Selasa, 01 November 2011

Pertemuan Dengan Siabah 2: BELAJAR PADA BANGSA BANGSA BESAR


Ketika berkunjung ke rumah siabah, saya menyaksikan buku tebal yang katanya merupakan hasil karyanya selama berrtahun tahun.  Siabah katanya telah membaca ratusan buku hanya untuk diambil ringkasan dari riwayat para tokoh.  Buku ini katanya diawali dengan tulisan tangan, kemudian di tik pakai mesin tik, karena computer waktu itu belum seperti sekarang, katanya. Kemudian ketika era computer mulai booming, maka siabaah mencoba mem-file-kannya ke dalam computer. Dan sekarang di era internet, maka siabah mencoba tulisannya tempo dulu dilengkapi oleh foto-foto di internet, dan data-data yang kurang mulai ditambah diambil dari internet.

Konon katanya, sebelum booming era internet seperti sekarang ini, buku ini pernah ditawarkan di penerbitan Surabaya, penerbitan di Jakarta dan penerbitan di Bandung. Di Surabaya (di penerbitan bina ilmu) katanya bukunya itu pernah menginap selama sebulan, penerbitan Jakarta (di pusaka alkautsar) juga pernah menginap sebulan, demikian juga di bandung ( Remaja rosdakarya) juga pernah menginap sebulan. Tapi semuanya di tolak, yah mungkin karena datanya kurang atau karena terlalu tebal dan tidak pasar oriented. Tetapi rupanya siabah tidak pernah putus asa.

Tadinya karyanya ini bukan untuk dijual atau dipasarkan, tetapi sebagai refleksi dari hobbi dan siapa tahu kalau sudah punya rizki akan dia terbitkan sendiri, yah minimal untuk konsumsi anak dan cucu. Siapa tahu generasi berikutnya bisa tidaknyamengebangkan pemikiran yang begitu beragam. Setidaknya anak cucu siabah tidak haarus menaiki tangga peradaban dari nol terus, minimal dia bisa memulainya dri taangga 1 atau tangga 2 peradaban. Siabah mencoba menawarkan tulisannya ini katanya hanya didesak oleh rekan-reakannya, untuk apa menulis buku kalau tidak pernah diterbitkan. “Yah untuk menyenangkan rekan-rekan, karena seolah dia mewakili pasar ‘mungkin’ begitu pentingnya tulisan ini.”
Rasa optimistis merupakan bagian dari prinsip hidup dari siabah.Menurutnya meskipun kebutuhan diri terus mengejaar seolah tanpa henti, jangan tinggalkan idealismemu mati, tetapi tetap harus dijaga walau sedikit. Karena kadang idealism mati dengan timbulnya kebutuhan yang sangat mendesak atau kebutuhan yang terus menerus mengejar seolah tiada henti.

Menurut siabah, nanti umat islaam Indonesia akan mengalami kejenuhan terhadap model da’wah yang dikembangkan sekarang ini. Menurut siabah nanti padaa generasi mendatang akan muncul suatu generasi yang merindukan peradaban Islam yang sebenarnya. Mereka bosan terhadap upacara-upacara yang tiada contoh dari Rasulullah.Mereka akan bosan terhadap model ceramah-ceramah yang dikembangkan sekarang ini. Mereka akan merindukan bacaan-bacaan yang mencerahkan, yang membangkitkan dirinya untuk bisa menepuk dadanya sendiri.

Menurut siabah juga katanya umat islam sekarang ini telah mengalami kebingunagn ideantitas. Dimana mereka mencoba menawarkan berbagai alternative dan percobaan yang kadang justru membuat bingung sendiri.  Karena menurut siabah konsep dewasa ini masih dikembangkan baru bentuk parsal dari peradaban. Sedang kaum tradisi masih terjebak pada model-model yang jumud dan stagnan. Dan tidak pernah beraani merevisi tradisi yang hanya itu itusaja yang diucapkan. Umat belum pernah melangkah ke tahapan berikutnya, yaitu membicarakan peradaban.
Jika peradaban suatu bangsa ingin besar, maka mereka harus belajar kepada bangsa-bangsa besar yang telah mengalaminya. Eropa sekarang ini menguasai peradaban karena mereka  mulai bisa berkomunikasi dengan peradaban besar sebelumnya, dan mencoba menghilangkan sekat dominasi lawaannya.  Bangsa eropa mulai besar ketika ia mulai mengungkapkan pemikiran-pemikiran besar  dari bangsa tradisionalnya, yaitu peradaban Yunani.  Dan peradaban islam sebagai jembatannya dicoba dihilangkan perannya

