah ini adalah
merupakan deretan para artis yang lahir dan dibesarkan dari tanah sunda atau
masih mempunyai darah Sunda, yaitu:
1.. Dalam Bidang Biduan Suara
a. Dangdut
Dalam hal penyanyi dangdut tatar
sunda memang gudangnya. Daerah daerah penghasil penyanyi dangdut terutama
Tasikmalaya, Cianjur dan daerah Pantura (Ciebon dan Indramayu).
a.1. Rhoma
Irama
Raden Haji Oma Irama atau disingkat Rhoma
Irama, seorang artis yang lebih dikenal dengan julukan si raja Dangdut. Ia
lahir di Tasikmalaya, 11 Desember 1946. Ia masih turunan ningrat sunda. Ayahnya Raden Burdah
Anggawirya, seorang komandan gerilyawan Garuda Putih, memberinya nama ‘Irama’
karena bersimpati terhadap grup sandiwara Irama Baru asal Jakarta yang pernah
diundangnya untuk menghibur pasukannya di Tasikmalaya. Ia merupakan putra kedua
dari 14 bersaudara, 8 laki-laki dan 6 perempuan
(8 saudara kandung, 4 saudara seibu dan 2 saudara bawaan dari ayah tirinya).
a.2. Itje
Trisnawati
Penyanyi dangdut yang lahir di
Tasikmalaya 27 maret 1963. Ia terkenal dengan lagunya Duh Engkang.
a.3. Evie Tamala
Penyanyi dangdut yang lahir di
Tasikmalaya, pada 23 Juni 1969. Nama aslinya Cucu Suryaningsih. Ia terkenal
dengan lagunya Selamat malam cinta, Cinta ketok Majic. Dan Dokter Cinta.
a.4.
Iis Dahlia
Artis dangdut kelahiran Bongas
Indramayu pada 29 Mei 1972. Nama aslinya Iis Laeliyah Lagu Iis yang
terkenal antara lain, Tamu Tak Diundang, Payung Hitam, Cinta
Bukanlah Kapal, Seroja
a.5. Lilis
Karlina
a.6.
Ayu Tingting
b. Grup
Band
Di tatar sunda banyak juga
bermunculan grup band papan atas di negeri ini, setidaknya mungkin orang
mengenal grup band Gigi, Peter Pan, Noah, Setia Hati, Java Jive, Coklat dan
lain lain
b.1. Gigi
Grup band asal Bandung dengan aliran Pop Rock. Gigi
resmi dibentuk pada tanggal 22 Maret 1994. Pada awalnya Grup Band ini terdiri
atas Armand Maulana (vokalis), Thomas Ramdhan
(bassis), Dewa Budjana (gitaris), Ronald Fristianto (drummer) “EVO
Band” , dan Baron Arafat “Baron Soulmate” (gitaris). Nama Gigi sendiri muncul
setelah para personilnya tertawa lebar mengomentari nama Orang Utan. Dengan
latar belakang musik yang beda-beda, mereka menggabungkannya ke dalam satu
musik yang menjadi ciri khas Gigi.
b.2. Kahitna
Grup musik asal Bandung, Indonesia, yang
dibentuk pada 24 Juni 1986, yang dimotori oleh Yovie
Widianto (kibor). Walaupun kerap mengusung tema cinta dalam liriknya,
Kahitna terkenal bisa memadukan unsur musik jazz, pop, fusion, latin dan
bahkan etnik ke dalam bentuk ramuan yang memikat. Grup musik yang
memulai kariernya lewat panggung festival dan cafe ini diakui mempunyai
kekuatan pada aransemen musiknya yang terbilang orisinil.
b.3. Peterpan
Peterpan adalah sebuah band beraliran pop
rock dari Bandung, Indonesia. Band ini dibentuk pada tahun 1997
dan terkenal berkat lagu-lagunya Ada
Apa Denganmu, Topeng dan Kukatakan Dengan Indah. Pada awalnya kelompok Peterpan terdiri
dari Ariel, Uki, Loekman, Reza, Andika,
dan Indra. Namun di bulan November 2006, dua anggotanya, Andika dan Indra
dipecat dari grup musik tersebut. Perpecahan ini dipicu adanya perbedaan
prinsip kreativitas. Setelah itu kemudian nama Peterpan berubah menjadi Noah
b.4. Noah
Grup band asal Bandung dengan aliran Pop Rock. Noah
sebelumnya memiliki nama Peterpan ini sempat menjadi grup band paling hits di
Indonesia. Grup band ini sempat menduduki puncak musik di Indonesia dengan
lagu-lagu hitsnya, seperti Topeng, Ada Apa Denganmu, Bintang Di Surga, dan
masih banyak lagi. Namun, di perjalanan karirnya, grup band Peterpan mengalami
perpecahan. Dari perpecahan ini, lahirlah Noah yang digawangi oleh Ariel,
Lukman, Uki, dan David. Noah ternyata tidak kehilangan popularitasnya. Dengan
single awal berjudul Separuh Aku, Noah mampu membangkitkan kepopulerannya.
b.5. ST 12 (Setia
Band)
ST 12 meupakan grup band aliran pop yang didirikan
di Bandung, pada tahun 2004. Grup ini didirikan oleh Ilham
Febry alias Pepep (drum), Dedy Sudrajat alias Pepeng
(gitar), Muhammad Charly van Houten alias Charly (vokalis),
dan Iman Rush (gitaris). Nama ST 12 sendiri merupakan kependekan dari
Jl. Stasiun Timur No. 12 Bandung yang merupakan markas
berkumpulnya band ini. Pada 13 Oktober 2011, Pepeng keluar dari
ST12 setelah menyusul Charly. Setelah perpecahan maka ST-12 berganti nama
menjadi Setia Band.
b.6. Coklat
Grup band asal Bandung dengan aliran Pop
Rock. Grup band ini memilih nama ”Cokelat” karena mereka
ingin musik yang mereka suguhkan bisa dinikmati oleh semua kalangan,
seperti halnya makanan cokelat. Cokelat berdiri pada
tanggal 25 Juni 1996, dan sampai saat ini masih aktif dalam
mewarnai panggung blantika musik Indonesia. Setelah vokalis pertama
Kikan berpisah dengan Cokelat, Cokelat mengumumkan personil barunya yaitu Sarah
Hadju, finalis Indonesian Idol Musim Keempa
b.7. Project Pop
Project pop merupakan sebuah grup vocal yang terkenal
dengan lirik jenaka. Anggota grup vocal ini pada awalnya merupakan anggota grup
komedi Padhyangan yang berasal dari Bandung. Grup vocal yang anggotanya berasal
dari anggota komedi ini dibentuk pada tanggal 4 Desember 1982. Tujuan awal
dibentuknya grup vocal ini adalah untuk menyalurkan seluruh ide-ide gila dari
para anggotanya yang berhubungan dengan bidang seni.
b.8. The Cangcuters
Grup band asal Bandung dengan aliran Rock and Roll.
Grup ini dibentuk pada 19 September 2005,
beranggotakan Mohammad Tria Ramadhani alias Tria (vokalis), Muhammad
Iqbal atau Qibil (backing vocal, gitaris), Arlanda Ghazali
Langitan atau Alda (gitaris), Dipa Nandastyra Hasibuan atau Dipa (bassis), dan
Erick Nindyoastomo alias Erick (drummer). Album pertamanya adalah Mencoba
Sukses (2006) dan diikuti album kedua (repackaged) Mencoba
Sukses Kembali dirilis pada tahun 2008.
b.9. Jamrud
Grup band asal Bandung dengan aliran Heavy Metal.
b.10. The Titans
Grup band asal Bandung dengan aliran Pop.
b.11. Utopia
Grup band asal Bandung dengan aliran Rock.
b.12. Pas band
Didirikan oleh musisi asal Bandung. Grup band ini
mencampurkan warna music rock, hip hop, dan punk. Grup band yang digawangi oleh
Yukie sebagai vokalis, Trisno sebagai pemain bass, Bengbeng pada gitar, dan
Sandy sebagai drum. Grup ini mulai meniti karir dari panggung ke panggung
sejak tahun 1989.
b.13. /Rif
Grup band yang didirikan pada tahun 1992 di Bandung. Pada
awal berdirinya, grup band ini bernama Badai. Lalu, setahun kemudian, barulah
band ini dikenal dengan nama /Rif. /Rif sendiri merupakan singkatan dari rhythm
in freedom.Di awal karirnya, grup band yang satu ini memulainya dengan menjadi
pengisi music di kafe-kafe di Bandung. Setelah menjalani karir sebagai musisi
kafe, grup band ini pun resmi menggunakan nama /Rif sebagai nama panggung
mereka di tahun 1995
b.14. Seurieus band
Grup band yang berawal dari sekumpulan anak mahasiswa seni
rup, terbentuk karena alasan ingin mengekspresikan kegilaan yang ada pada diri
anggotanya dalam bermusik. Kecintaan para anggota band Seurieus ini awalnya
merupakan pelarian dari mata kuliahnya sebagai mahasiswa seni rupa yang
dinilainya cukup pusing. Terbentuk sekitar akhir tahun 1994, grup band ini
memulai karirnya dari panging-panggung kecil di sekitar Bandung dan sekitarnya.
Dengan konsep entertaining the audience, grup band ini menampilkan sajian music
yang polos, lugu, total, penuh aksi, namun tetap menghibur. Hal inilah yang
kemudian melahirkan aliran musik “sendiri” mereka, yaitu Hepi Metal (happy
Metal). Hepi Metal ini berasal dari kata Heavy Metal yang diucapkan dengan
logat Sunda.
b.15. SHE
Grup band asal Bandung, yang berdiri
pada 22 Februari tahun 2000 dan semua personelnya adalah kaum perempuan.
