IV.A.
Pendahuluan
Para sejarawan
Indonesia mengnggap bahwa kerajaan Tarumanagara merupakan kerajaan pertama yang
ada di pulau Jawa, yang berada di Tatar Sunda. Karena bukti bukti yang
mendukungnya begitu banyak, dengan ditemukan perasasti prasasti yang ada di
sekitar bogor dan Jakarta.
Meskipun ada sumber
lain, yaitu dari Naskah Wangsakerta, yang mengatakan bahwa kerajaan pertama di
pulau jawa dan juga Nusantara adalah kerajaan Salakanagara, yang loksinya di
sekitar Pandeglag sekarang.
Baik berdirinya
kerajaan Salakanagara maupun kerajaan Tarumanagara, sangat erat kaitannya dengan
perpolitikan di tanah India.
IV.A.1.
Perpolitikan di India Antara Tahun 320 sampai 550 M
Dalam hubungannya
dengan peradaban di tanah Sunda, hal ini erat kaitannya dengan peradaban di
negeri India (Bharatanagari).
Sekitar tahun 320 M, terjadi
perubahan politik besar besaran di tanah India dengan munculnya dinasti baru,
yaitu Dinasti Gupta. Dinasti ini menamainya dengan dinasti Gupta. Kerajaan ini hampir menyamai kerajaan Chandragupta dan Maurya antara tahun 321–184 SM yang didirikan oleh Candragupta.
Dinasti Gupta ini eksis
dari tahun 320 hingga 550 Masehi, yang didirikan oleh Chandragupta I, yang
memerintah dari tahun 320 hingga 330 M. Dan kemudian diteruskan oleh anaknya,
Samudragupta. Asal usul dari Chandragupta tidak diketahui, tetapi
kono ia adalah seorang petualang dari
kalangan masyarakat golongan rendah namun berhasil mengawini seorang putri raja
bernama Kumala Devi berasal dari suku Lacchavi yang termashyur di vaisali yang
pernah berkuasa di India utara namun tenggelam oleh munculnya dinasti Maurya di
Magada. Chandragupta menetapkan pataliputra sebagai ibu kota, tempat pusat
pemerintahan. Tanggal 26 februari 320 M kemudian di tetapkan sebagai awal masa
pemerintahannya sebagai raja yang di tandai dengan di keluarkannya mata uang
baru. Tahun itu pula yang kemudian di anggap sebagai awal tarikh gupta.
Penggantinya,
Samudragupta memerintah antara tahun 330
hingga 375 M. Samudragupta merupakan raja yang
termashur di India dan sangat agresif . Ia setia pada agama
Hindu. Setelah ia dinobatkan ia mulai memerangi kerajaan yang terletak di
sekitar kerajaannya dan menaklukkan daerah Hindustan.
Samudragupta juga menaklukkan
Kerajaan Salankayana, dan pallava.
Wangsa Salankayana rajanya terkenal dengan nama penobatannya Sang Maharaja
Hastiwarman, dan wangsa Pallawa rajanya yang terkenal dengan nama penobatannya
Sang Maharaja Wisnugopta. Dua kerajaan bersahabat
erat menjadi satu kemudian berperang
melawan pasukan samudragupta. Beberapa bulan lamanya mereka berperang, tetapi kedua kerajaan itu akhirnya dapat
ditaklukan oleh samudra Gupta.
Sang Ghupta kemudian
menjadi maha penguasa di bhumi Bharata (India). Tabiatnya tidak baik, kejam dan
buas terhadap musuhnya yang kalah. Itulah sebabnya dengan segala upayanya keluarga dan sejumlah
penasihat kerajaan dan penduduk dari kedua dinasti yang dikalahkan pada waktu peperangan banyak
di antaranya yang mengungsi mencari keselamatan dari kematian.
Peperangan terjadi pada
tahun 267 Saka. Meskipun kerajaannya sudah dikalahkan namun keraton kerajaan
tidak dimusnahkan. Sementara penduduk dari Pallawanagari dan Salankayananagari
yang tinggal di sana, yaitu di negeri
asalnya, mereka sangat berdukacita dan banyak yang meninggal, sementara itu
banyak di antara mereka yang sangat menderita dan selalu ketakutan.
Sang Maharaja Ghupta,
telah banyak membunuh penduduk yang tidak berdosa. Sang pemenang mengalahkan
dan menindas kedua kerajaan yang kalah perang. Sudah banyaklah balatentara dan
pembesar maupun orang-orang dari golongan
rendah, menengah maupun tinggi yang gugur pada waktu perang. Dalam keadaan
seperti itu, banyak penyamun di kota yang kalah. Sedangkan sang raja yang dikalahkan negaranya mengungsi
berkeliaran di hutan belantara bersama keluarganya, dan semua pengiringnya,
begitu pula para pembesarnya, para pengikutnya dan juga pasukan bersenjata. Dan
ada juga yang mengungsi menyeberangi
lautan dengan menggunakan berpuluh puluh perahu.
a.
Pengungsian
dari palawa
Diantara mereka banyak penduduk dan keluarga
raja dari wangsa Pallawa yang mengungsi
ke Pulau Tatar Sunda dipimpin oleh seorang yang kemudian menjadi raja di
kerajaan Salakanagara, yaitu Dewawarman
VIII, atau Sang Prabhu Dharmawirya
Dewawarman Salakabhuwana.
Sang Prabhu Dharmawirya
putra dari Sri Ghandarilengkara Warmandewi (yang) bersuamikan seorang pembesar
Panglima Angkatan Laut dari kerajaan wangsa Pallawa di bumi Bharatawarsa. Sri
Ghandari adik Sang Prabhu Bhimadigwijaya, Sang Prabhu Bhimadigwijaya ayah Sang
rani. Oleh karena itu Sang Prabhu Dharmawirya dan Sang Sang Rani Spatikarnawa
adalah bersaudara tunggal cucu. Selanjutnya Sang Prabhu Dharmawirya menjadi
raja, pada tahun 270 tarikh Saka (= 348 Masehi) sampai 285 tarikh Saka (= 363
Masehi). Beliau merupakan Dewawarman VIII.
