Oleh
Adeng Lukmantara
Peminat Sudi Peradaban Sunda dan Islam
Asal Hariang Sumedang Jawa Barat
Pengantar
Adeng Lukmantara
Peminat Sudi Peradaban Sunda dan Islam
Asal Hariang Sumedang Jawa Barat
Pengantar
Kerajaan Salakanagara merupakan sebuah kerajaan awal di daerah Tatar Sunda. Referensi yang menceritakan tentang keberadaan kerajaan Salakanagara adalah salah satu Kitab Naskah Wangsakerta yang bernama Pustaka Pararatwan i Bhumi Jawadwipa, Kitab ini disusun oleh satu tim di bawah pimpinan Pangeran Wangsakerta antara tahun 1677 - 1698 Masehi,.Pangeran Wangsakerta adalah salah seorang dari tiga putra Panembahan Ratu Carbon dari istrinya yang berasal dari Mataram. Nama lain Pangeran Wangsakerta adalah Panembahan Carbon Tohpati bergelar Abdul Kamil Mohammad Nasarudin.
Kitab Naskah Pustaka Pararatwan i Bhumi Jawadwipa yang sudah ditemukan hingga saat ini terdiri
dari empat buah, semuanya dari parwa pertama. Tiga naskah pertama (sarga 1-3)
merupakan kisah atau uraian mengenai sejumlah negara yang perneh berperan
terutama di Pulau Jawa, sedangkan sarga keempat merupakan naskah panyangkep
(pelengkap) dan isinya berupa keterangan mengenai sumber-sumber yang digunakan
untuk menyusun kisah itu.
Naskah Pustaka Pararatwan i Bhumi Jawadwipa ini
ditulis dengan menggunakan aksara Jawa di pesisir barat (Cirebon) atau aksara
Jawa yang mirip dengan yang disebut oleh Drewes (1969:3) quadrat script. Bahasa
yang digunakan adalah bahasa Jawa kuna dan bahasa Jawa Cirebon. Tulisannya berbentuk
prosa, campuran antara paparan dan kisah. Cara penyajiannya memiliki ciri-ciri
karangan ilmiah, yakni berupa keterangan secara tersurat mengenai sumber
karangan yang digunakan. Atau minimal memeberi informasi awal kepada generasi
kita, untuk pengkajian sejarah dari sumber aslinya atau sumber primer. Tidak
seperti sejarawan kebanyakan, kalau tidak sesuai dengan penulis sejarah
penguasa, dianggap tidak valid atau diragukan. Keraguan itu awal dari
kebenaran, jika kita mau mengkajinya. Bukan seperti sejarawan kebanyakan,
banyak memvonis, tetapi tujuannya untuk melegitimasi pembenaran.
Harusnya cara berpikir
kebanyaan penulis sejarah itu berhipotesa, dengan adanya kisah yang ditulis
oleh Wangsakerta itu, menjadi awal pencarian yang serius. Kemungkinan ada
sumber yang lebih tua, yang kita harus selidiki. Jangan hanya seperti kata si
fulan dan si anu, yang tidak berkesudahan. Kesalahan dalam penulisan sejarah
adalah halyang mungkin, tetapi tidak mungkin salah semua.Karena itu harusnya
para sejarawan harus punya prinsip, dengan informasi yang sedikit, merupakan
awal dari pencarian. Karena setidaknya, bahwa naskah naskah yang ditulis dalam Naskah ini banyak kesesuian dengan
prasasti prasasti yang ditemukan. Meskipun ada penyebutan jawa kulwon, jawa
wetan atau jawa tengah mengindikasikan bahwa naskah ini ditulis relatif baru.
Tetapi yang perlu diacungi jempol adalah info awal yang sangat bermamfaat.
Karena kalau sebuah karangan biasa tidak mungkin bisa bercerita begitu detail,
apalagi menyangkut sejarah.