Berdirinya band ini berawal dari Dino Naturandang yang mengumpulkan para
personel band ini dimulai dari pertemuan mereka di salah satu studio musik di
kota Bandung. Setelah pertemuan itu selesai terbentuk band SHE yang diambil
dari singkatan Sound and Harmony Eclectic.
Grup band asal Cianjur dengan aliran Pop Rock.
b.17. Five Minutes
Grup band asal Cianjur dengan
aliran Rockmantic.
b.18.
Bondan Prakoso
Grup band asal Bogor dengan aliran
Pop Rock, Rap.
b.19.
Omelette
Grup band asal Bandung dengan
aliran Pop
b.20.
Marvells
Grup band asal Bandung dengan
aliran Pop
b.21.
Goliath
Grup band asal Sukabumi dengan
aliran Pop
b.22.
Vagetoz
Grup band asal Sukabumi dengan
aliran Pop
b.23. Dan
Lain Lain
Masih banyak juga grup band lainnya
yang berasal dari tatar Sunda ini, terutama yang berasal dari Bandung.
c. Dalam
Bidang Pop
c.1. Rosa
c.2.
Heti Koes Endang
c.3.
Mulan jamila
d. Dalam bidang biduan suara Tradisi
d.1. Rosa
d.2.
Heti Koes Endang
d.3.
Mulan jamila
2. Dalam Bidang Entertainmen
d.1. Rafi
Ahmad
d.2.
Irfan Hakim
d.2. Rina
Nose
d.4. Sule
c. Dalam
Bidang Seni Peran
c.1 Iko Uwais
c.2. Paramitha
Rusadi
c.3 Oneng
c.4. Kang Ibing
Bab IX
Potensi
Kepemimpinan
Meskipun
hingga kini seolah kepemimpinan dalam masyarkat sunda belum banyak dilirik,
tetapi sebenarnya merupakan potensi yang sangat besar. Seolah bagai kuda
hitam dalam catur, dianggap sang penentu,mungkin kepemimpinan dalam sistem
kenegaraan di indonesia justru sbenarnya sangat diharapkan.
Dalam buku sejarah yang kita pelajari disekolah sekolah, banyak dipelajari sejarah tentang sistem kepemimpinan dari kerajaan yang ada di jawa timur, yaitu kerajaan Singashari dan kerajaan Kediri, yang merupakan cikal bakal kerajaan Majapahit. Dalam kisah tersebut sistem kepemimpinan yang dipelajari banyak diilhami oleh Ken Arok.
Merebut dari yang satu kepada yang lain. Dan sistem kepemimpinan dalam konteks ini adalah sistem yang saling menjatuhkan. Untuk menjadi pemimpin
harus menjatuhkan atau mengkudeta yang lain atau yang lama.. Sehingga dalam
literatur kekuasaan Jawa, kerajaan tidak ada yang bertahan lama,. Hal ini dapat dilihat dari
silsilah kerajaan kerajaan seperti : Kediri, Singashari, Majapahit, Demak dan
lain lain. Sehingga seolah menjadi tradisi hingga kini, satu sama lain pemimpin harus saling menjatuhkan.
A. Dalam Sejarah, Penguasa Besar Turunan Sunda
Dalam
kitab Wangsakerta bahwa kerajaan pertama yang ada di Indonesia adalah
Salakanagara yang ada di daerah Banten sekarang, tepatnya di teluk lada
Pandeglang. Yang berkuasa di kerajaan tersebut adalah dinasti Dewawarman, dari
Deawawarman 1 hingga Dewawarman 9.
Kerajaan
salakanagara inilah kemudian yang menjadi cikal bakal kerjaan tarumanagara,
Sunda dan juga Galuh dikemudian hari. Dan penguasanya dinasti Warman telah
melahirkan penguasa penguasa besar di Indonesia atau nusantara waktu itu. Aswawarman
dari kerajaan Kutai merupakan turunan dari penguasa salakanagara, bahkan
Adityawarman penguasa Sriwijaya masih merupakan turunan dari dinasti
Warman ini.
Aswawarman
Purnawarman
Adityawarman
1. Sonjaya
Sonjaya
atau Rakeyan Jambri seolah tidak pernah didengar dalam sejarah pelajaran di sekolah sekolah. Meskipun ada, keberaddaannya seolah ditutup tutupi, termasuk peran Sena, sang ayahnya di tanah jawa, karena berdimensi politik. Padahal Sonjaya merupakan pemersatu Jawa pertama, setelahnya tidak ada raja raja di pulau Jawa yang bisa mempersatukan lagi yang ada di pulau ini.
Sonjaya merupakan anak dari Prabu Sena (raja Galuh ke-3), dan menjadi raja kerajaan Sunda yang ke-2, menggantikan kakek istrinya yang meninggal. Ia juga dapat menguasa Gluh, hingga akhirnya menjadi raja di Kalingga / Medang (Mataram kuno) menggantikan ayahnya, Prabu sena, yang sebelumnya juga sudah menjadi raja disana. Dengan demikian Sonjaya atau Rakeyan Jambri merupakan penguasa Jawa pertama yang dapat mempersatukan kekuasaan dibawah kekuasaannya. Sunda, Galuh dan Mataram kuno (Medang / Kalingga).
Sonjaya merupakan anak dari Prabu Sena (raja Galuh ke-3), dan menjadi raja kerajaan Sunda yang ke-2, menggantikan kakek istrinya yang meninggal. Ia juga dapat menguasa Gluh, hingga akhirnya menjadi raja di Kalingga / Medang (Mataram kuno) menggantikan ayahnya, Prabu sena, yang sebelumnya juga sudah menjadi raja disana. Dengan demikian Sonjaya atau Rakeyan Jambri merupakan penguasa Jawa pertama yang dapat mempersatukan kekuasaan dibawah kekuasaannya. Sunda, Galuh dan Mataram kuno (Medang / Kalingga).
Meskipun
akhirnya Galuh dapat dikuasai oleh Ciung Wanara, dan menjadikannya ia kemudian
menjadi penguasa Medang / Kalingga saja. Tetapi ia dianggap merupakan
pendiri dinasti Sanjaya dalam tataran penguasa di tanah Jawa.
2. Raden Wijaya
BAB X
MEMBANGUN PERADABAN SUNDA KE DEPAN DENGAN KONSEP PERADABAN
Pada bab ini
akan dibicarakan tentang suatu pengingat dari generasi ke generasi, bahwa kita jangan
terjebak pada apa yang dikatakan sebagai kesalahan awal yang tetap dipertahankan,
yang akan mengakibatkan kita menajdi bangsa yang tertinggal, baik secara politik atau secara ekonomi yang memprihatinkan.
Pengingat bisa
dikatakan sebagai alarm ketika kita sedang tidur, apakah kita akan bangun ketika
mendengar alarm atau justru membiarkan alarm tetap berbunyi dan kita tetap tidur.
Atau bahkan kita mematikan alarm supaya tidur lebih pulas lagi. Jadi intinya pengingat itu hanya sebagai peringatan,jika
kita tidak menjalankannya hal itu adalah tanggung jawab kita sendiri, apakah kita
akan mengambil resiko berjalan ditempat atau kita justru dengan semangatnya mengambil
inti dari permasalahan hidup yaitu perbaikan nasib menuju kesejahteraan.
Berikut adalah
hal hal yang mungkin kita harus diketahui supaya kita tidak terjebak pada penderitaan
dan kekecewaan seumur hidup, diantaranya:
A. Kita jangan
terjebak pada kata bodoh dan turunannya pembodohan
dan dibodohi
1. Orang
Bodoh (tidak tahu) tidak mengetahui bahwa dia adalah bodoh (tidak tahu)
Orang yang tidak tahu sering disebut dengan orang yang
awam atau kasarnya disebut dengan orang bodoh. Orang barat atau dalam peradaban
islam orang orang yang banyak tidak tahunya disebut orang bodoh. Tetapi di
indonesia justru banyak juga yang berpendidikan tinggi masuk dalam kategori
ini. Karena ia orang yang termasuk tidak mau tahu atau tidak pernah belajar.
Ada peribahasa yang mungkin harus kita camkan, bahwa
orang yang tidak tahu atau dengan kata lain orang tidak pernah tahu bahwa dia
itu tidak tahu (bodoh). Jadi biasanya orang bodoh tidak pernah menyadari bahwa
ia adalah bodoh. Atau orang yang tidak tahu tidak menyadari bahwa ia sebenarnya
bodoh. Karena kalau dia sadar tidak tahu atau bodoh pasti ia akan rajin
belajar, mengejar ketidaktahuannya itu.
2. Orang
Bodoh itu Sombong, Sering Membantah dan Senangnya ditipu
Dan ada peribahasa juga bahwa orang bodoh atau orang
yang tidak tahu,itu selalu sombong untuk mempertahankan ketidaktahuannya.
Karena kalau dia sadar bahwa ia tidak tahu, maka ia akan rajin belajar.
Ada suatu paradigma dalam bahasa jawa yang intinya,
bahwa orang yang termasuk dalam kategori orang yang tidak tahua atau bodoh itu,
katanya kalau dikandani (dibilangin) pasti ngeyel (selalu membantah),
diberitahu ilmunya mumet (bingung), dan diblituki manthuk manthuk (ditipu
mangut mangut). Jadi intinya orang yang termasuk katageroi orang yang tidak
tahu atau bodoh, itu kalau di katakan (dibilangin) ia akan ngeyel alias
membantah seolah olah tahu. Tetapi kalau diberi tahu ilmunya mumet (bingung)
alias tidak nyambung. Dan orang yang begini biasanya kalau ditipu manthuk
manthuk (mangut mangut) suatu tanda setuju terhadap tipuannya. Makanya orang
yang seperti ini selalu ditipu karena memang dia menyenangi untuk ditipu. Makanya
orang yang seperti ini hidupnya selalu kecewa dari masa ke masa.
c.. Jadi
Orang Bodoh itu pasti miskin
Sumber permasalahan dari manusia dewasa ini adalah
kemiskinan. Sedang kemiskinan ini lebih diakibatkan oleh ketertinggalan dan
keterbelakangan masyarakatnya. Keterbelakangan dan ketertinggalan ini lebih
banyak diakibatkan oleh kebodohan masyarakatnya.
Kembali lagi ke paradigma awal, bahwa orang bodoh
tidak pernah menyadari bahwa ia bodoh.
d.. Orang bodoh
dan miskin itu nilai bargaining (nilai tawarnya) rendah
Orang awam atau orang bodoh itu pekerjaannya hanya
mengeluh dan mengeluh. Karena tidak pernah mau belajar, sehingga ia selalu
keceewa terhadap keputusannya. Ketika memilih pemimpin kecewa, ketika dijadiakn
pemimpin kecewa an mengecewakan.
Orang awam itu gampang ditipu,karena ia senangnya
ditipu. Karena tidak pernah menyadari bahewa ia sesungguhnya bodoh. Di bilangin
ssuai ilmu malah tidak mau, malah ia memilih diblituki,memilih ditipu.
Jadi disamping potensi yang rendah, masyarakat yang
tergolong ini juga sangat rendah nilai tawarnya. Karena itu masyarakat golongan
ini sangat gampang ditipu dan dimarjinalkan(disngkirkan) baik secara ekonomi
maupun politik.
B.. Membangkitkan semangat kesundaan
1. Membangkitkan kembali sikap Motekar dan Rancage
a.. Jadilah orang yang selalu ingin tahu
Menjadi orang yang selalu ingin tahu pada hakekatnya adalah
sangat susah sekali. Orang yang termnasuk kategori ini selalu mencari sesuatu
yang tidak diketahuinya. Selalu bertanya kalau tidak tahu. Dan selalu
memeperhatikan keterangan orang lain sebelum membantah. Jadi orang yang
termasuk golongan ini tidak gmpang membantah. Dai selalu menyimak,kemudian
menanyakan alasannya kenapa berpendapat demikian.
Sebenarnya jika semua orang seperti ini,mungkin
kemajuan akan dengan mudah diraih. Tapi manuasia itu mempunyai sipat sombong
dan terjebak pada paradigma awal, bahwa orang bodoh tidak menyadari bahwa ia
bodoh.
2. Memaksimalkan penggunaan fungsi akal
3..Meluruskan tujuan
Meluruskan tujuan berarti bahwa tujuan kita harus sesuai
dengan semangat kesundaan, yaitu kesucian, kemurnian, yang merupakan arti kata sunda
itu sendiri. Kita juga harusmembangun permata permata kehidupan yang merupakan inti
dari kata galuh. Kita setidaknya harus berjasa terhadap generasi berikutnya, sehingga
kita akan tetap dikenang baik pemikiran maupun karya jasanya bagaikan permata yang selalu didambakan.
Dan tidak lupa juga kita harus mengingat peran kita di
dunia, bahwa kita harus menjadi pencerah, menjadi penerang baik dimasa kita hidup
maupun generasi sesudahnya, yang inti dari katan insun medal insun madangan (sumedang).
Hal tersebut diatas harus tetap kita pertahankan dan dipegang
kuat, seperti arti dari pakuan, yang berasal dari kata paku, yang dapat mengikat
sehingga kita akan tetap kokoh.
C. Jika Menginkan Menjadi Negri yang Maju maka Harus Belajar Dari Bangsa
Maju.
Untuk menjadi bangsa
yang maju, sejahera dan lainnya, stidaknya harus banyak belajar kepada bangsa
yang sudah maju juga, dengan tidak menjelek jelekan bangsa kita sendiri.
Apalagi menjadi kacung propoganda dari orang orang yang ingin membuat bangsa
kita hanya menjadi bangsa kacung dengan dalih kemajuan.
Bangsa Eropa menjadi
negara negara maju karena melalui suatu proses yang mereka anggap sebagai fase yang
disebut dengan abad pertengahan yang gelap. Kemajuan juga bukan karena ia
memang sudah pinter atau mengetahui apa yang harus dilewatinya. Tetapi justru
dia karena mau belajar dari bangsa yang sudah maju dan melalui kesalahan
kesalahan yang ia sendiri mengambil mamfaat besar dari kekeliruannya.
Diabad pertengahan
hingga generasi Galileo Galilei setidaknya banyak orang eropa beranggapan bahwa
dunia itu adalah datar. Tetapi sebagian dari tokoh tokohnya berusaha untuk
menemukan bangsa yang sudah danggap maju dizamanny, yaitu India. Dengan
berangkatnya rombongan petualangan yang dipimpin oleh Magelhaen dan juga
Colombo menandai pencarian negarayang beranama India. Karean itu bangsa bangsa
yangia temui dalamperjalanannya disebut bangsa india.
Karena itu mengapa orang
Eropa menganggap bahwa bangsa asli amerika disebut bangsa indian. Karena
ketidaktahuannya tentang negeri india, sehingga bangsa yang ia temui dianggap
merupakan bangsa india. Negara indonesia pun pada awalnya disebut dengan
hindia. Dan bangsa belanda menjadikan nama Hindia untuk seluruh kekuasaannya.
1. Membangun Sungai Sungai Kecil Peradaban
2. Membangun Banyak Perpustkaan
1. Membangun Sungai Sungai Kecil Peradaban
2. Membangun Banyak Perpustkaan
D. Mengkonsep Masa Depan dengan konsep Peradaban
1. Kesejarahan Masa Lampau
Menarik sekali berbincang-bincang tentang
sejarah pemikiran sunda yang memang sudah dilupakan oleh para intelektuanya
atau memang sengaja dilupakan.
Berbicara tentang kesejarahan dalam
hubungannya dengan naskah-naskah sunda klasik, meskipun sudah mulai bermunculan
yang mulai meng"eksis"kan pada kajian kesundaan, seperti kelompok
"Salakanagara", “ Aki Balangatrang” tapi menurut siabah masih terlalu
sedikit daripada penduduk tataran sunda yang lebih dari 45 juta jiwa.
Sekarang ini banyak orang sunda yang tidak
mengenal naskah naskah peninggalan kaum intelektual nenek moyangnya. Yang lebih mengkhawatirkan lagi
justru hal ini juga melanda kalangan intelektual masyarakat sunda itu sendiri.
Mereka lebih peduli dengan sejarah sejarah yang berasal dari daerah lain daripada
daerahnya sendiri. Nasionalisme yang dikembangkan oleh bangsa ini telah
menggerus sendi sendi budaya bangsanya sendiri. Mereka mendidik anak bangsa
yang tidak pernah mengenal hasil budayanya sendiri. Mereka telah mendidik
manusia-manusia mengambang yang tidak mempunyai pijakan yang sangat
kokoh."
Mungkin kita harus belajar dari bangsa
maju dan membandingkannya. Dan yang terkenal menjadi bangsa yang maju dengan
tekhnologi yang tinggi akan tetapi tetapmemgang teguh tradisi adalah Bangsa
Jepang. . Berbeda dengan Jepang, meskipun mereka telah menjadi negara maju,
tetapi komunikasi dengan
sejarah masa lampaunya tidak pernah dilupakan, Makanya cerita-cerita masa
lampaunya telah banyak menginspirasi kemajuan jepang itu sendiri juga termasuk
yang berkaitan dengan kisah-kisah lama yang termodernkan. Karena itu jepang merupakan
negara yang sangat modern yang tidak terputus dengan peradaban masa lampaunya.
Jadi ketidakpedulian kaum
intelektual sunda terhadap sejarahnya sendiri yang justru banyak mendapat
dukungan dari penguanya yang kurang cerdas. Dengan demikian seolah menjadi
benang merah kesalahan, “Masyarakatnya yang kurang peduli, mendapat tempat pada penguasanya
yang kurang cerdas,
sehingga potensi masa lampau yang dapat memperkaya kekinian justru terputus, atau dengan kata lain, bahwa
masayarakat sunda kini telah
terputus dengan peradaban masa lampaunya, sehingga dalam menjalani kehidupannya
mereka telah kehilangaan orientasi (disorientation) terhadap peradabannya itu
sendiri. Menjadi manusia sempurna dalam arti yang tidak melakukan apa apa telah
melanda masyarakat sunda. Padahal
dalam sejarahnya, manusia sunda adalah maanusia proses yang menuju kepada perbaikan
ke perbaikan selanjutnya (rancage). Dan dapat dilihat dari Naskah Carita Parahiyangan
bagaimana leluhur kita menajdi bulan bulanan kritik sang burung yang bernama Si
Uwur Uwur karena hanya berdiam bertapa., bahwa dia hanya orang yang tidak
berguna yang pekerjaannya hanya duduk saja dan tidak bisa melakukan apa-apa dan
juga tidak menikah. Dengan meninggalkan bertapa (diam /meneng), kemudian menikah
dan mempunyai keturunan. Dikisahkan bahwa keturunan / anaknya sang mantan
pertapa itu menikah dengan pendiri kerajaan Galuh. Dan menjadi ibu dari para
raja Galuh, dan nantinya menurunkan keturunan dari raja raja Sunda dan Medang
(jawa).
Meskipun agama kita sudah berbeda, tetapi
kita kita harus tetap menjaga situs-situs
kebudayaan klasik sebagai tanggung jawab terhadap generasi berikutnya. Menjaga
hasil karya peraadaban klasik harusnya merupakan
suatu kebanggan dari anak bangsa sekarang ini. Meskipun dari kebudayaan yang
berbeda, dari agama yang berbeda. Karena hasil peadaban masa lampau akan
menginspirasi anaak bangsanya dikemudian hari. Karena itu menjaga situs-situs
kebudayaan kuno bukan berarti menjaga tahayulisme seperti yang dikembangkan
kaum dukun, tetapi lebih upaya daripada pencarian jatidiri kita sebagai manusia
sunda, untuk membangun peradabannya ke depan."