Sang Prabhu Dharmawirya
datang dari bumi Bharatanagari, pada tahun 268 tarikh Saka (= 346 Masehi),
bersama ayah-ibu dan pengiringnya mengungsi ke Jawa Barat 5 karena negaranya
sudah ditaklukkan oleh Sang Maharaja Samudraghupta.
b.
Pengungsian
dari Salankayana,
Diceritakan pula bahwa
pada tahun 348 M ( 270 Saka), ada seorang Maharesi dari Salankayana, yang
bernama Jayasingawarman disertai para pengikutnya berjumlah beberapa ratus
orang, penduduk laki laki perempuan dan
balatentara, melarikan diri karena musuh
selalu mengejar ngejar dan berusaha
menangkapnya. Banyak penduduk siang-malam merasa ketakutan hatinya dan tertekan
karena takut dijatuhi hukuman mati, atau dianiaya. Karena Sang Gupta raja yang
sangat berkuasa dan kejam, serta mahir dalam berperang. Dan alhirnya datang mengungsi ke tatar Sunda dengan menaiki
beberapa puluh perahu. .Kedatangan mereka disambut oleh penduduk pribumi tatar sunda dengan senang hati,
Sang Maharesi adalah
seorang dang accarya (guru) dan seorang mahapurusa (orang penting). kemasyhuran
dan keluhurannya bagaikan raja. Karena ia sekeluarga dengan Sang Hastiwarman raja Salankayana di Bharatanagari (negeri
India). Selanjutnya, mereka semuanya bermukim di tepi sungai dan membuat desa.
Karena ia disetujui oleh para penghulu dari desa-desa di sekitarnya, kemudian
ia mendirikan sebuah kerajaan di situ dan diberi nama Tarumanagara, dan desa
itu menjadi kota besar bernama
Jayasinghapura
IV.B.
Profil Raja Raja Tarumanagara
Raja yang pernah berkuasa di
Kerajaan Tarumanaga ada 13 orang, yaitu:
Ø Raja Diraja Guru Jaya Singa Warman
Ø Raja Resi Prabu Darmansyah Warman
Ø Purnawarman
Ø Surya Warman
Ø Wisnu Warman
Ø Indra Warman
Ø Candra Warman
Ø Samba Warwan
Ø Prabu Kerta Warman
Ø Suda Warman
Ø Murti Warman/
Ø Prabu Naga Jaya Warman
Ø Raja Resi Guru Lingga Warman
IV.B.1. Rajadirajaguru Jayasingawarman
(mp. 358-382 M)
Jayasingawarman atau
lengkapnya Rajadirajaguru
Jayasingawarman Gurudharmapurusa merupakan pendiri kerajaan Tarumanagara, yang memerintah selama 24 tahun, dari tahun 358-382 M (280-304 saka). Ia seorang maharesi
yang dikenal dengan nama Sang Jayasinghawarman Ghurudharmapurusa
dan Rajadhirajaghuru, yaitu raja Tarumanagara dan guru agama.
Telah diceritakan
diatas, Jayasaingawarman merupakan seorang maharesi dari
Salankayana di India, yang mengungsi ke Tattar Sunda, karena daerahnya diserang dan ditaklukan maharaja
Samudragupta dari dinasti Gupta. Di sini ia mendirikan
desa, yang berkembang pesat, yang kemudian dinamai Jayasingapura. Dan desanya ini berkembang, sehingga menjadi
ibukota kerajaan Tarumanagara, yang waktu itu masih menjadi bawhan
salakanagara. Karena pengaruhnya, ia
kemudian diambil menantu oleh Raja Salakanagara, Dewawarman 8. Jayasingawarman
dinikahkan dengan putri sang raja
Dewawarman VIII, yang bernama Sang Parameswari Iswari Tunggalprethiwi
Warmandewi atau Dewi Minawati namanya.
Pada
awalnya ia merupakan pewaris tahta Salakanagara, menggantikan mertuanya, raja
DewawarmanVIII. Tetapi setelah ia berkuasa pusat pemerintahan dipindahkan dari
Rajatapura ke Tarumanagara, sehingga kemudian nama salakanagara berubah menjadi
Tarumanagara. Dan Salakanagarapun secara otomatis menjadi negara bawahan
Tarumanagara, dan diperintah oleh adik Istrinya.
Tidak
seperti penguasa-penguasa salakanagara, keberadaan Jayasingawarman jelas
tertulis dalam prasasti Tugu, yang ditemukan di desa Cilincing Jakarta.
Pada parsasti ini ia disebut gelarnya saja, Rajadirajaguru, bersama dua raja
sesudahnya, Rajarsi dan Purnawarman.
Ia meninggal pada usia
60 tahun, Berdasar
keterangan prasasti Tugu, setelah wafat pada tahun 382 M, Abu jenazahnya dilarungkan
(dihanyutkan) di sungai Gomati (sekitar bekasi), maka itu kemudian
dikenal sebagai Sang Lumahi ri Gomati, karena candinya ada di
tepi sungai Gomati. . Ia lalu digantikan oleh anaknya, Rajarsi (rajaresi)
Dharmayawarmanguru.
IV.B.2. Rajarsi
Dharmayawarmanguru (mp. 382-395
M)
Dharmayawarman
berkuasa di Tarumanagara selama 13 tahun, dari tahun 382-395 M (304-317 Saka), menggantikan ayahnya, Jayasingawarman. Dinamakan
Rajarsi, karena disamping sebagai raja, ia juga pemimpin agama (menjadi kepala seluruh
dang accaryagama (guru agama)).
Pada zamannya, penduduk
asli tatar sunda masih menganut kepercayaan nenek moyangnya, yaitu pemujaan
untuk memanggil nenek moyangnya, yang merupakan kebiasaan dari nenekmoyangnya. Sang
Rājarsi senantiasa berusaha mengajarkan agamanya kepada kepala-kepala kampung
dan penduduk bumi Tarumanagara. Karena
itu Sang Rājarsi mendatangkan
brahmana-brahmana dari negeri India.
Tetapi tidak semua
penduduk memeluk agamanya, karena itu ia kemudian di situ sejak saat itu
penduduk pribumi terbagi menjadi 10 empat kasta, yaitu mula pertama golongan
bhrahmana, kedua golongan ksatrya, ketiga golongan waisya, dan keempat golongan
sudra. Dengan demikian penduduk dibeda-bedakan antara golongan rendah, menengah,
dan tinggi. Oleh karena itu penduduk golongan rendah sangat ketakutan terhadap
agama yang diajarkan Rājarsi.