Dalam Kitab ini juga
disebutkan Daftar Pustaka dalam pengambilan naskah ini, berasal dari delapan kitab,
yaitu:
·
Pustaka
Nagara Nusāntara
·
Pararatwan
Sundawamsatilaka
·
Serat
Ghaluh i Bhumi Sagandhu
·
Pustaka
Tarumarajyaparwa-warnana
·
Pustaka
mengenai Warmanwamsatilaka i Bhumi Dwipāntara;
·
Pustaka
Serat Raja-raja Jawadwipa
·
Serat
Pûrnawarmanah Mahāprabhāwo Rājā i Tarumanagara;
·
Pustaka
Sang Resi Ghuru.
II.A. Pendahuluan
Kerajaan Salakanagara adalah kerajaan yang berada di tatar sunda, lokasinya
berada di daerah Pandeglang Banten sekarang,. Sebelum
menjadi wilayah salakanagara pada awalnya di perintah oleh penguasa setempat yang
bernama Aki Tirem.
Dalam naskah
Wangsakerta, dengan mengutip dari Kitab Pustaka Nusāntara, bahwa sejak awal abad pertama tahun Saka, telah terjadi
kontak antara penduduk di Nusantara dengan pedagang pedagang yang datang dari
India (Bhratanagari). Dan semakin lama semakin banyak yang datang ke negeri
negeri Nusantara, karena berbagai hal, diantaranya:
·
Jasa dan Perdagangan. Kontak perdagangan
diyakini merupakan awal dari hubungan negeri negeri di Nusantara dengan India.
·
Dorongan dakwah agama
·
Menghindarkan diri dari bahaya, karena
negeri negerinya dikalahkan atau dikuasai oleh lawan lawan politiknya.
·
Mengharapkan kesejahteraan yang lebih
baik.
Dan arus kedatangan
besar besaran terjadi, ketika negeri negeri mereka berasal, dikalahkan atau
dikuasai oleh lawan lawan politiknya. Dan menurut naskah ini, kebanyakan yang datang
ke negeri nusantara adalah wangsa Salankayana, dan wangsa Pallawa. Dua wangsa
inilah, yang sangat banyak datang di
sini,
Seperti halnya yang dipimpin
oleh Dewawarman 1. Ia berasal dari wangsa Palawa,. Ia berangkat dari tanah
India dengan menaiki beberapa puluh perahu besar kecil untuk menuju Nusantara. Sang
Dewawarman datang di sini dengan membawa banyak pengikut dan harta benda serta
berbagai senjata yang disiapkan.
Mereka datang dengan
tujuan berdagang dan menjual jasa dengan penduduk setempat. Mereka membawa
barang dagangan berupa pakaian, berbagai perhiasan, emas, perak, permata,
obat-obatan, dan berbagai barang lainnya. Barang-barang yang dibelinya di sini
adalah rempah-rempah, hasil bumi, dan lain-lain. Di antara pendatang kemudian
banyak yang bermukim dan memperistri penduduk setempat, serta tidak kembali ke
negeri asalnya. Mereka hidup akrab dan bersaudara.
Sang Dewawarman sudah
bersahabat dengan penduduk daerah pesisir Tatar Sunda, Nusa Apuy, dan Pulau
Sumatra bagian selatan. Sang Dewawarman bersahabat pula dengan penghulu
penduduk setempat, akhirnya bermukim di sini dan lama kelamaan menjadi raja
kecil di daerah pesisir bagian barat dari Tatar Sunda.
Setelah menikah dengan
anak Aki Tirem, Dewawarman kemudian membangun dasar
dasar kerajaan, yang menjelma menjadi kerajaan Salakanagara. Pada
tahun 52 Saka (= 130 Masehi) Sang Dewawarman dinobatkan menjadi raja.
Kerajaannya diberi nama Salakanagara, ibukotanya diberi nama Rajatapura.
Selanjutnya diuraikan
mengenai pendatang-pendatang baru dari Singhanagari, Salihwahananagari, dan
Bhumi Ghaudi, dari Bharatawarsa (India). Mereka datang di Pulau Jawa pada awal
tarikh Saka. Mereka datang dengan memakai perahu ke berbagai negeri di
Nusantara. Dan kemudian berinteraksi dengan masyarakat pribumi.
II.B. Profil Penguasa / Raja Raja Kerajaan
Salakanagara
II.B.1. Aki Tirem (w. 130 M)
Sebelum menjadi kerjaan,
wilayah salakanagara pada awalnya di perintah oleh penguasa setempat yang
bernama Aki Tirem.
Aki Tirem atau lengkapnya Aki
Tirem Sang Aki Luhur Mulya. Sang
Aki Tirem adalah putra dari Ki Srengga, Ki Srengga putra Nay Sariti Warawiri, Nay
Sariti putri dari Aki Bajul Pakel.
berkuasa di suatu kota
yang bernama Pulosari. Aki Tirem menikahkan putrinya yang bernama Pohaci
Larasati dengan Dewawarman, pangeran yang berasal dari
Palawa di India kidul, yang kemudia menggantikannya.
Setelah aki Tirem meninggal pada tahun 130 M, kekuasaannya kemudian
diteuskan oleh menantunya, Dewawarman I, yang dinobatkan sebagai raja pertama
salakanagara.
II.B.2. Dewawarman 1 (mp. 130-168 M)
Sang Dewawarman I atau Sang
Dewawarman Lokapala adalah pendiri dan sekaligus menjadi raja pertama kerajaan
Salakanagara, yang berkuasa dari tahun 130-168 M, dengan gelar Prabu Darmaloka
Pala Aji Raksa Gapura Sagara, atau terkenal dengan nama Dewawarman 1.
Pada awalnya ia merupakan duta keliling
kerajaaan Pallawa dari Bharata (India) ke negeri negri di Nusantara,dan juga negeri negeri lainnya, seperti: Sanghyanghujung,
kemudian Sopalanagari, Yawananagari, kemudian Syangkanagari Negeri Cina, dan
Negeri Abasid dengan tujuannya persahabatan dan hubungan jasa dan perdagangan
dengan negara-negara yang didatangi. Adapun maharaja wangsa Pallawa ialah
sanakKeluarganya yang berkuasa di negaranya yakni raja wangsa Pallawa di bumi
Bhāratawar- 20 sa. Di sini Sang Dewawarman menjadi raja sebagai penguasa Lautan
Barat, se- (56) bab di situ banyak perahu dari barat menuju timur, dari timur
menuju barat, berhenti sementara. Kemudian 5 perahu-perahu itu harus memberi
persembahan kepada Sang Raja Dewawarman. Beberapa tempat pelabuhan perahu ada
di Jawa Barat, yang pesisirnya dijaga o- 10 leh balatentaranya, sampai pesisir
Jawa Barat, Pulau Apuy dan pesisir selatan Pulau Sumatra.
Ia kemudian menetap di Tatar Sunda bagian barat, di daerah sekitar Pandeglang sekarang, dan menikah dengan putri seorang penguasa
setempat, Aki Tirem, Karena itu Sang Panghulu kemudian
menganugerahkan pemerintahan wilayah desa kepad sang menantu. Dengan demikian,
pada tahun 52 tarikh Saka (130 MasehI) Sang Dewawarman dinobatkan menjadi raja
bumi Jawa Barat bagian barat, dengan ke- 15 rajaannya disebut Salakanagara,
dengan ibukotanya ialah kota Rajata, Disini ia menikah dengan putri penguasa setempat, Aki Tirem, yang bernama
Dewi Pwahaci Larasati.
Setelah Aki
Tirem meninggal pada tahun 130 M, ia kemudian menggantikan sebagai penguasa dan kemudian dinobatkan sebagai
raja pertama Salakanagara dengan gelar Prabhu Dharmalokapala Dewawarman Haji
Raksagapura Sagara, dengan ibukota
Rajatapura.. Sedang istrinya, Dewi Pohaci di beri gelar
Dwi Dwan Rahayu. Dan pada saat itu juga diberlakukan penanggalan sunda
yang kemudian dikenal dengan sebutan saka sunda.
Sang Dewawarman adalah
raja yang gagah perkasa dan mahir dalam
berperang. Pada zamannya perompak laut sangat merajai di lautan. Dan ada juga
yang berusaha untu merebut kekuasaannya. Tetapi para perompak dapat dikalahkan
dan dibinasakan tanpa tersisa,
Ia berkuasa selama 38 tahun, sejak
dinobatkan pada tahun 52 saka (130 M) hingga 168 M. Selama masa
pemerintahannya, ia mengutus adiknya yang merangkap menjadi senopati, bernama Bhahadura Hariganajayasakti Dewawarman untuk menjadi raja
daerah di Mandala Ujung Kulon (Hujung Kulwan). Sedangkan adiknya yang lain yag bermana Sang Swetalimansakti,
sebagai pranaraja kemudian dijadikan raja di kota selatan (Tanjung Kidul) dengan ibukota Agrabhitapura
(sekitar daerah Cianjur).
Dewawarman beristri 2
orang, pada awalnya ia menikah dengan putri dari Ghaudinagari India barat. Sang
Istri meninggal di negaranya, dan disana
ia mempunyai anak beberapa orang. Sedangkan istrinya yang kedua yakni Sri Pwahaci Larasati namanya, putri
dari sang panghulu Tatar Sunda yaitu Sang Aki Tirem. Dari perkawinannya dengan Sri
Pwahaci Larasati (Sang Dewi Dhwānirahayu) ia mempunyai anak beberapa orang,
seorang di antaranya yang tertua kemudian menggantikan ayahnya menjadi raja,
yang bernama Sang Prabhu Dhigwijayakasa Dewawarmanputra, menjadi Dewawarman
kedua.
Dewawarman 1 berkuasa selama 38 tahun antara
tahun 90 tarikh Saka (168 Masehi), sampai tahun 117 tarikh 20 Saka (195
Masehi), dan kemudian digantikan oleh anaknya, Dewawarman 2.
II.B.3. Dewawarman 2 (mp. 168—195 M)
Raja kedua Salakanagara dari dinasti Dewawarman,
dengan gelar Sang Prabu Dhigwijayakasa
Dewawarmanputra atau dikenal
dengan Dewawarman 2. Ia berkuasa
selama 27 tahun, antara tahun 168 – 195 Masehi (90 – 117 Saka).
Ia merupakan putra sulung dari raja salakanagara pertama, Dewawarman 1 dengan istrinya Dewi Pohaci. Dewawarman
II beristrikan seorang putri dari keluarga Maharaja Singhalanagari. Dari
pernikahannya ini lahir di antaranya seorang putra mahkota (Yunaraja), yang
bernama Prabhu Singhanagara
Bhimayasawirya atau Dewawarman III.
II.B.4. Dewawarman 3 (mp. 195-238 M)
Raja ketiga dinasti
Dewawarman, dengan gelar Prabhu Singhanagara Bhimayasawirya dan
terkenal dengan sebutan Dewawarman III. Ia menggantikan ayahnya
menjadi raja di Salakanagara pada tahun 117 Saka (= 195 Masehi) sampai dengan
tahun 160 Saka (= 238 Masehi). Sang Dewawarman ketiga bersahabat dengan Negeri
Cina, demikian pula dengan kerajaan-kerajaan yang ada di Bharatanagari (India).
Ia merupakan putra dari
Raja Dewawarman 2 dari istrinya yang berasal dari sanak keluarga Mahāraja
Singhalanagari. Ia menikah dengan putri darikerajaan yang ada di jawa Tengah,
dan Sang Dewawarman berputra beberapa orang, perempuan dan laki-laki. Salah
seorang di antaranya yang tertua perempuan, yaitu Dewi Tirthalengkara namanya,
dijadikan istri oleh Sang Prabhu Dharma Satyanagara namanya. Sang menantu raja
ini, menggantikan menjadi penguasa negara,
Pada masa
pemerintahannya Salakanagara diserang perompak dari Negeri Cina yang menyerang
penduduk dan mengurah kekayaaan terutama perhiasan dan pakaian,, namun dapat
dibinasakan olehnya. Tetapi Sang Dewawarman dengan semua balatentaranya yang
jumlahnya banyak, segera datang membebaskan penduduk dari bahaya besar dari perbuatan khianat sang penyamun. Semua perompak tewas tanpa sisa,
yang tertangkap semuanya dibunuh..
II.B.5.
Dewawarman 4 (mp. 238-252 M)
Sang Prabhu Dharma
Satyanagara Ratu Hujungkulwan atau kemudian terkenal dengan nama Dwawarman 4. Ia menjadi raja ke-4 kerajaaan
Salakanagara, dari dinasti Dewawarman. Ia memerintah
pada tahun 160 – 174 Saka (= 238-252 Masehi).
Pada awalnya ia menjadi Raja di Ujung Kulon, dan setelah dijadikan menantu
oleh Sang Raja Dewawarman 3, ia kemudian mejadi raja Salakanagara. Ia menikahi
putri Raja Dewawarman 3 yang bernama Dewi Tirthalengkara.
Dari pernikahannya Dewi Tirthalengkara dengan
Sang Prabhu Dharmasatyanagara Ratu Hujungkulwan lahirlah beberapa orang,
salah seorang yang tertua perempuan yaitu Rani Mahisasuramardini Warmandewi,
yang nantinya ia memerintah kerajaan dengan suaminya yaitu Sang Prabhu
Amatiyasarwajala Dharmasatyajaya Warunadewa atau Dewawarman 5.
Dewawarman IV digantikan
oleh anak perempuannya, yaitu Rani Mahisasuramardini Warmandewi. Ia memerintah
bersama suaminya, Sang Prabhu Amatyasarwajala Dharmasatyajaya Warunadewa
II.B.6. Dewawarman 5 (mp. 252-276 M)
Sang Prabhu
Amatyasarwajala Dharmasatyajaya Warunadewa atau Dewawarman 5. Ia menjadi raja Salakanagara ke-5 dari dinasti
Dewawarman, menggantikan mertuanya, Dewawarman 4. Ia memerintah selama 24 tahun dari tahun 252 hingga 276 M atau 174-211
saka.
Ia menjadi
raja karena menikahi putri sulung
Dewawarman 4 ang bernama Mahisasuramardini Warmandewi. Ia memerintah bersama istrinya, tetapi ketika suaminya meninggal karena
bertempur dengan para perompak di lautan, sang istri kemudian menggantikannya
sebagai raja.
Sang Prabhu
Dharmasatyajaya Warunadewa, meninggal di tengah
lautan, ketika berperang melawan perompak. Ketika itu Sang Prabhu
menjadi Panglima Angkatan Laut memimpin Balatentara, memerangi perahu para perompak, yang menaiki perahu besar tiga
buah. Sedangkan perahu kerajaan empat buah. Tampak saling menghantam pada waktu
berperang. Sang Prabhu dipanah dari belakang oleh perompak, kemudian Sang
Prabhu meninggal. Tetapi para perompak
dapat dikalahkan oleh pasukannya dan banyak yang tewas terapung di air, dan
yang masih hidup ditawan semuanya.
II.B.7. Mahisa Suramardini Warmandewi (mp. 276—289 M)
Raja ke-6 Salakanagara. Ia merupakan putri tertua Dewawarman 4 dan istri
dari dewawarman 5. Ia menggantikan suaminya sebagai raja, ketika suaminya
gugur melawan bajak laut.
Pada awalnya Rani
Mahisasuramardini Warmandewi memerintah bersama suaminya, Sang Prabhu
Amatyasarwajala Dharmasatyajaya Warunadewa.
Sang Rani memerintah pada tahun 174 – 211 Saka (= 252-289 Masehi),
tetapi suaminya hanya memerintah selama 24 tahun, karena gugur di tengah laut
ketika berperang melawan perompak. Kemudian yang menjadi raja di Salakanagara
adalah putranya, Sang Prabhu Ghanayanadewa Linggabhumi yang menjadi Dewawarman
VI.
II.B.8. Dewawarman 6 (mp. 289-308 M)
Raja ke-7 dinasti Dewawarman, dengan gelar Sang Prabhu
Ghanayanadewa Linggabhumi atau disebut juga Dewawarman VI. Ia merupakan putra
tertua Dewawarman 5. Ia naik tahta dinasti Dewawarman menggantikan ibunya,
Mahisa Suramardini.
Ia dijuluki Sang mokteng Samudra. Ia
memerintah pada tahun 211 – 230 Saka ( 289-308 Masehi). Ia menikah denga putri
dari Bharatanagari. Dari perkawinannya itu lahir beberapa orang anak, di
antaranya yang tertua ialah
Adapun Sang Prabhu
Ghanayana Linggabumi berputra enam orang, laki-laki dan perempuan, antara lain: Putranya yang pertama yaitu Sang Prabhu
Bhimadigwijaya Satyaganapati atau
Dewawarman 7, yang kemudian menggantikannya sebagai raja. Sang Prabhu
Bhimadigwijaya Satyaganapati kemudian mempunyai anak perempuan bernama Rani
Spatikarnawa Warmandewi. Putranya kedua, perempuan yaitu
Salakakhancana Warmandewi namanya, diperistri oleh penguasa kerajaan
Ghaudinagari di bumi Bharatawarsa bagian ti- 15 mur. Putranya ketiga, perempuan yaitu
Khārttikacandra Warmandewi Namanya, diperistri oleh Sang Pranaraja dari Yawananagari. Putranya keempat, laki-laki yaitu Sang
Ghopalajayengrana namanya, menjadi pembesar di kerajaan wangsa Salankayana di
bumi Bharatawarsa. Kemudian Sang Ghopala Jayengrana mempunyai anak yang bernama
Sang Khrodamaruta, yang mengkudeta Dewawarman 7. Putranya kelima, perempuan yaitu Sri
Ghandari Lengkaradewi namanya, diperistri oleh
seorang pembesar, panglima angkatan laut di kerajaan wangsa Pallawa. Putranya
keenam, yakni putra bungsu bernama Senapati Skandamuka Dewawarman Jayasatru.
II.B.9. Dewawarman 7 (mp. 308-340 M)
Raja ke-8 dinasti Deawarman, dengan gelar Prabu Bima Digwijaya
Satyaganapati atau Dewawarman 7.. Ia merupakan putra
tertua Dewawarman 6 (Sang
Prabhu Ghanayanadewa Linggabhumi). Ia memerintah pada tahun 230 – 262 Saka (=
308 – 340 Masehi).
Dewawarman VII gugur
pada tahun 262 Saka karena serangan balatentara yang dipimpin oleh seorang
panglima bernama Khrodamaruta, yang masih bersaudara dengan Sang Prabhu.
Kemudian Sang Khrodamaruta menjadi raja di Salakanagara.
Sang Khrodamaruta tidak disukai oleh penduduk dan keluarga
keraton. Ia tidak lama menjadi raja, hanya tiga bulan, karena ketika ia berburu
di tengah hutan, ia tertimpa batu dari puncak gunung. Sang Prabhu Khrodamaruta
tewas. Kemudian permaisuri Dewawarman VII, Sang Rani Spatikarnawa Warmandewi
menjadi raja Salakanagara.
II.B.10. Sang Khrodamaruta (mp. 340 M/ 262 Saka)
Raja Salakanagara
setelah Sang Prbhu Bhimadigwijaya Satyaganapati atau Dewawarman 7 dengan cara
mengkudetanya. Sang Khrodamaruta adalah
seorang panglima dan merupakan keponakan
Sang Raja Dewawarman 7. Ia kemudian memimpin pasukan untuk mengkudeta Dewawarman 7, hingga raja tewas
pada tahun 340 Masehi / 262 Saka, Dan ia kemudian mengumumkan jadi raja.
Sang Khrodamaruta
pada awalnya merupakan senapati kerajaan yang terkenal. Ia bersama
beberapa ratus orang balatentaranya, dengan membawa berbagai senjata lengkap merebut kekuasaan
dari ua-nya.
Sang Khrodamaruta
dianggap melanggar adat kebiasaan, ia
tidak mematuhi tatacara seperti yang telah dilakukan sejak dahulu oleh nenekmoyang. Karena mereka keduanya turunan dari Sang Prabhu Ghanayanadewa Linggabumi atau
Dewawarman 6.
Sang Khrodamaruta
menjadi raja di Salakanagara hanya 3 bulan. Ia tidak disukai oleh penduduk dan
keluarga keraton. Ia tidak lama menjadi raja, hanya tiga bulan, karena ketika
ia berburu di tengah hutan, ia tertimpa batu dari puncak gunung. Sang Prabhu
Khrodamaruta tewas. Kemudian permaisuri Dewawarman VII, Sang Rani Spatikarnawa
Warmandewi menjadi raja Salakanagara.
II.B.11. Sang Rani Sphatikarnawa Warmandewi (mp. 340-348 M)
Raja ke-10
kerajaan Salakanagara dari dinasti Dewawarman. Ia
merupakan anak dari Dewawarman 7. Ia
berkuasa setelah Sang Khrodamaruta, pengkudeta ayahnya meninggal. Sang
Rani Spatikarnawa Warmandewi menjadi raja Salakanagara. Ia memerintah selama
tujuh tahun sampai dengan tahun 270 Saka (= 348 Msehi).
Pada tahun 270 Saka
itu, Sang Rani menikah dengan Sang Prabhu Dharmawirya Dewawarman Salakabhuwana.
Sang Rani dan suaminya adalah saudara sepupu satu kakek. Selanjutnya Sang
Prabhu Dharmawirya menjadi raja Salakanagara, menjadi Dewawarman VIII. Ia
memerintah tahun 270 – 285 Saka (= 348- 363 Masehi).
II.B.12. Dewawarman 8 (mp. 348-362 M)
Raja ke-11
kerajaan Salakanagara dari dinasti Dewawarman, dengan gelar Prabu
Darmawirya Dewawarman atau Dewawarman
8. Dengan menikahi Sang Rani Spatikarnawa
Warmandewi secaraotomatis ia menjadi raja, penguasa di Salakanagara. Ia
memerintah antara tahun 270 – 285 Saka (= 348- 363 Masehi).
Dewawarman 8 merupakan cucu Dewawarman 6 yang
menikahi Rani Sphatikarnawa.
Sang
Rani dan suaminya adalah saudara sepupu satu kakek. Sanakkeluarga Sang Dewawarman ke
delapan bermukim di Yawananagari, ada pula yang bermukim di Hujung Mendini.
Dewawarman 8 mempunyai
beberapa orang anak, diantaranya Yang sulung, seorang putri, sangat
cantik rupanya, bagaikan bulan purnama yang bernama Iswari Tunggal Pertiwi
Warmandewi, disebut juga Minati, yang kemudian menikah dengan Jayasingawarman,
yang kemudian menggantikanya, dan memindahkan ibukotanya ke Tarumanagara,
sehingga kerajaan ini berubah dengan nama Tarumanagara. Anaknya yang lain bernama Dewi Indari, yang kemudian menikah dengan Maharesi Santanu, raja
Indraprahasta (Cirebon Kidul). Anak Dewawarman yang lainnya yang
menjadi putra mahkota. Setelah Sang Dewarman mangkat, putra mahkota
menggantikannya menjadi raja. Tetapi desa-desa wilayahnya ada di bawah perintah
kerajaan Tarumanagara..
Ada pula anak Dewawarman yang lainnya lagi, seorang laki-laki yang bermukim di Bakulapura. Ia terkenal dengan nama Aswawarman. Ia menikah dengan anak sang penghulu penduduk Bakulapura, yaitu Sang Kudungga namanya Anak Sang Dewawarman yang lainnya lagi bermukim di Swarnadwipa, selanjutnya beranak-cucu di sana, dan kemudian menurunka rajaraja Swarnadwipa / raja raja Sriwijaya, diantaranya Adityawarman
Ada pula anak Dewawarman yang lainnya lagi, seorang laki-laki yang bermukim di Bakulapura. Ia terkenal dengan nama Aswawarman. Ia menikah dengan anak sang penghulu penduduk Bakulapura, yaitu Sang Kudungga namanya Anak Sang Dewawarman yang lainnya lagi bermukim di Swarnadwipa, selanjutnya beranak-cucu di sana, dan kemudian menurunka rajaraja Swarnadwipa / raja raja Sriwijaya, diantaranya Adityawarman
Dewawarman 8 merupakan raja terakhir Salakanagara.
Ia kemudian digantikan oleh menantunya, Jayasingawarman, yang kemudian
memindahkan kekuasaanya ke sekitar sungai Citarum, dan negaranya kemudian
terkenal dengan nama Tarumanagara.
II.B.12.a, Pengungsian
Besar besaran Dari Tanah India dan Transisi dari Salakanagara ke Tarumanagara
Pada sekitartahun 320
terjadi pengungsian besar bearan di tanah India. Lahirnya dinasti baru di tanah
india menyebabkan pengungsian besar besaran dari kerjaan kerajaan yang
dikalahkan. Samudra Gupta dari dinasti Gupta menjadi penguasa baru di tanah
india. Dan ia mengalahkan banyak sekali kerajaan kerajaan yang ada di wilayah
India. Diantaranya kerajaan Palawa dan Salankayana.
Akhirnya kerajaan
wangsa Pallawa dan Salankayana dikalahkan oleh kerajaan dinasti Gupta. Banyak
penduduk dan keluarga raja dari kerajaan mengungsi menyeberangi lautan. Salah
satu kelompok wangsa Pallawa yang mengungsi ke Tatar Sunda dipimpin oleh
seorang yang kemudian menjadi Dewawarman VIII, yaitu Sang Prabhu Dharmawirya
Dewawarman Salakabhuwana.
Sedang dari kerajaan
Salakayana, yang mengungsi ke Tatar Sunda dipimpin oleh Maharesi
Jayasingawarman pada tahun 270 Saka (=
348 Masehi). Maharaesi ini diikuti oleh pengikutnya, juga tentara. Ia kemudian
bermukim di suatu tempat baru yang dinamakan Jayasingapura, dan nantinya
berkembang menjadi Ibukota kerajaan tarumanagara. Sang Jayasinghawarman
Ghurudharmapurusa dan Rajadhirajaghuru, yaitu raja Tarumanagara dan guru agama.
Ia kemudian menikah dengan putri Dewawarman VIII, yaitu Sang Parameswari Iswari
Tunggalprethiwi Warmandewi atau Dewi Minawati namanya. Dan Jayasingawarman ini kemudian menjadi raja
pertama dari kerajaan Tarumanagara.
(lanjut...)
Sumber: Dari berbagai Sumber di Internet
Tidak ada komentar:
Posting Komentar