BAB XI
PENUTUP
Konsep yang baik, tetapi jika tidak ada upaya untuk
menjalankannnya, mungkin seolah menjadi tulisan diatas kertas yang tidak
ada gunanya. Kesempurnaan tidak akan tercapai jika tidak ada proses. Jalan yang
ditempuh mungkin harus berliku dalam upaya merealisasikannya. Mungkin banyak
kegagalan dan metode yang salah ditengah perjalanan.
Bagai orang yang berjalan di tengah hutan yang baru
kita lewati. Konsep baru atau konsep yang bagus bisa diibaratkan suatu
belantara hutan yang harus kita lalui. Banyak onak dan duri yang mungkin kita
lewati. Atau juga banyak binatang buas yang mungkin kita hadapi. Jika onak dan
duri diibaratkan cibiran dari masyarakat. Atau binatang buas diibaratkan
sebagai para tokoh yang mungkin akan menjegalnya. Tapi itulah romantika hidup,
bahwa masa depan haruslah diraih. Jangan hanya menggerutu bahwa tidak adanya
pemimpin asal bangsa sendiri yang tangguh, atau perekonomian keluarga dan
masyarakat yang kalang kabut.
Suatu upaya harus terus di lakukan. Karena itu konsep
sabar dalam arti militan disinilah sebenarnya harus menjadi moto kita dalam
meraih masa depan. Daripada hanya mengeluh mending berjalan selangkah demi selangkah.
Mengeluh hanyalah menghasilkan rasa sesak di dada yang mungkin akan
mengakibatkan kita kena penyakit jantung atau mempercepat kita mati. Tapi kalau
kita mau berjalan selangkah demi selangkah mungkin dalam jangka waktu tertentu
gunung gunung, bukit bukit akan terlampaui. Atau setidaknya badan kita akan
semakin sehat, karena dengan berjalan, seluruh organ tubuh bekerja, sehingga
tubuh kita bertambah sehat.
Nenek moyang urang sunda telah memberikan pedoman yang sangat hebat tentang konsep akal, spritualitas dan konsep memegang jatidiri. Nyunda sebagai upaya memegang tradisi yang luhur dan menjadi ciri dari bangsa ini. bukan sebagai upaya hanya membanggakan diri sendiri, karena hal tersebut hanya akan membuat diri kita menjadi orang yang picik dan berwawasan sempit. Karena itu jenjang pendidikan begitu penting dalam meningkatkan wawasan kita dalam menghadapi problematika kehidupan, karena itu kita harus nyakola. Baik dalam konsep bersekolah yang berjenjang maupun dalam spirit orang terpelajar, yang menjunjung tinggi paradigma intelektualitas. Tetapi kita juga dituntut bahwa segala perbuatan kita harus dipertanggungjawabkan di hadapan yang maha kuasa, sehingga nilai nilai spiritualitas sangat penting dalam menjalankan kehidupan agar kita tidak salah langkah, dan mempunyai pedoman yang jelas.
Jadi dalam realitas kehidupan seolah urutannya nyunda, nyakola, dan nyantri. Tetapi nenek moyang kita telah memberi pedoman yang jelas berdasar urutan nyunda, nyantri dan nyakola. Nyantri dalam urutan kedua, karena nilai nilai agama harus diajarkan dan diperkenalkan lebih dulu sejak kita masih kecil. Karena nilai spiritualitas perlu pendalaman dan penghayatan yang begitu mendalam, sehingga disamping waktu yang dibutuhkan juga memerlukan waktu yang lebih lama, juga pemahaman terhadap agama dimungkinkan perlu pendekatan yang lebih spesifik.
Setiap bangsa punya ciri masing masing, niilai keagamaan juga mempunyai nilai spesifik. Keduanya akan menjadi unggul jika mempunyai keunggulan dalam ilmu pengetahuan atau intelektual. jadi nilai yang spesifik akan unggul jika ada upaya upaya untuk memajukan pengetahuan masyarakatnya. Nah disinilah sebenarnya harusnya nyakola menjadi pembeda dari bangsa bangsa bangsa lain. karena dengan pengetahuan yang tinggi, hal sekecil apapun akan mempunyai nilai yang berharga.
Karena itu, dengan konsep nyakola ini, urang sunda harusnya bisa yang terdepan dalam memimpin bangsa ini. Karena kita dituntut untuk menunaikan kewajiban untuk bersekolah yang setinggi tingginya. Karena itu urang sunda harusnya memberi jalan yang lebar kepada generasi generasi berikutnya untuk sekolah setinggi tingginya. Karena dengan sekolah yang tinggi, banyak peluang yang kita bisa raih, baik dalam karier maupun dalam hal ekonomi, atau penguasaan ekonomi.
Para pemimpin sunda, harusnya banyak memberi jalan selebar lebarnya untuk pendidikan dari generasi ke generasi. Anak atau barudak urang sunda harusnya dipermudah dalam pendidikan atau diberikan beasiswa bagiorang orang yang tidak mampu. Karena kita harus harus ingat pada pepatah atau peribahasa orang orang dulu, yang mengatakan bahwa orang orang yang bodoh selalu menutupi kebesaran dari diiri kita sendiri, kebesaran agama dan juga akan menutupi kebesaran suku bangsa sendiri. Dan orang orang bodoh itu pasti sengsara. karena gampang ditipu, gampang diombang ambing, dan tidak mempunyai bargaining atau nilai tawar yang tinggi dalam kehidupan. Karena itu jenis kata kata yang berasal dari bodoh kita harus hindari. Baik bodoh itu sendiri, atau kebodohan yang menyangkut suatu golongan maupun pembodohan, suatu upaya upaya menjadikan manusia tetap bodoh. Karena ada peribagasa lagi konon orang orang yang bodoh itu tidak pernah menyadari bahwa dirinya bodoh atau tidk tahu.
Sekolah sekolah sekolah, belajar belajar dan belajar. Seolah tidak ada kata berhenti dalam belajar. Meskipun kita tidak bisa sekolah tinggi, tetapi kita harus menjadi bagian dari generasi yang memberikan jalan seluas luasnya untuk generasi mendatang untuk meraih pendidikan setinggi tingginya. Dan urang sunda harus memulainya. Jangan menjadi penghalang terhadap kemajuan, jangan menjadi penghalang dari pendidikan kita. Bukan hanya menjadi kaum pengeluh yang justru tidak akan berujung.
Dengan demikian kita seolah diajarkan, kita jangan pelit terhadap diri sendiri,jangan pelit terhadap orang lain disekitar kita. Kita juga diajarkan jangan iri terhadap orang lain. Karena sikap pelit maupun iri hanya menjadi penghalang bagi kemajuan diri maupun bangsa sendiri.Dan ini merupakan spirit dari nyantri.
Bangsa kita konon sering hanya eker ekeran dengan bangsa sendiri. Sering curiga terhadap bangsa kita sendiri. Kita tidak pernah mau disaingi oleh bangsa sendiri. Dan kelemahan inilah justru menjadi preseden buruk. Dan hal ini justru akan memberi jalan kepada bangsa bangsa diluar kita untuk berperan. Dan kita hanya jadi penonton atau buih dari lautan yang hanya bisa di diombang ambingkan. Seolah banyak tetapi sungguhnya tidak mempunyai nilai sama sekali.
Pembeda manusia dengan manusia yang lainnya hanyalah intelektual atau tingkat pendidikan. Karena dengan konsep nyakola, kita harus menjadi bagian dari suatu generasi yang memberikan jalan seluas luasnya untuk generasi berikutnya dalam meraih pendidikan yang tinggi.
1. Kritik
Ada suatu kesalahan dalam memahami
tentang produk kebudayaan. Kisah mahabarata dan ramayana merupakan produk dari
peradaban di India. Dan hal ini divisualisasikan dalam kisah kisah dalam cerita
di wayang Golek. Wayang golek berkembang
di zaman tanah Sunda berada dalam pengaruh Islam. Hal ini mungkin mencontoh apa
yang kembangkan oleh para wali di tanahJawa dalam upaya menyebarkan agama
Islam.
Berbeda dengan tradisi Jawa yang
mengambil wayang dalam 2 dimensi. Dalam tradisi sunda wayang divisualisasikan
dengan 3 dimensi yang menyerupai bentuk aslinya. Halini dimungkinkan bahwa memang
dalam tradisi sunda bahwa bentuk yang realitas sesuai dengan bentuk manusia
yang dapat diterima. Karena dalam tradisi sundatidak terlalu menyukai budaya
siloka, yang tersembunyi atau disembunyikan. Segala sesuatu harus dapat
dipahami dengan akal. Jadi mengapa konsep wayang dalam tradisi sunda lebih
bersifat 3 dimensi, dan harus di tonton dengan visual yang jelas, bukan dengan
bayangan seperti yang ada dalam konsep wayang kulit dalam tardisi jawa.
Jadi sebenarnya ada suatu kekeliruan
bahwa tokoh tokoh dalam wayang merupakan
produk asli dari tanah sunda. Sehingga ada suatu gerakan pembuatan patung besar
besaran, seperti yang ada di tanah bali, dan telah menjadi ciri dari kebudayaan
Bali.
Mungkin jika mau lebih kreatif. Mengapa
tidak membuatsuatu monumen besartentang sanga maharaja Purwarman atau
tunggangannya, dengan baju besinya yang kokoh, yang komplit diceritakan dalam
naskah wangsakerta.
Puranwarman adalah tokoh nyata dalam
peradaban Sunda. Mungkin para ahli seni lukis atau ahli pembuat sketsa bisa
membuat suatu perkiraan tentang tokoh Purnawarman ini, dengan baju
kebesarannya.
(Lanjut.....,
tulisan ini masih dalam suatu proses / belum selesai)
By Adeng Lukmantara
Peminat Studi Peradaban Islam dan Sunda
By Adeng Lukmantara
Peminat Studi Peradaban Islam dan Sunda
Tidak ada komentar:
Posting Komentar