Dua tahun sebelum
meninggal, ia sudah memberikan mandat kekuasaan kepada anaknya,
Purnawarman. Ia kemudian mengambil jalan
sebagai seorang resi, dengan bertapa. Dua tahun, ia meninggal. Sesudah itu anak
Sang Rājarsi yaitu Sang Purnawarman kemudian membuat peringatan pada tugu batu,
dan dibangunlah persemayaman Rājarsi atau Yang Bersemayam di Candrabhagā
menurut wujudnya. Demikian pula di tepi Sungai Ghomati, sebagai tugu peringatan
bagi Sang Mahāpurusa Rājādhirājaghuru, atau yang bersemayam di tepi sungai tersebut.
Setelah
meninggal ia dikenal dengan nama Lumah
ri Chandrabaga karena candinya ada di tepi sungai Chandrabaga (kali Bekasi). Ia
mempunyai 2 orang anak laki-laki dan seorang perempuan,. Putra pertamanya
bernama Purnawarman, yang kemudian menggantikannya.
IV.B.3. Maharaja Purnawarman (mp. 395-434 M)
Maharaja Purnawarman merupakan raja ke-3 dan Raja terbesar Tarumanagara yang memerintah selama 39 tahun, antara tahun 395 hungga 434 M (317-356
Saka). Ia naik tahta Tarumanagara
menggantikan ayahnya, Rajarsi
Dharmayawarmanguru, dengan gelar Sri
Maharaja Purnawarman Sang Iswara Digwijaya Bhimaarakrama Suryamahapurusa
Jagatati atau Sang Pramdara
Saktipurusa.
Zaman
Purnawarman merupakan zaman keemasan Kerajaan Tarumanagara. Banyak prasasti memuat kebesaran namanya.
Setidaknya ada 7 prasasti yag berkaitan dengannya. Dalam memerintah ia dibantu
adiknya, Cakrawarman, yang menjadi panglima perang (didarat). Sedangkan
pamanya, Nagawarman menjadi panglima angkatan laut. Dari prameswarinya, ia
mempunyai beberapa anak laki-laki dan perempuan. Diantaranya Wisnuwarman, yang
kemudian menggantikannya.
Ia meninggal pada tanggal 5 paruh terang bulan Posya tahun 356
tarikh Saka (= 434 Masehi), pada usia 62 tahun. Setelah meninggal, Purnawarman digelari Sang
Limahing Tarumanadi, karena abu jenazahnya di larungkan di Sungai
Citarum, dan tahta selalunjutnya jatuh kepada anak sulungnya, Wisnuwarman.
a.
Keluarga
Sang Mahārāja Tarumanagara
dan sang permaisuri sering dipuji bagaikan Bhātara Wisnu dan Dewi Laksmi.
Mereka merupakan lambang kemenangan Purnawarman sebagai mahārāja penguasa
Tarumanagara. Dikatakan bahwa prameswari merupakan istri yang sempurna
kecantikannya bagaikan bulan purnama, indah tanggal paruh-terang. Permaisuri Purnawarman seorang
putri dari Sriwijaya (Swarnabhumi), sedangkan istri-istri lainnya ada yang berasal
dari Bakulapura (Kutai) dan kerajaan di Jawa timur. Dari prameswari lahir
beberapaorang putra laki laki dan perempuan, diantaranya Sang Wisnuwarman,
putra mahkota dan menjadi Raja Muda
Tarumanagara sebelum kemudian menjadi raja menggantikan ayahnya, Purnawarman. Dari istri lainnya, ia juga mempunyai anak,
meskipun tidak semua istri istrinya mempunyai anak..
Purnawarman juga
mempunyai adik perempuan yang terkenal kecantikannya, yang dikatakan sebagai
orang yang sempurna kecantikannya. Ia diperistri oleh raja di Sumatra. Kelak Sri
Jayanasa , seorang raja besar dari Sriwijaya merupakan keturunannya. Dan dikatakan jugadalam naskah Wangsakerta
bahwa raja-raja di Pulau Bali juga
terhitung keturunan dari Sang Purnawarman, begitu pula wangsa Warman yang
tersebar di bumi Nusāntara.
Adiknya yang lain, yang terkenal dengan nama Sang Cakrawarman,
menjadi panglima perang. Sedangkan saudaranya yaitu adik dari ayahnya yang
terkenal dengan nama Sang Nagawarman menjadi panglina angkatan laut. Ia selalu
pergi ke seberang sebagai duta dari Sang Purnawarman Mahārāja Tarumanagara.
Dengan tujuannya membuat persahabatan. Ia sudah pergi mengunjungi Sanghyang
hujung, sudah ke Syangkanagari, ia sudah ke Yawananagari, ia sudah ke Cambay di
Bharatanagari, ia sudah pergi ke Sophalanagari, ia sudah pergi ke Bakulapura,
Negeri Cina, sudah ke Swarnabhumi, dan banyak lagi pulau-pulau yang lain. Adapun ia adalah orang yang terkemuka
di Kerajaan Taruma.
Sang Nagawarman mahir
dalam berperang, sudah besar jasa dan kepahlawanannya terhadap negara. Sang
Nagawarman dan beberapa orang tanda dan pembesar kerajaan, adhyaksa, sebagai
duta Tarumanagara, pergi ke Negeri Cina dengan membawa barang hasil bumi.
Selanjunya barang kerajinan buatan penduduk, rempah-rempah dan barang hasil
perburuan dan lainnya lagi. Semuanya diberikan kepada Mahārāja Cina. Adapun
Kerajaan Cina bersahabat dengan kerajaaan Tarumanagara. Selanjutnya Sang
Mahārāja Cina memberikan kepada duta Tarumanagara di antaranya ialah pakaian
kemudian berbagai perhiasan, emas, perak, manik(-manik) dan berbagai barang lainnya lagi. Begitu pula
saling surat menyurat. Ketika itu tanggal paruh-terang bulan Jyesta, (tahun)
tarikh Saka (= 435 Masehi). Setahun kemudian pergilah sang duta Tarumanagara ke
Sanghyang Hujung, lima bulan kemudian pergilah sang duta Tarumanagara ke
beberapa kerajaan yang ada di Swarnabhumi.
Adik perempuan yang
lain, Harinawar mandewi namanya, menjadi
istri orang kaya raya dari Bharatanagari (India). Ia memiliki beberapa puluh
perahu besar. sedangkan adiknya laki-laki beberapa orang, masing-masing ada
yang menjadi duta di Negeri Cina, dan bermukim di sana, dan kemudian menjadi
duta di Swarnabhumi, Syangkanagari. Adiknya yang lain-lainnya lagi ada yang
menjadi panglima angkatan laut, ada yang menjadi sang adhyaksa. Adapun putranya
yang tertua menjadi putra mahkota, yaitu raja
muda bernama Sang Wisnuwarman.
b. Profil Sang Raja
Sang Purnawarman adalah
manusia utama, oleh karenanya kemashuran dan kekuasaannya membuat Tarumanagara
menjadi kerajaan besar, sentosa, penduduknya sejahtera jiwanya. (Beliau)
membuat semua karya-karya besar yang ada di beberapa tempat di Tatar Sunda yang
subur tanahnya. Karena itu kebesarannya tertulis pada beberapa prasasti sebagai
tanda peringatan terhadap kemashuran dan kebesarannya.
Purnawarman merupakan
raja besar di Tarumanagara, yang sangat bekuasa dan gagah perkasa, dan disertai
kemahiran berperang dan mengalahkan semua musuh-musuhnya. Berkat usahanya
kerajaan tersebut menjadi besar dan jaya. Ia dijuluki Harimau dari
Tarumanagara, karena selama pemerintahannya banyak menaklukkan raja-raja di
pulau Jawa, dan menjadi kerajaan yang sangat berkuasa di Pulau Jawa. Dikatakan juga bahwa Purnawarman adalah raja
agung, bagaikan matahari yang memancarkan sinarnya. Tubuhnya memancarkan sinar
yang sangat semarak, karena disinari oleh pakaiannya (yang dihiasi) manik, emas
dan permata.
Purnawarman dikatakan bagaikan
Bhatara Wisnu yang turun dari swargaloka dan menjelma ke bumi, ia tampak seperti Indra yang
siap menyerang musuhnya. Ia dianggap sang Purandara (penghancur musuh-musuh
Indra). Dalam pertempuran-pertempuran di lautan untuk membasmi para perompak,
pasukan Tarumanagara yang dipimpinnya selalu memperoleh kemenangan. Para
perompak tak ada yang dibiarkan hidup, semuanya dihukum mati. Peperangan
melawan perompak itu terjadi antara tahun 321 – 325 tarikh Saka (= 399-403
Masehi). Setelah para perompak dikalahkan perairan Laut Jawa menjadi aman dan
para penduduk dan para pedagang menjadi senang.
Kebesaran Purnawarman,
disamping menjadi raja di Tarumanagara, ia juga merupakan pemimpin anggota
marga (wangsa)-nya yang tersebar di Sumatra, bali dan pulau lain di Nusantara.
Ia membina hubungan persahabatan yang sederajat dengan Cina, Bharatawarsa,
Yawana Bakulapura, Syangka, Palestina, Sibti, Arab Abasied, Barusa, Cambay,
kerajaan di Jawa sebelah timur dan sebagainya. Tarumanagara mengirim duta-duta
ke negara sahabat itu dan begitu juga sebaliknya.
Setiap tahun raja-raja
yang telah berhasil ditaklukkan datang menghadap ke ibukota, mereka semua
menyampaikan penghormatan dan pujian kepada Purnawarman. Upacara
penghormatan kepada Purnawarman terjadi
setiap tahun pada tanggal 11 paruh terang bulan Caitra. Selanjutnya pada
tanggal 13-15 paruh terang bulan Caitra, diadakan pesta perjamuan bagi seluruh
tamu yang hadir dalam upacara tersebut.
Dikatakan dalam naskah
Wangsakerta bahwa iap-tiap tahun raja taklukan harus seba ke Trumanagara,
masing-masing datang ke ibukota dengan membawa pengiringnya dengan senjata
lengkap, adapun semua raja yang kalah masing-masing memberikan Mereka semua
berkumpul dengan khidmat dan menyembah pada kaki Sang Mahārāja Purnawarman yang
duduk di atas singgasana emas. Oleh karena itu semua raja yang ada di bawah
kekuasaan Sang Purnawarman sudah duduk berada di paseban, demikian pula semua
pembesar kerajaan, pranaraja, sang tanda, sang juru, panglima perang, panglima
angkatan laut, para pemimpin wilayah, para kepala desa, para adhyaksa, sang
brahmana dan resi, semua pendeta, sang dharmmadhyaksa urusan kewaisnawaan, sang
dharmmadhyaksa urusan kesaiwaan, sang dharmmadhyaksa urusan agama Buddha,
kemudian para istri raja, sang mahakawi dan banyak yang lainnya lagi, yakni
sanak keluarga, suami- kawan dan sanak, juga duta-duta dari negara yang
bersahabat dengan kerajaan Tarumanagara.
c.
Ibukota
Setelah Purnawarman
menjadi raja menggantikan ayahnya, ia memindahkan ibukotanya ke sebelah luar. Di
sini Sang Purnawarman membuat sanghyang prasasti raja pada batu yang ditulis
olehnya, semuanya tiga buah sebagai tanda kemashuran dan kekuasaan ditandai
dengan sanghyang telapak kaki. Dan ia bersemayam di istana baru bersama sang
permaisuri serta semua pengiringnya.
Ibukota baru dimakannya
Sundapura, lokasinya terletak di tepi Sungai Ghomati. Di katakan bahwa diatas
istana tampak melambai-lambai panji-panji tanda kerajaan Tarumanagara, yakni
panji-panji berupa bunga teratai merah
di atas kepala gajah Erawata. Lambang raja berupa daun mahkota dari emas dengan
gambar lebah. Sedangkan panji-panji bergambar naga merupakan panji-panji tanda
pasukan angkatan laut kerajaan Tarumanagara, tampak melambai-lambai di atas
perahu perang ada di tepi laut. Di sana
tampaklah semua perahu sedang berjajar berlabuh. Sedangkan panji panji lainnya
lagi adalah, panji-panji bergambar
singa, juga panji-panji bergambar harimau, kemudian panji-panji bergambar kuda,
panji-panji bergambar anjing, panji-panji bergambar ular, panji-panji bergambar
kucing, panji-panji bergambar garuda, panji-panji bergambar beruang,
panji-panji bergambar kerbau, panji panji bergambar ikan, panji-panji bergambar
lembu, panji-panji bergambar rusa, panji-panji bergambar sapi, panji-panji
bergambar angsa, panji-panji bergambar kera, dan banyak lainnya lagi. Semuanya
itu panji panji dari wilayah-wilayah kecil dan besar yang mengabdi kepada
Tarumanagara.
d.
Agama
dan Kehidupan Masyarakatnya
Dalam bidang keagamaan,
Purnawarman memuja Wisnu, tetapi rakyatnya ada yang memuja Sangkara (Siwa),
Brahma, dan sedikit pemuja Buddha. Sementara penduduk pribumi di pedalaman
masih banyak yang memuja (roh) nenek moyang, mereka masih mempertahankan adat
istiadat lama dari leluhurnya.
Bumi Tarumanagara terkenal tanahnya subur dan kehidupan masyarakatnya sangat makmur.
Demikianlah persembahan dari masyarakat golongan rendah, menengah, dan atas,
suami-istri semuanya. Banyak penduduk senang hidup di sini. Begitu pula yang
baru datang dari pulau-pulau seluruh Nusantara dan negara seberang yang lain.
e.
Wilayah
Kekuasaannya
Tidak dijelaskan sampai
mana batas batas kerajaan dari Tarumanagara. Tetapi dilihat dari pengaruhnya,
Tarumanagara dapat dikatakan sebagai kerajaan terbesar di Nusantara di
zamannya. Hal ini dapat dilihat dari putri putri raja yang dinikahinya,
menandakan bahwa pengaruhnya sangat dominan di Nusantara.
Di daerah terdekat,
sebelum berdirinya kerajaan Tarumanagara belum begitu banyak kerajaan besar
disekitar tatar sunda. Dengan berdirinya kerajaan Tarumanagara, maka munculah
kerajaan kerajaan kecil di tatar sunda, yang kemudian menjadi bawahan kerajaan
Tarumanaga, diantaranya:
f.
Kerajaan
Indraprahasta
Kerajaan
di sebelah timur, panji-panjinya bergambar singa. Di Kerajaaan Indraprahasta
terdapat Sungai Ghangga namanya, muaranya bernama Subanadi. Adapun panji-panji
dari balatentara Tarumanagara masing-masing bergambar berbagai senjata. Selama ia memerintah
Tarumanagara, Sang Purnawarman sudah melaksanakan karya besar yaitu, memperkokoh
pinggiran sungai, memperlebar sungai,
dan memperdalam beberapa sungai yang termasuk ke dalam (wilayah) Tarumanagara.
Itulah pekerjaan yang dikerjakan oleh masyarakat dari desa-desa di Tarumanagara, sebagai karya
bakti mereka terhadap rajanya.
Beberapa tahun
(lamanya) penduduk berduyun duyun pergi ke sungai, ada yang muda ada yang tua,
suami-istri ikut semua, dari penduduk (golongan) rendah, menengha, dan tinggi,
juga balatentara. Yang dikerjakan di antaranya ialah Sungai Ghangga, karena
sungai tersebut dijadikan petirtaan bagi agama hindu semua penduduknya setiap
tahun. Banyaklah Orang yang mandi di Sungai Ghangga Untuk menghilangkan dosa
seluruh perbuatannya selama hidup. Hal ini seperti di Bharatanagari, yaitu
mengikuti adat kebiasaan di negeri asal Sang Mahārāja Purnawarman.
g.
Kebijakan
Kebijakan Penting Pada Masa Purnawarman
Disamping memindahkan
ibukota ke Sundapura, kebijakan
kebijakan penting yang diilakukan oleh Purnawarman antara lain:
·
Membuat Pelabuhan untuk tempat berlabuh
perahu. Hal ini dilakukan setelah 3 tahun berkuasa, yang dibuat mulai tanggal paruh terang bulan Margasira
sampai dengan tanggal 17 paruh gelap bulan Posya. Diceritakan bahwa pelabuhan
ini sangat ramai, setiap hari banyak perahu yang datang dari berbagai negara..
·
Memperindah, memperkokoh pinggiran
sungai, memperlebar dan memperdalam beberapa sungai yang terdapat di wilayah
Tarumanagara. Pekerjaan tersebut dilakukan oleh penduduk Tarumanagara
dikarenakan rasa bakti kepada raja mereka. Berkaitan dengan sungai ini, di
antara sungai yang dikerjakan adalah:
ü Sungai
Ghangga yang terdapat di kerajaan Indraprahasta. Kerajaan ini terletak di
sebelah Timur Tarumanagara. Sungai Ghangga dianggap suci oleh penduduk tatar
sunda waktu itu, karena dianggap sama dengan Sungai Ghangga yang terdapat di
India, yaitu sungai suci yang airnya dapat membersihkan dosa-dosa. Pekerjaan
memperindah Sungai Ghangga di Indraprahasta berlangsung antara tanggal 12 paruh
gelap bulan Margasira sampai dengan tanggal 15 paruh terang bulan Posya tahun 254
– 332 tarikh Saka (332 – 410 Masehi). Setelah pekerjaan itu selesai Purnawarman
kemudian mengadakan upacara pemberian hadiah kepada para brahmana berupa 500
ekor sapi, pakaian, 20 ekor kuda, dan seekor gajah. Para pekerja juga mendapat
hadiah dan bermacam makanan lezat. Dua tahun kemudian,
ü Memperkokoh
dan memperindah tepian Sungai Cupu (atau sungai Cipunagara sekarang) di
Cupunagara Setelah pekerjaan itu selesai Purnawarman mengadakan upacara
pemberian hadiah untuk para brahmana berupa 400 ekor sapi, pakaian, dan
makanan. Setelah itu sebagai tanda selesainya pekerjaan tersebut dibuat
prasasti-prasasti dengan tanda telapak kaki. Prasasti-prasasti itu diletakkan
di tepi Sungai Ghangga dan Sungai Cupu.