Menurut siabah, kita bukan ingin  mengikuti peradaban barat yang sekarang ini mendominasi, dalam arti yang membabi buta. Tetapi yang kita harus akui  adalah proses yang hampir sama, adalah langkahnya terutama masalah transisi tradisi lisan kepada tradisi tulisan. Eropa mengalami pencerahan yang sangat mengagumkan karena ia bisa melewati transisi ini. Tradisi tulisan merupakan langkah awal revolusioner menuju suatu kemajuan yang sangat mengagumkan. Dan tidak adaa bangsa besar hanya mengandalkan bahasa lisan yang cenderung mengulang-ulang.
Menurut siabah Peradaban identik dengan dominasi segala aspek kehidupan. Bangsa yang memimpin peradaban selalu dijadikan contoh dan juga rujukan dalam berbagai hal, termasuk bernegara, politik, ekonomi, hingga mode atau style. Dan bangsa terbelakang akan selalu mengekor di belakangnya, dan akan selalu bangga mengkampanyekan apa apa yang datang dari mereka.
Sebagai bagian dari bangsa dibelakang atau bangsa yang tidak dominan seolah kita tidak pernah akaan bisa mengalahkan dominasi yang begitu menggurita. Hampir semua aspek kita kalah semua, baik politik, ekonomi apalgi tekhnologi. Jangankan kita bisa mendominasi, mengikutipun seolah kita harus tergopoh-gopoh. Karena berbagai kekurangan yang begitu menganga. Banyak orang yang seolah=olah optimispun, tapi hatinya selalu berbicara sinis.

Memang didunia ini tidak ada yang tidak mungkin, suatu ungkapan yang kadang amat gampang diungkapkan, tapi realitasnya kadang justru tidak mungkin. Karena upaya upayaa untuk itu seolah tidak pernah ada. Jika adapun seolah dibuat secara evolusioner, Padahal masyarakat dominan sendiri selalu berlari didepan kita.Melepaskan diri dari dominasi suatu hal yang tidak mungkin terjadi, karena konsep untuk itu kita justru belum punya. Dan menghilangkan dominasipun akan menjadi kurang produktif atau bahkan tidak produktif sama sekali.

 Menurut siabah  kita wajib mempelajari peadaban dewasa ini, sambil mencari peluang kemungkinan bisa mendominasi peradaban. Tetapi kita jangan terjebak seperti orang yang mengambang yang tidak pernah bisa ke atas dan tidak pernah bisa ke bawah.  Kita berkewajiban mengungkap hasil peradaban kita tempo dulu agar kita bisa bertumpu pada kaki sendiri. Yang nantinya anak cucu kita akan bisa menepuk dadanya sendiri. Menepuk dengan bangganya.

Menurut siabah kita harus mengikuti bangsa barat dalam metodenya bisa berkomunikasi dengan kebesaran pemikiran masa lampaunya, yaitu peradaban Yunani. Nah umat islam juga harus mengikuti hal ini, kita harus bisa berkomunikasi dengan kebesaran peradaban islam tempo dulu. Yaitu dengan mengungkap seluruh pemikiran yang berkembang di masa itu. Berarti tanggung jawab generasi sekarang ini adalah memberikan jalan kepada generasi muslim masa depan untuk bisa mengkomunikasikan peradaban dewasa ini dengan peradaban islam klasik  yang kaya.

 Jadi menurut siabah, ia menulis, mengumpulkan, meringkas tokoh dan intelektual muslim dari masa ke masa adalah suatu upaya untuk itu.  Siabah tidak peduli disebut plagiat atau apapun yang bersifat negatif, karena orang lainpun belum begitu peduli terhadap hal demikian.  Jadi menurut siabah,upayanya itu mudah-mudahan menjadi pembuka jalan generasi mendatang untuk bisa berkomunikasi dengan peradaban masa lampaunya yang kaya.“Nah mengumpulkan riawyat hidup, karya-karya dan peranannya serta pemikirannya dari para pemikir muslim tempo dulu. Karena disana ada hikmah, ada pelajaran dan mungkin ada kebanggaan.”

Setelah kita mengumpulkan semua ilmuwa, karya tulis dan berbagai pemikirannya, maka mungkin generasi mendatang  harus memulai mengumpulkan atau memperbanyak (di fotocopy atau discan) semua buku peninggalan peradaban islam klasik, kemudian dibangun perpustakaan-perpustakaan. Setelah itu generasi mendatang harus mulai mencetak semua manuskrip (tulisan tangan) hasil peradaban islam tempo dulu. Setelah mencetak seluruh hasil peradaban islam klasik dan disebar  ke berbagai perpustakaan, baru menginjak proses selanjutnya, yaitu menterjemahkan  hasil peradabaan itu ke berbagai bahasa di dunia. Agar isinya diketahui oleh semua oraang.
Menurut siabaah jika proses itu bisa dilalui, maka dominaasi peradaban kemungkinan akan terbuka.  Proses tersebut diatas sangat rumit dan memerlukan dana yang sangat besar. Karena itu hingga kinipun orang banyak yang tidak pernah memulai, karena memerlukan dana yang luar biasa. Dan meskipun ada dana pun mending untuk investasi yang lain. Hanya orang=orang yang idealislah yang mungkin akan bisa merealisasikannya.

Jadi sebagai suatu kesimpulan menurut siabah, mungkin peranan yang bisa kita ambil dari berbagai hal tersebut diatas adalah bagaimana kita menjadi bagian dari pembuat cabang sungai-sungai kecil di hulu peradaban. Dan hal ini harus cepat dimulai, sehingga kita bisa menetapkan angka nol  (awal) yang menuju positif. Karena jika tidak pernah dimulai, mungkin generasi mendatang akan berangkat dari nol juga. Dan hal ini akan terus menerus dari generasi ke generasi.

(Pemikiran Pemikiran Siabah: Hasil suatu diskusi : By Adeng Lukmantara)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar