Minggu, 28 Februari 2016

KERAJAAN SALAKANAGARA (2)

Oleh
Adeng Lukmantara
Peminat Sudi Peradaban Sunda dan Islam
Asal Hariang Sumedang Jawa Barat


Pengantar

Kerajaan Salakanagara merupakan sebuah kerajaan awal di daerah Tatar Sunda. Referensi yang menceritakan tentang keberadaan kerajaan Salakanagara adalah salah satu Kitab Naskah Wangsakerta yang bernama Pustaka Pararatwan i Bhumi Jawadwipa, Kitab ini disusun oleh satu tim di bawah pimpinan Pangeran Wangsakerta antara tahun 1677 - 1698 Masehi,.Pangeran Wangsakerta adalah salah seorang dari tiga putra Panembahan Ratu Carbon dari istrinya yang berasal dari Mataram. Nama lain  Pangeran Wangsakerta adalah Panembahan Carbon Tohpati bergelar Abdul Kamil Mohammad Nasarudin.

Kitab Naskah Pustaka Pararatwan i Bhumi Jawadwipa  yang sudah ditemukan hingga saat ini terdiri dari empat buah, semuanya dari parwa pertama. Tiga naskah pertama (sarga 1-3) merupakan kisah atau uraian mengenai sejumlah negara yang perneh berperan terutama di Pulau Jawa, sedangkan sarga keempat merupakan naskah panyangkep (pelengkap) dan isinya berupa keterangan mengenai sumber-sumber yang digunakan untuk menyusun kisah itu.

Naskah Pustaka Pararatwan i Bhumi Jawadwipa ini ditulis dengan menggunakan aksara Jawa di pesisir barat (Cirebon) atau aksara Jawa yang mirip dengan yang disebut oleh Drewes (1969:3) quadrat script. Bahasa yang digunakan adalah bahasa Jawa kuna dan bahasa Jawa Cirebon. Tulisannya berbentuk prosa, campuran antara paparan dan kisah. Cara penyajiannya memiliki ciri-ciri karangan ilmiah, yakni berupa keterangan secara tersurat mengenai sumber karangan yang digunakan. Atau minimal memeberi informasi awal kepada generasi kita, untuk pengkajian sejarah dari sumber aslinya atau sumber primer. Tidak seperti sejarawan kebanyakan, kalau tidak sesuai dengan penulis sejarah penguasa, dianggap tidak valid atau diragukan. Keraguan itu awal dari kebenaran, jika kita mau mengkajinya. Bukan seperti sejarawan kebanyakan, banyak memvonis, tetapi tujuannya untuk melegitimasi pembenaran.

Harusnya cara berpikir kebanyaan penulis sejarah itu berhipotesa, dengan adanya kisah yang ditulis oleh Wangsakerta itu, menjadi awal pencarian yang serius. Kemungkinan ada sumber yang lebih tua, yang kita harus selidiki. Jangan hanya seperti kata si fulan dan si anu, yang tidak berkesudahan. Kesalahan dalam penulisan sejarah adalah halyang mungkin, tetapi tidak mungkin salah semua.Karena itu harusnya para sejarawan harus punya prinsip, dengan informasi yang sedikit, merupakan awal dari pencarian. Karena setidaknya, bahwa naskah naskah yang ditulis  dalam Naskah ini banyak kesesuian dengan prasasti prasasti yang ditemukan. Meskipun ada penyebutan jawa kulwon, jawa wetan atau jawa tengah mengindikasikan bahwa naskah ini ditulis relatif baru. Tetapi yang perlu diacungi jempol adalah info awal yang sangat bermamfaat. Karena kalau sebuah karangan biasa tidak mungkin bisa bercerita begitu detail, apalagi menyangkut sejarah.

Dalam Kitab ini juga disebutkan Daftar Pustaka dalam pengambilan naskah ini, berasal dari delapan kitab, yaitu:
·         Pustaka Nagara Nusāntara
·         Pararatwan Sundawamsatilaka
·         Serat Ghaluh i Bhumi Sagandhu
·         Pustaka Tarumarajyaparwa-warnana
·         Pustaka mengenai Warmanwamsatilaka i Bhumi Dwipāntara;
·         Pustaka Serat Raja-raja Jawadwipa
·         Serat Pûrnawarmanah Mahāprabhāwo Rājā i Tarumanagara;
·         Pustaka Sang Resi Ghuru.


II.A. Pendahuluan

Kerajaan Salakanagara adalah kerajaan yang berada di tatar sunda, lokasinya berada di daerah Pandeglang Banten  sekarang,. Sebelum menjadi wilayah salakanagara pada awalnya di perintah oleh penguasa setempat yang bernama Aki Tirem.

Dalam naskah Wangsakerta, dengan mengutip dari Kitab Pustaka Nusāntara, bahwa sejak  awal abad pertama tahun Saka, telah terjadi kontak antara penduduk di Nusantara dengan pedagang pedagang yang datang dari India (Bhratanagari). Dan semakin lama semakin banyak yang datang ke negeri negeri Nusantara, karena berbagai hal, diantaranya:
·         Jasa dan Perdagangan. Kontak perdagangan diyakini merupakan awal dari hubungan negeri negeri di Nusantara dengan India.
·         Dorongan dakwah agama
·         Menghindarkan diri dari bahaya, karena negeri negerinya dikalahkan atau dikuasai oleh lawan lawan politiknya.
·         Mengharapkan kesejahteraan yang lebih baik.

Dan arus kedatangan besar besaran terjadi, ketika negeri negeri mereka berasal, dikalahkan atau dikuasai oleh lawan lawan politiknya. Dan menurut naskah ini, kebanyakan yang datang ke negeri nusantara adalah wangsa Salankayana, dan wangsa Pallawa. Dua wangsa inilah,  yang sangat banyak datang di sini,

Seperti halnya yang dipimpin oleh Dewawarman 1. Ia berasal dari wangsa Palawa,. Ia berangkat dari tanah India dengan menaiki beberapa puluh perahu besar kecil untuk menuju Nusantara. Sang Dewawarman datang di sini dengan membawa banyak pengikut dan harta benda serta berbagai senjata yang disiapkan.

Mereka datang dengan tujuan berdagang dan menjual jasa dengan penduduk setempat. Mereka membawa barang dagangan berupa pakaian, berbagai perhiasan, emas, perak, permata, obat-obatan, dan berbagai barang lainnya. Barang-barang yang dibelinya di sini adalah rempah-rempah, hasil bumi, dan lain-lain. Di antara pendatang kemudian banyak yang bermukim dan memperistri penduduk setempat, serta tidak kembali ke negeri asalnya. Mereka hidup akrab dan bersaudara. 

Sang Dewawarman sudah bersahabat dengan penduduk daerah pesisir Tatar Sunda, Nusa Apuy, dan Pulau Sumatra bagian selatan. Sang Dewawarman bersahabat pula dengan penghulu penduduk setempat, akhirnya bermukim di sini dan lama kelamaan menjadi raja kecil di daerah pesisir bagian barat dari Tatar Sunda.

Setelah menikah dengan anak  Aki Tirem,  Dewawarman kemudian  membangun dasar dasar kerajaan, yang menjelma menjadi kerajaan Salakanagara. Pada tahun 52 Saka (= 130 Masehi) Sang Dewawarman dinobatkan menjadi raja. Kerajaannya diberi nama Salakanagara, ibukotanya diberi nama Rajatapura. 

Selanjutnya diuraikan mengenai pendatang-pendatang baru dari Singhanagari, Salihwahananagari, dan Bhumi Ghaudi, dari Bharatawarsa (India). Mereka datang di Pulau Jawa pada awal tarikh Saka. Mereka datang dengan memakai perahu ke berbagai negeri di Nusantara. Dan kemudian berinteraksi dengan masyarakat pribumi.

II.B. Profil Penguasa / Raja Raja Kerajaan Salakanagara

II.B.1. Aki Tirem (w. 130 M)

Sebelum menjadi kerjaan, wilayah salakanagara pada awalnya di perintah oleh penguasa setempat yang bernama Aki Tirem.

Aki Tirem atau lengkapnya Aki Tirem Sang Aki Luhur Mulya. Sang Aki Tirem adalah putra dari Ki Srengga, Ki Srengga putra Nay Sariti Warawiri, Nay Sariti putri dari Aki Bajul Pakel.

 berkuasa di suatu kota yang bernama Pulosari. Aki Tirem menikahkan putrinya yang bernama Pohaci Larasati  dengan Dewawarman,  pangeran  yang berasal  dari Palawa di India kidul, yang kemudia menggantikannya.

Setelah aki Tirem meninggal  pada tahun 130 M, kekuasaannya kemudian diteuskan oleh menantunya, Dewawarman I, yang dinobatkan sebagai raja pertama salakanagara.


II.B.2. Dewawarman 1 (mp. 130-168 M)

Sang Dewawarman I atau Sang Dewawarman Lokapala adalah pendiri dan sekaligus menjadi raja pertama kerajaan Salakanagara, yang berkuasa dari tahun 130-168 M, dengan gelar Prabu Darmaloka Pala Aji Raksa Gapura Sagara, atau terkenal dengan nama Dewawarman 1.

Pada awalnya ia merupakan duta keliling  kerajaaan Pallawa dari Bharata (India) ke negeri negri di Nusantara,dan juga negeri negeri lainnya, seperti: Sanghyanghujung, kemudian Sopalanagari, Yawananagari, kemudian Syangkanagari Negeri Cina, dan Negeri Abasid dengan tujuannya persahabatan dan hubungan jasa dan perdagangan dengan negara-negara yang didatangi. Adapun maharaja wangsa Pallawa ialah sanakKeluarganya yang berkuasa di negaranya yakni raja wangsa Pallawa di bumi Bhāratawar- 20 sa. Di sini Sang Dewawarman menjadi raja sebagai penguasa Lautan Barat, se- (56) bab di situ banyak perahu dari barat menuju timur, dari timur menuju barat, berhenti sementara. Kemudian 5 perahu-perahu itu harus memberi persembahan kepada Sang Raja Dewawarman. Beberapa tempat pelabuhan perahu ada di Jawa Barat, yang pesisirnya dijaga o- 10 leh balatentaranya, sampai pesisir Jawa Barat, Pulau Apuy dan pesisir selatan Pulau Sumatra.

Ia kemudian menetap di Tatar Sunda bagian barat, di daerah sekitar Pandeglang sekarang, dan menikah dengan putri seorang penguasa setempat, Aki Tirem,  Karena itu Sang Panghulu kemudian menganugerahkan pemerintahan wilayah desa kepad sang menantu. Dengan demikian, pada tahun 52 tarikh Saka (130 MasehI) Sang Dewawarman dinobatkan menjadi raja bumi Jawa Barat bagian barat, dengan ke- 15 rajaannya disebut Salakanagara, dengan ibukotanya ialah kota Rajata, Disini ia menikah dengan putri penguasa  setempat, Aki Tirem, yang bernama  Dewi Pwahaci Larasati.

Setelah Aki Tirem meninggal  pada tahun 130 M,   ia kemudian menggantikan sebagai penguasa dan kemudian dinobatkan sebagai raja pertama Salakanagara dengan gelar Prabhu Dharmalokapala Dewawarman Haji Raksagapura Sagara, dengan ibukota Rajatapura.. Sedang istrinya, Dewi Pohaci  di beri gelar Dwi Dwan Rahayu. Dan pada saat itu  juga diberlakukan penanggalan sunda yang kemudian dikenal dengan sebutan saka sunda.

Sang Dewawarman adalah raja yang gagah perkasa  dan mahir dalam berperang. Pada zamannya perompak laut sangat merajai di lautan. Dan ada juga yang berusaha untu merebut kekuasaannya. Tetapi para perompak dapat dikalahkan dan dibinasakan tanpa tersisa,

Ia berkuasa selama 38 tahun, sejak dinobatkan pada tahun 52 saka (130 M) hingga 168 M. Selama masa pemerintahannya, ia mengutus adiknya yang merangkap menjadi senopati, bernama Bhahadura Hariganajayasakti  Dewawarman untuk menjadi  raja daerah  di Mandala Ujung Kulon  (Hujung Kulwan).  Sedangkan adiknya yang lain yag bermana Sang Swetalimansakti, sebagai pranaraja kemudian dijadikan raja di kota selatan (Tanjung Kidul) dengan ibukota Agrabhitapura (sekitar daerah Cianjur).

Dewawarman beristri 2 orang, pada awalnya ia menikah dengan  putri dari Ghaudinagari India barat. Sang Istri  meninggal di negaranya, dan disana ia mempunyai anak beberapa orang. Sedangkan istrinya yang kedua yakni Sri Pwahaci Larasati namanya, putri dari  sang panghulu Tatar Sunda  yaitu Sang Aki Tirem. Dari perkawinannya  dengan Sri Pwahaci Larasati (Sang Dewi Dhwānirahayu) ia mempunyai anak beberapa orang, seorang di antaranya yang tertua kemudian menggantikan ayahnya menjadi raja, yang bernama Sang Prabhu Dhigwijayakasa Dewawarmanputra, menjadi Dewawarman kedua.

Dewawarman 1 berkuasa selama 38 tahun antara tahun 90 tarikh Saka (168 Masehi), sampai tahun 117 tarikh 20 Saka (195 Masehi), dan kemudian digantikan oleh anaknya, Dewawarman 2.



II.B.3. Dewawarman 2 (mp. 168—195 M)

Raja kedua Salakanagara dari dinasti Dewawarman, dengan gelar Sang Prabu Dhigwijayakasa Dewawarmanputra atau dikenal dengan Dewawarman 2.  Ia berkuasa selama 27 tahun, antara tahun 168 – 195 Masehi (90 – 117 Saka).

Ia merupakan putra sulung dari raja salakanagara pertama, Dewawarman 1 dengan istrinya Dewi Pohaci. Dewawarman II beristrikan seorang putri dari keluarga Maharaja Singhalanagari. Dari pernikahannya ini lahir di antaranya seorang putra mahkota (Yunaraja), yang bernama  Prabhu Singhanagara Bhimayasawirya atau  Dewawarman III.  
                       

II.B.4. Dewawarman 3  (mp. 195-238 M)

Raja ketiga dinasti Dewawarman, dengan gelar Prabhu Singhanagara Bhimayasawirya dan terkenal dengan sebutan Dewawarman III.  Ia menggantikan ayahnya menjadi raja di Salakanagara pada tahun 117 Saka (= 195 Masehi) sampai dengan tahun 160 Saka (= 238 Masehi). Sang Dewawarman ketiga bersahabat dengan Negeri Cina, demikian pula dengan kerajaan-kerajaan yang ada di Bharatanagari (India).

Ia merupakan putra dari Raja Dewawarman 2 dari istrinya yang berasal dari sanak keluarga Mahāraja Singhalanagari. Ia menikah dengan putri darikerajaan yang ada di jawa Tengah, dan Sang Dewawarman berputra beberapa orang, perempuan dan laki-laki. Salah seorang di antaranya yang tertua perempuan, yaitu Dewi Tirthalengkara namanya, dijadikan istri oleh Sang Prabhu Dharma Satyanagara namanya. Sang menantu raja ini, menggantikan menjadi penguasa negara,

Pada masa pemerintahannya Salakanagara diserang perompak dari Negeri Cina yang menyerang penduduk dan mengurah kekayaaan terutama perhiasan dan pakaian,, namun dapat dibinasakan olehnya. Tetapi Sang Dewawarman dengan semua balatentaranya yang jumlahnya banyak, segera datang membebaskan penduduk dari bahaya  besar dari perbuatan khianat sang penyamun. Semua perompak tewas tanpa sisa, yang tertangkap semuanya dibunuh..

II.B.5. Dewawarman 4 (mp. 238-252 M)

Sang Prabhu Dharma Satyanagara Ratu Hujungkulwan atau kemudian terkenal dengan nama Dwawarman 4. Ia menjadi raja ke-4 kerajaaan Salakanagara, dari  dinasti Dewawarman. Ia memerintah pada tahun 160 – 174 Saka (= 238-252 Masehi).

Pada awalnya ia menjadi Raja di Ujung Kulon, dan setelah dijadikan menantu oleh Sang Raja Dewawarman 3, ia kemudian mejadi raja Salakanagara. Ia menikahi putri Raja Dewawarman 3 yang bernama Dewi Tirthalengkara. Dari pernikahannya Dewi Tirthalengkara dengan  Sang Prabhu Dharmasatyanagara Ratu Hujungkulwan lahirlah beberapa orang, salah seorang yang tertua perempuan yaitu Rani Mahisasuramardini Warmandewi, yang nantinya ia memerintah kerajaan dengan suaminya yaitu Sang Prabhu Amatiyasarwajala Dharmasatyajaya Warunadewa atau Dewawarman 5.

Dewawarman IV digantikan oleh anak perempuannya, yaitu Rani Mahisasuramardini Warmandewi. Ia memerintah bersama suaminya, Sang Prabhu Amatyasarwajala Dharmasatyajaya Warunadewa

II.B.6. Dewawarman 5  (mp. 252-276 M)

Sang Prabhu Amatyasarwajala Dharmasatyajaya Warunadewa atau Dewawarman 5. Ia menjadi raja Salakanagara ke-5 dari dinasti Dewawarman, menggantikan mertuanya, Dewawarman 4.  Ia memerintah selama 24 tahun dari tahun 252 hingga 276 M atau 174-211 saka.

Ia menjadi raja karena menikahi putri sulung  Dewawarman 4 ang bernama Mahisasuramardini Warmandewi. Ia memerintah bersama istrinya, tetapi ketika suaminya meninggal karena bertempur dengan para perompak di lautan, sang istri kemudian menggantikannya sebagai raja.

Sang Prabhu Dharmasatyajaya Warunadewa, meninggal di tengah  lautan, ketika berperang melawan perompak. Ketika itu Sang Prabhu menjadi Panglima Angkatan Laut memimpin Balatentara, memerangi perahu  para perompak, yang menaiki perahu besar tiga buah. Sedangkan perahu kerajaan empat buah. Tampak saling menghantam pada waktu berperang. Sang Prabhu dipanah dari belakang oleh perompak, kemudian Sang Prabhu  meninggal. Tetapi para perompak dapat dikalahkan oleh pasukannya dan banyak yang tewas terapung di air, dan yang masih hidup ditawan semuanya.

II.B.7. Mahisa Suramardini Warmandewi  (mp. 276—289 M)

Raja ke-6 Salakanagara. Ia merupakan  putri tertua Dewawarman 4 dan istri dari dewawarman 5. Ia menggantikan suaminya sebagai raja, ketika suaminya  gugur  melawan bajak laut.

Pada awalnya Rani Mahisasuramardini Warmandewi memerintah bersama suaminya, Sang Prabhu Amatyasarwajala Dharmasatyajaya Warunadewa.  Sang Rani memerintah pada tahun 174 – 211 Saka (= 252-289 Masehi), tetapi suaminya hanya memerintah selama 24 tahun, karena gugur di tengah laut ketika berperang melawan perompak. Kemudian yang menjadi raja di Salakanagara adalah putranya, Sang Prabhu Ghanayanadewa Linggabhumi yang menjadi Dewawarman VI.


II.B.8.  Dewawarman 6 (mp. 289-308 M)

Raja ke-7 dinasti Dewawarman, dengan gelar Sang Prabhu Ghanayanadewa Linggabhumi atau disebut juga Dewawarman VI. Ia merupakan putra tertua Dewawarman 5. Ia naik tahta dinasti Dewawarman menggantikan ibunya, Mahisa Suramardini.

Ia dijuluki Sang mokteng Samudra. Ia memerintah pada tahun 211 – 230 Saka ( 289-308 Masehi). Ia menikah denga putri dari Bharatanagari. Dari perkawinannya itu lahir beberapa orang anak, di antaranya yang tertua ialah

Adapun Sang Prabhu Ghanayana Linggabumi berputra enam orang, laki-laki dan perempuan, antara lain: Putranya yang pertama yaitu Sang Prabhu Bhimadigwijaya Satyaganapati  atau Dewawarman 7, yang kemudian menggantikannya sebagai raja. Sang Prabhu Bhimadigwijaya Satyaganapati kemudian mempunyai anak perempuan bernama Rani Spatikarnawa Warmandewi. Putranya kedua, perempuan yaitu Salakakhancana Warmandewi namanya, diperistri oleh penguasa kerajaan Ghaudinagari di bumi Bharatawarsa bagian ti- 15 mur. Putranya ketiga, perempuan yaitu Khārttikacandra Warmandewi Namanya, diperistri oleh Sang Pranaraja dari Yawananagari. Putranya keempat, laki-laki yaitu Sang Ghopalajayengrana namanya, menjadi pembesar di kerajaan wangsa Salankayana di bumi Bharatawarsa. Kemudian Sang Ghopala Jayengrana mempunyai anak yang bernama Sang Khrodamaruta, yang mengkudeta Dewawarman 7. Putranya kelima, perempuan yaitu Sri Ghandari Lengkaradewi namanya, diperistri oleh  seorang pembesar, panglima angkatan laut di kerajaan wangsa Pallawa. Putranya keenam, yakni putra bungsu bernama Senapati Skandamuka Dewawarman Jayasatru.

II.B.9. Dewawarman 7 (mp. 308-340 M)

Raja ke-8 dinasti Deawarman, dengan gelar  Prabu Bima Digwijaya Satyaganapati atau Dewawarman 7.. Ia merupakan putra tertua  Dewawarman 6 (Sang Prabhu Ghanayanadewa Linggabhumi). Ia memerintah pada tahun 230 – 262 Saka (= 308 – 340 Masehi).

Dewawarman VII gugur pada tahun 262 Saka karena serangan balatentara yang dipimpin oleh seorang panglima bernama Khrodamaruta, yang masih bersaudara dengan Sang Prabhu. Kemudian Sang Khrodamaruta menjadi raja di Salakanagara.

Sang Khrodamaruta  tidak disukai oleh penduduk dan keluarga keraton. Ia tidak lama menjadi raja, hanya tiga bulan, karena ketika ia berburu di tengah hutan, ia tertimpa batu dari puncak gunung. Sang Prabhu Khrodamaruta tewas. Kemudian permaisuri Dewawarman VII, Sang Rani Spatikarnawa Warmandewi menjadi raja Salakanagara.


II.B.10. Sang Khrodamaruta  (mp. 340 M/ 262 Saka)

Raja Salakanagara setelah Sang Prbhu Bhimadigwijaya Satyaganapati atau Dewawarman 7 dengan cara mengkudetanya. Sang Khrodamaruta  adalah seorang panglima dan  merupakan keponakan Sang Raja Dewawarman 7. Ia kemudian memimpin pasukan untuk  mengkudeta Dewawarman 7, hingga raja tewas pada tahun 340 Masehi / 262 Saka, Dan ia kemudian mengumumkan jadi raja.

Sang Khrodamaruta  pada awalnya merupakan senapati kerajaan yang terkenal. Ia bersama beberapa ratus orang balatentaranya, dengan membawa  berbagai senjata lengkap merebut kekuasaan dari ua-nya.

Sang Khrodamaruta dianggap  melanggar adat kebiasaan, ia tidak mematuhi tatacara seperti yang telah dilakukan sejak dahulu  oleh nenekmoyang.  Karena  mereka keduanya turunan dari  Sang Prabhu Ghanayanadewa Linggabumi atau Dewawarman 6.

Sang Khrodamaruta menjadi raja di Salakanagara hanya 3 bulan. Ia tidak disukai oleh penduduk dan keluarga keraton. Ia tidak lama menjadi raja, hanya tiga bulan, karena ketika ia berburu di tengah hutan, ia tertimpa batu dari puncak gunung. Sang Prabhu Khrodamaruta tewas. Kemudian permaisuri Dewawarman VII, Sang Rani Spatikarnawa Warmandewi menjadi raja Salakanagara.


II.B.11. Sang Rani Sphatikarnawa Warmandewi (mp. 340-348 M)

Raja ke-10 kerajaan Salakanagara dari dinasti Dewawarman. Ia merupakan anak dari  Dewawarman 7. Ia berkuasa setelah Sang Khrodamaruta, pengkudeta ayahnya meninggal. Sang Rani Spatikarnawa Warmandewi menjadi raja Salakanagara. Ia memerintah selama tujuh tahun sampai dengan tahun 270 Saka (= 348 Msehi).

Pada tahun 270 Saka itu, Sang Rani menikah dengan Sang Prabhu Dharmawirya Dewawarman Salakabhuwana. Sang Rani dan suaminya adalah saudara sepupu satu kakek. Selanjutnya Sang Prabhu Dharmawirya menjadi raja Salakanagara, menjadi Dewawarman VIII. Ia memerintah tahun 270 – 285 Saka (= 348- 363 Masehi).


II.B.12. Dewawarman 8  (mp. 348-362 M)

Raja ke-11  kerajaan Salakanagara dari  dinasti Dewawarman, dengan gelar  Prabu Darmawirya Dewawarman atau Dewawarman 8. Dengan menikahi Sang Rani Spatikarnawa Warmandewi secaraotomatis ia menjadi raja, penguasa di Salakanagara. Ia memerintah antara tahun 270 – 285 Saka (= 348- 363 Masehi).

Dewawarman 8  merupakan cucu Dewawarman 6 yang menikahi Rani Sphatikarnawa. Sang Rani dan suaminya adalah saudara sepupu satu kakek. Sanakkeluarga Sang Dewawarman ke delapan bermukim di Yawananagari, ada pula yang bermukim di Hujung Mendini.

Dewawarman 8 mempunyai beberapa orang anak, diantaranya Yang sulung, seorang putri, sangat cantik rupanya, bagaikan bulan purnama yang bernama Iswari Tunggal Pertiwi Warmandewi, disebut juga Minati, yang kemudian menikah dengan Jayasingawarman, yang kemudian menggantikanya, dan memindahkan ibukotanya ke Tarumanagara, sehingga kerajaan ini berubah  dengan nama Tarumanagara. Anaknya  yang lain bernama Dewi Indari, yang kemudian menikah dengan Maharesi Santanu, raja Indraprahasta (Cirebon Kidul). Anak Dewawarman yang lainnya yang menjadi putra mahkota. Setelah Sang Dewarman mangkat, putra mahkota menggantikannya menjadi raja. Tetapi desa-desa wilayahnya ada di bawah perintah kerajaan Tarumanagara..

  Ada pula anak Dewawarman yang lainnya lagi, seorang laki-laki yang bermukim di Bakulapura. Ia terkenal dengan nama Aswawarman. Ia menikah dengan anak sang penghulu penduduk Bakulapura, yaitu Sang Kudungga namanya  Anak Sang Dewawarman yang lainnya lagi bermukim di Swarnadwipa, selanjutnya beranak-cucu di sana, dan kemudian menurunka rajaraja Swarnadwipa / raja raja Sriwijaya, diantaranya Adityawarman

Dewawarman 8 merupakan raja terakhir Salakanagara. Ia kemudian digantikan oleh menantunya,  Jayasingawarman, yang kemudian memindahkan kekuasaanya ke sekitar sungai Citarum, dan negaranya kemudian terkenal dengan nama Tarumanagara.


II.B.12.a, Pengungsian Besar besaran Dari Tanah India dan Transisi dari Salakanagara ke Tarumanagara

Pada sekitartahun 320 terjadi pengungsian besar bearan di tanah India. Lahirnya dinasti baru di tanah india menyebabkan pengungsian besar besaran dari kerjaan kerajaan yang dikalahkan. Samudra Gupta dari dinasti Gupta menjadi penguasa baru di tanah india. Dan ia mengalahkan banyak sekali kerajaan kerajaan yang ada di wilayah India. Diantaranya kerajaan Palawa dan Salankayana.

Akhirnya kerajaan wangsa Pallawa dan Salankayana dikalahkan oleh kerajaan dinasti Gupta. Banyak penduduk dan keluarga raja dari kerajaan mengungsi menyeberangi lautan. Salah satu kelompok wangsa Pallawa yang mengungsi ke Tatar Sunda dipimpin oleh seorang yang kemudian menjadi Dewawarman VIII, yaitu Sang Prabhu Dharmawirya Dewawarman Salakabhuwana.  

Sedang dari kerajaan Salakayana, yang mengungsi ke Tatar Sunda dipimpin oleh Maharesi Jayasingawarman  pada tahun 270 Saka (= 348 Masehi). Maharaesi ini diikuti oleh pengikutnya, juga tentara. Ia kemudian bermukim di suatu tempat baru yang dinamakan Jayasingapura, dan nantinya berkembang menjadi Ibukota kerajaan tarumanagara. Sang Jayasinghawarman Ghurudharmapurusa dan Rajadhirajaghuru, yaitu raja Tarumanagara dan guru agama. Ia kemudian menikah dengan putri Dewawarman VIII, yaitu Sang Parameswari Iswari Tunggalprethiwi Warmandewi atau Dewi Minawati namanya. Dan  Jayasingawarman ini kemudian menjadi raja pertama dari kerajaan Tarumanagara.

(lanjut...)
Sumber: Dari berbagai Sumber di Internet

Tidak ada komentar:

Posting Komentar