ü Memperindah
dan memperkokoh tepi Sungai Sarasah (Manukrawa) (atau Sungai Cimanuk sekarang)
yang dilakukan pada tahun 335 Saka (= 413 Msehi). Karena saat itu Purnawarman
sedang sakit, ia mewakilkan kepada mahamantri dan beberapa pembesar kerajaan
untuk mengadakan upacara kurban bagi orang suci. Benda-benda yang dihadahkan
adalah 400 ekor sapi, 80 ekor kerbau, pakaian brahmana, panji Tarumanagara, 10
ekor kuda dan arca Wisnu. Dampak dari pekerjaan itu membuat petani gembira
karena banyak tanah tegalan menjadi subur.
ü Memperkokoh
dan memperindah sepanjang tepi Sungai Candrabhaga dan Sungai Ghomati, yang
dilakukan antara tanggal 8 paruh gelap bulan Phalguna sampai tanggal 13 paruh
terang bulan Caitra tahun 261 – 339 Saka (= 339- 417 Masehi). Pekerjaan dilakukan siang malam dan
dilaksanakan oleh beberapa ribu penduduk laki-laki dan perempuan dengan membawa
peralatan masng-masing. Upacara peresmian pekerjaan itu dilakukan oleh
Purnawarman dan upacara pemberian hadiah 14 berupa 1000 ekor sapi, pakaian dan
berbagai makanan lezat. Kemudian dibuat juga prasasti yang dibubuhi telapak
kaki, arca perwujudan dirinya, dan telapak kaki gajah Erawata.
ü Memperindah
dan memperkokoh tepi Sungai Taruma, sungai terbesar di Kerajaan Tarumanagara.
Yang dilaukan pada tahun 341 Saka (= 419
Masehi). Seperti biasa setelah pekerjaan selesai lalu diadakan upacara
peresmian dan pemberian anugerah bagi para brahmana dan mereka yang berjasa.
·
Selain itu Sri Maharaja Purnawarman
disebutkan pula telah membuat dan menyusun berbagai kitab, di antaranya
Nitipustaka Rajya Tarumanagara, Nitipustaka ning Aksohini, Nitipustaka
Yuddhawarnana, Nitipustaka Desantara i Bhumi Jawa Kulwan, Pustaka
Warmanwamsatilaka, dan banyak lagi yang lainnya.
Maharaja Wisnuwarman (434-455 M
Wisnuwarman menjadi
raja Tarumanagara menggantikan ayahnya, Purnawarman. Ia dinobatkan menjadi Raja
Tarumanagara pada tahun 434 M atau waktu bulan purnama tanggal paruh-terang bulan Posya, tahun 356 tarikh
Saka, dengan gelar Sri Maharaja
Wisnuwarman Iswara Digwijaya Tunggal Jagatpati.
Wisnuwarman berkuasa selama 21 tahun (dari tahun
434-455 M).. Prameswarinya bernama Suklawarmandewi, adik raja
Bakulapura. Suklawarmandewi tidak memberinya keturunan, karena keburu meninggal akibat sakit. Yang menjadi
prameswari selanjutnya adalah Suklawatidewi, putri Wiryabanyu yang terkenal
kecantikaannya. Dari Suklawatidewi ini, Wisnuwarman memiliki beberapa
putra. Putra sulungnya, yang bernama
Indrawarman kemudian menggantikannya
Wisnuwarman merupakan
anak tertua dari Purnawarman, karena itu sejak awal ia telah menjadi putra
mahkota. Perbuatannya tidak tercela,
seolah tidak ada kekurangannya, sama seperti ayahnya, Purnawarman. Ia
seorang raja yang teguh pada kewajibannya dan gagah perkasa, terutama dalam
pertempuran pada waktu perang, dan ia
mahir dalam berperang.
Dalam naskah Wangsaketa
dikatakan bahwa pada hari penobatannya, Maharaja Wisnuwarman mengadakan perayaan
besar siang-malam, selama tiga hari tiga malam. Istana kerajaan dihiasi dengan bunga serba harum. Dan dihadiri olrh
raja raja taklukannya, duta dari negara sahabat, orang yang terkemuka /
pembesar yang ada dibawah kekuasaannya:
para brahmana, pendeta istana, orang suci, panglima angkatan laut,
hulubalang, panglima mandala, keluarga
raja, dan lainnya. Diceritakan pula bahwa semuanya dijamu dan mendapat berbagai
makanan lezat dan kenikmatan. diadakan berbagai berbagai kegiatan pada
perayaan, yang diringi oleh peari penari cantik.
Dan setahun kemudian,
(pada tahun 435 M, (atau tanggal paruh-terang bulan Magha tahun 357 tarikh
Saka) Mahārāja Tarumanagara tersebut mengutus dutanya ke Negeri Cina,
Bharatanagari, Syangkanagari, Campanagari, Yawananagari, Swranabhumi,
Bakulapura, Singhanagari, Dharmanagari dan semua negaranegara sahabat, dan
raja-raja yang ada di Pulau Jawa. Mereka para duta diminta memberitahukan bahwa
Mahāhāraja Wisnuwarman telah menjadi raja di Tarumanagara mengantikan Sang
Purnawarman. Begitu juga persahabatan
yang dahulu tidak terputus janganlah
bercerai berai, sudah satu tujuan dan akrab saling mengasihi, saling
berbimbingan tangan, janganlah saling bertentangan dan saling menghormati dan
kecintaan terhadap negara umumnya.
Tiga hari setelah
penobatannya, ia mengadakan pesta besar yang dihadiri oleh para raja bawahan
dan duta-duta negara sahabat, 16 juga para pejabat negara lainnya baik
berpangkat tinggi maupun rendah.
Pada tahun 357 Saka (=
435 Masehi) Wisnuwarman mengirim duta-dutanya ke berbagai negeri, yaitu Cina,
Bharatanagari, Campanagari, Bakulapura, Dharmanagari, dan lain-lain.Tugas
Mereka adalah untuk memberi kabar kepada rajaraja sahabat bahwa Tarumanagara
saat itu telah berganti raja, yaitu Wisnuwarman dan persahabatan yang telah
dibina akan terus dilanjutkan.
Setelah tiga tahun masa
pemerintahannya terjadi gempa bumi dan gerhana bulan, hal itu merupakan pertanda
buruk. Wisnuwarman lalu mengadakan upacara mandi di Sungai Ghangga. Wisnuwarman
juga diganggu oleh mimpimimpi buruk, ia menjadi risau hatinya. Lalu
dipanggillah sang brahmana dan pendeta istana untuk diminta nasihatnya.
Selanjutnya dengan diiringi para brahmana dan orang-orang suci, Wisnuwarman
menuju Kerajaan Indraprahasta. Ia disambut oleh rajanya yang bernama
Wiryabanyu. Kembali Wsnuwarman mengadakan upacara mandi di Sungai Ghangga
dengan disertai para brahmana, orang-orang suci, dan para pembesar kerajaan.
Kemudian dilanjutkan dengan upacara pemujaan arca Wisnu dan Sangkhara ayng
disimpan di pertapaan.
Pemberontakan Cakrawarman
Tiga
tahun setelah penobatannya, terjadi pemberontakan yang dilakukan oleh pamannya,
Cakrawarman. Cakrawarman adalah adik dari
Purnawarman, yang menjabat sebagai mahapatih di era ayahnya. Cakrawarman
merasa bahwa dirinya yang lebih pantas dari Wisnuwarman sehingga memberontak
selama 28 hari dari tanggal parogelap bulan asuji sampai dengan parogelap bulan kartika 350 saka atau
bertepatan dengan 21 oktober
sampai 18 november 437 M, tetapi gagal, dan dapat ditumpas.
Pada suatu malam saat
Wisnuwarman dan permaisurinya sedang tidur di keraton, masuklah seseorang yang
akan membunuh sang raja. Tetapi orang itu gagal membunuhnya, karean keris yang
digenggamnya terlepas dan jatuh. Raja terbangun begitu pula permaisurinya, dan
penjahat itu berhasil ditangkap pengawal. Orang itu gagal melaksanakan niatnya
karena ia melihat tubuh permaisuri yang tidur tanpa sehelai kain pun yang
dipakainya, agaknya penjahat itu tidak kuat menahan nafsu birahinya sehingga
tubuhnya berkeringat gemetaran dan kerisnya terlepas.
Permaisuri Wisnuwarman memang wanita yang luar biasa cantiknya, ia adik Raja
Bakulapura, siapa yang melihatnya akan terpikat dan lupa diri.
Pada tahun 359 Saka (=
437 Masehi), Raja Wisnuwarman duduk di paseban yang dihadiri pula oleh beberapa
raja tetangga dan para pejabat kerajaan. Ia sedang menanyai si pembunuh yang
gagal membunuh dirinya. Semula si pembunuh tidak berani mengatakan siapa yang
sebenarnya dalang peristiwa itu. Tetapi kemudian mengaku bahwa sebenarnya ia
sekedar melaksanakan tugas yang diberikan oleh Mandalamantri Cakrawarman.
Cakrawarman sebenarnya paman Wisnuwarman,
ialah adik Purnawarman. Cakrawarman ingin menjadi Raja Tarumanagara, tetapi
tidak berani mengadakan perebuatan kekuasaan secara langsung, lalu disuruhlah
seseorang untuk membunuh Wisnuwarman. Beberapa bulan kemudian ditangkap lagi
empat orang perusuh yang mencoba membunuh raja saat berburu d hutan,
orang-orang tersebut dijatuhi hukuman gantung.
Cakrawarman dan para
pengikutnya yaitu Dhewaraja (panglima perang), Hastabahu (kepala pasukan
pengawal) , Laksamana Laut Sang Kudasindu, juru keraton sang Bayutala, dan
lain-lain segera melarikan diri lalu bersembunyi di dalam hutan. Mereka
bergerak ke timur sampai di tepi Sungai Taruma. Ketika mereka sampai di
Kerajaan Cupu, Raja Satyaguna segera mengusir Cakrawarman dan kawan-kawan,
karena Kerajaan Cupu tetap setia kepada Maharaja Purnawarman.
Akhirnya Cakrawarman
dan pengikutnya terlunta-lunta dan bersembunyi dalam hutan di wilayah selatan
Kerajaan Indraprahasta. Wisnuwarman lalu memerintahkan seluruh raja di tatar
sunda untuk membinasakan Cakrawarman. Berhubung Cakrawarman bersembunyi di
wilayah Kerajaan Indraprahasta, maka Raja Indraprahasta dan balatentaranya yang
berkewajiban untuk membinasakan para pemberontak itu. Cakrawarman sendiri telah
memiliki tentara cukup yang diperolehnya di wilayah-wilayah yang berada di
bawah pengaruhnya.
Setelah pasukan
Indraprahasta berhasil mengepung tentara pemberontak, terjadilah pertempuran
yang cukup seru. Pasukan Indraprahasta dipimpin oleh para senapatinya, antara
lain Ragabelawa dan Bonggolbhumi. Sementara para pemberontak
dipimpin oleh panglimanya yaitu Dewaraja, Kudasindu, Hastabahu, dan Bayutala.
Akhirnya balatentara Cakrawarman dapat dikalahkan, banyak yang tewas, sementara
yang tersisa ditawan dan dibawa ke ibukota. Semua panglima dan balatentara yang
telah berhasil itu kemudian diberi hadiah, begitu juga Raja Indraprahasta sang
Wiryabanyu dianugerahi barang-barang berharga oleh Wisnuwarman. Selain itu
Wisnuwarman kemudian memperistri putri Raja Indraprahasta yang bernama Dewi
Suklawati. Sang Dewi akhirnya menjadi permaisuri Wsnuwarman karena permaisuri
yang dahulu meninggal. Mereka mempunyai beberapa orang anak, salah seorang
anaknya bernama Indrawarman yang kelak menjadi Raja Tarumanagara menggantikan
ayahandanya.
.
5. Indrawarman (mp. 455-515 M)
Idrawarman mennjadi penguasa Tarumanagara
ke-6, menggantikan ayahnya, Wisnuwarman, yang bergelar Sri Maharaja
Indrawarman Sang paramartha Saktimahaprabhawa lingga Triwikrama bhuwanatala,
dan berkuasa selama 60 tahun (dari tahun 455- 515 M).
Setelah meninggal, ia
kemudian digantikan oleh putranya yang bernama Canrawarman.
6. Candrawarman (mp. 515-535 M)
Merupakan penguasa ke-6
Tarumanagara, menggantikan ayahnya, Indrawarman, dengan gelar Sri Maharaja
Chandrawarman Sang Hariwangsa Purusasakti Suralagawageng Paramartha, yang
bertahta dari tahun 515-535 M.
Pada masanya menurut naskah
Wangsakerta (pustaka Jayadhipa), banyak memberikan keleluasaan penguasa
daerah dalam mengelola daerahnya (otonomi). Pada masa Candrawarman ini
banyak penguasa yang menerima kekuasaanya didaerahnya sendiri karena
kesetiaanya kepada Tarumanagara.
Candrawaran kemudian
digantikan oleh anaknya, Suryawarman.
7. Suryawarman (535-561 M)
Merupakan penguasa Tarmunagara yang ke-7, menggantikan
ayahnya, Candrawarman. Ia banyak mengikuti kebijakan ayahnya dalam memberikan
otonomi yang luas kepada daerah kekuasaanya.
Suryawarman tidak hanya melanjutkan kebijakan
ayahnya yang memberikan kepercayaan lebih banyak kepada raja-raja daerah untuk
mengurus pemerintahan sendiri, melainkan juga mengalihkan perhatiannya ke
daerah timur.
Misalnya pada tahun 526 M, Manikmaya, menantunya,
mendirikan kerajaan baru di daerah kendan (daerah Nagreg, suatu daerah antara
Bandung dan Garut). Sedang putra Manikmaya yang bernama Suraliman, tinggal
bersama kakeknya di ibukota Tarumanagara, dan kemudian menjadi panglima
angkatan perang kerajaan.
Perkembangan daerah timur menjadi lebih berkembang
ketika cicit (bao) Manikmaya, Wretikandayun, mendirikan kerajaan galuh.,
pada tahun 612 M.
8, Kertawarman (561-628 M)
Kertawarman
naik tahta Tarumanagara menggantikan maharaja Suryawarman. Ia berkuasa dari
tahun 561 hingga 628 M. Ia kemudian digantikan oleh
sudhawarman.
9. Sudhawarman (628-639 M)
Sudhawarman menjadi penguasa Tarumanagara ke-9, yang berkuasa dari tahun
628-639 M. Pada masanya diwilayah timur mulai berkembang kerajaan Galuh, yang
didirikan oleh cicit Suryawarman, Wretikandayun.
Pada Sudhawarman sudah nampak kemunduran dari tarumanagara, hal ini diperparah
oleh penggantinya, Dewamurti yang terkenal sebagai pengauasa yang kejam, dan
tanpa belas kasih.
10. Hariwangsawarman (639-640 M)
Hariwangsawarman
atau dewamurti naik tahta Tarumanagara ke10, menggantikan Sudhawarman.
Dewamurti dianggap sebagai penguasa yang kasar dan tanpa belas kasih (kejam), hingga
akhirnya ia dibunuh oleh Brajagiri, anak angkat Kertawarman, raja tarmanagara
ke-8, yang ia permalukan. Brajagiri sendiri tewas dibunuh oleh Sang Nagajaya
menantu Dewamurti.
11. Nagayawarman (640-666 M)
Nagajaya mewarisi tahta dari mertuanya, dEwamurti hariwangsawarman,
dengan gelar Maharaja Nagajayawarman Darmastya Cupjayasatru. Ia berasal dari
Cupunagara, kerajaan bahahan Tarumanagara.
Nagajayawarman memerintah Tarumanagara sejak tahun 562-588 saka
(640-666 M). Setelah ia wafat kemudian digantikan oleh
Linggawarman.
12. Linggawarman (mp. 666-669 M)
Linggawarman dinobatkan sebagai raja
Traumanagara ke-12, menggantikan Nagajayawarman, dengan gelar Srimaharaja
Linggawarman Atmahariwangsa Panunggalan Tirthabumi. Ia merupakan raja terakhir Tarumanagara, yang
memerintah hanya 3 tahun dari tahun 666 hingga 669 M.
Ia menikah dengan Dewi Ganggasari dari Indraprahasta, suatu kerajaan otonom di
daerah Cirebon sekarang. Dari Ganggasari, ia memiliki 2 anak, yang
keduanya perempuan. Yang pertama, Dewi Manasih, menikah dengan Tarusbawa dari
Sundasambawa. Sedang yang kedua, Sobakancana menikah dengan Dapuntahyang Sri
Jayanasa, yang selanjutnya mendirikan kerajaan Sriwijaya.
Setelah ia meninggal dunia, kekuasaan jatuh ke tangan menantunya,
tarusbawa. Dan tarausbawa ini kemudian memidahkan ibukotanya, di sekitar sungai
Pakancilan.
Transisi Tarumanagara ke Kerajan Sunda
Tarumanagara
hanya mengalami masa pemerintahan 12 orang raja. Raja terakhir Linggawarman
tidak mempunyai anak laki-laki. Ia mempunyai 2 anak laki-laki. Ia
mempunyai 2 anak perempuan, yang sulung bernama Manasih menjadi istri Tarusbawa
dan yang kedua, Subakancana menjadi istri Depuntahyang Srijayanasa, pendiri
kerajaan Sriwijaya.
Tarusbawa (mp. 669-723 M), yang berasal dari kerajaan
Sunda Sumbawa menggantikan mertuanya menjadi penguasa tarumanagara ke-13.
Karena pamor Tarumanagara, ia ingin mengembalikan keharuman zaman Purnawarman
yang berkedudukan di purasaba (ibukota) Sundapura. Dengan demikian sejak tahun 670 M, nama kerajaan
Tarumanagara berubah menjadi kerajaan Sunda.
(lanjut)
Sumber: Dari berbagai Sumber di Internet
(lanjut)
Sumber: Dari berbagai Sumber di Internet
Tidak ada komentar:
Posting Komentar